13

Prok ... prok ... prok

Dave bertepuk tangan ...

"Rupanya kau berani juga." Dave kembali berdiri.

"baiklah, karena ini masalah pribadi maka aku akan melanjutkan kerja sama ini." Shanna ikut berdiri dan membungkuk mengucapkan terimakasi kepada Dave.

Dave yang melihat itu semakin kepanasan, pasalnya ia melihat belahan dada Shanna yang sedikit turun ketika wanita itu membungkuk. Ia melihat dua benda kenyal milik Shanna.

"ada apa denganku?" Dave memutar tubuhnya membelakangi Shanna.

"Tapi, kau jangan senang dulu." Mengangkat sebelah tangannya seolah memberi peringatan pada Shanna.

"sudah ku duga tidak akan semudah itu, dasar harimau, es balok, pria sombong." Batin Shanna.

"kau harus menerima balasan atas masalah pribadi yang kau ciptakan." Lanjut Dave.

"baiklah, baiklah ... aku terima hukumannya. Segera katakan sebelum aku mencabik cabik punggungmu wahai tuan sombong." jawab Shanna tapi dalam hati.

"Baik Tuan, saya akan menerimanya." jawab Shanna bersungguh sungguh.

"Dave berbalik, kembali mendekati Shanna dan berbisik. "benarkah?"

"parfum apa yang dia gunakan? tubuhnya wangi skali." Dada Dave bergemuruh ia tau saat ini sedang berhasrat, sangat berhasrat.

"tidak, aku bukan pria brengsek, mana mungkin aku berhasrat pada wanita yang baru ku temui dua kali" Dave merutuki dirinya sendiri.

Shanna sedikit kegelian ketika ia kembali mesarakasn nafas Dave tepat di telinganya.

"i-iya tuan." Jawab Shanna

Dave memandangi bibir pink Shanna ketika wanita itu berbicara, terlihat sangat menggoda, rasanya ia ingin sekali me*****nya.

Dave kembali menggeleng, ia mencoba mengendalikan diri.

"kenapa dengan tubuhku, apa aku sakit jantung?" Dave berasumsi, ia berfikir sedang sakit jantung karena saat ini jantungnya memompa sangat cepat tidak beraturan.

Ia sudah tidak bisa fokus lagi mendengarkan Shanna yang bertanya hukuman apa yang harus ia jalani.

Dave hanya fokus pada bibir Shanna yang bergerak naik turun.

"Tuan, apa anda sakit?" Shanna mendekati Dave yang seperti kepanasan karena wajahnya mengeluarkan banyak keringat, ia reflek menyentuh lengan Dave.

"Tidak. Keluar dari sini." Dave setengah berteriak, mendesak Shanna agar segera pergi dari hadapannya. Hasratnya memburu ingin segera di tuntaskan, ia masih berusaha sekuat tenaga untuk bisa mengontrol hawa naf**nya.

Saat ini yang ada di hadapannya hanyalah Shanna seorang, ia tidak ingin gelap mata dan membuat wanita itu berakhir di bawah kungkungannya.

"Ta-tapi tuan, anda berkeringat dan sepertinya badan anda sangat dingin." Shanna kembali meraba tangan Dave yang lengan kemejanya setengah terlipat.

namun, sentuhan Shanna justru membuat nafas Dave semakin memburu, ia tidak bisa menahan lebih lama lagi gejolak di bawah sana yang ingin segera dituntaskan. "pergi dari sini sekarang juga." Dave kembali berteriak lebih kencang daripada sebelumnya.

Shanna sontak kaget dan buru-buru ingin pergi. Tapi, karena tidak berhati-hati ia justru menabrak meja tamu ketika membalikkan badannya ingin mengambil tas.

"Aaaaaa ...." Shanna nyaris terjerambab kedepan, jika saja Dave tidak menahan pinggangnya. Karena kejadian yang begitu mendadak membuat Dave tidak bisa menjaga keseimbangan hingga berakhir keduanya terjatuh dengan posisi Dave berada di atas Shanna, tangan kanannya menahan tengkuk dan yang kiri merangkul pinggang Shanna.

Posisi keduanya begitu intim, sangat dekat hingga hanya di batasi pakaian yang mereka kenakan.

"Tu-tut-tuan, apa anda baik baik saja?" Lirih Shanna reflek menyentuh dada Dave yang mampu ia dengar debarannya begitu kencang.

"Tuan, anda berkeringat, se-se-sep-pertinya anda sakit." Lirihnya lagi, sebenarnya ia ingin sekali meminta Dave segera berdiri, namun ia begitu gugup dan tidak berani bergerak. Dave terus saja menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"tu-tu-tuan, bisa-kah anda ber- " Belum selesai Shanna berbicara Dave sudah membungkamnya dengan ci*man. Matanya membulat sempurna, ia sangat kaget.

"Lepaskaaaan, apa yang anda lakukan." Teriak Shanna begitu Dave melepaskan ci*man nya.

Dave kembali tersadar, ia menggelengkan kepalanya, dan dengan sisa tenaga yang dimiliki ia bangkit lalu berdiri. "pergilah." ucapnya dengan nafas serak menahan gairah yang semakin membara.

Shanna yang masih terduduk di lantai, berusaha bangkit dan ingin berlari keluar menyelamatkan diri dari kandang harimau itu. "aaaaw sakit." rintihnya merasakan sakit pada pergelangan kaki.

Namun, entah mengapa Suara rintihan itu terdengar sangat menggoda di telinga Dave, membuatnya tidak mampu lagi bertahan untuk tidak menerkam wanita itu. Ia seperti singa lapar yang melihat mangsa, padahal suara rintihan itu biasa saja jika didengar oleh manusia normal.

"aku tidak tahan lagi,." Dave mendekat lalu mengangkat Shanna membawanya ke kamar pribadi yang berada di rungan kantornya.

"Apa yang ada lakukan tuan, turunkan aku, biarkan aku pergiiii." Shanna memberontak memukul dan mencakar dada Dave, namun hal itu justru membuat Dave semakin berhasrat.

"Diamlaaah." Dave menekan pin pada pintu kamar, membuka dan kembali menutupnya kemudian berlalu masuk. Ia menghempaskan pelan tubuh Shanna pada kasur empuk berukuran king size.

kamar berukuran cukup besar dan mewah dengan nuansa abu dan hitam, hanya ada ranjang juga satu buah nakas di sana, serta gorden putih tipis yang menjuntai menutupi kaca besar sepanjang dinding kamar itu yang menampakkan pemandangan gedung pencakar langit yang berada di depan.

Dave mengambil remote dan menekan tombol, untuk menutup gorden utama dan menyalakan lampu tidur, suasana tenang dengan cahaya lampu remang semakin membuat Dave menggila hingaa sesuatu di bawah sana meronta ingin dikeluarkan.

Shanna menggunakan kesempatan itu untuk menggeser tubuhnya ingin turun dan menyelamatkan diri. Namun, belum sempat ia turun Dave sudah menarik kakinya hingga kembali ke tengah kasur king size itu.

"Tuaaan, ampuun ... ku mohon lepaskan akuuu, jangan menyentuhku aku mohooon, huu huu hu." Shanna memohon, mengiba dengan deraian air mata.

namun tidak mampu membuat Dave mengendalikan kabut gairah yang menyelimutinya. Ia menarik kasar blouse sifon yang dikenakan Shanna hingga robek tak berbentuk, menarik paksa celana dan menyisakan Shanna yang hanya menegenakan pakaian dalam.

Matanya menatap penuh hasrat, tubuh putih polos seperti bayi, dengan lekukan tubuh begitu indah, membuat hasratnya semaking menggila.

Shanna kembali memundurkan tubuhnya, masih berusaha kabur saat Dave sedang membuka pakaiannya sendiri.

"Tuan... tolong. Ku mohon jangan lakukan ini." Shanna kembali menangis histeris, tangannya disilangkan kedepan ingin meutupi bagian atas dan bawahnya yang terekspose hanya di lapisi kain tipis persegi.

Sedangkan Dave? Pria itu seperti kesetanan, ia benar-benar dikuasai hawa nafsu. Tidak bisa menggunakan akal sehatnya lagi, kabut gairah semakin menyiksa seluruh tubuhnya, ia kembali menarik Shanna hingga tepat berada di bawah kungkungannya.

"Diamlah, ini tidak akan lama."

"aku akan membayarmu mahal. Lagi pula aku yakin ini bukan yang pertama bagimu." Dave berbicara tanpa filter, ia begitu memandang rendah Shanna.

"tidaaak, aku mohon jangaaan, aku tidak- aaaaah ...." Shanna tidak lagi mampu meneruskan ucapannya. Ia merutuki dirinya yang justru mende**h ketika Dave menc*um dan men**lat tengkuknya, nafasnya naik turun, belum apa-apa ia sudah terbuai oleh sentuhan Dave. Malu bercampur hasrat membuat wajahnya memerah seperti kepiting rebus, namun hal itu justu membuat ia semakin menggemaskan.

Shanna benci pada tubuhnya yang tidak bisa diajak kerja sama. Entah apa yang sedang terjadi padanya.

*

*

Mohon maaf yang sedalam dalamnya atas kefulga**n ku ya teman-teman😆😆

Sekali lagi, cerita ini berlatar belakang Negara eropa, di mana se* bebas menjadi hal biasa di sana. jadii, mohon di maklumi yaaa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!