16

Shanna turun dari mobil untuk membuka gerbang mansion agar mobilnya bisa masuk kedalam.

setelah menjual satu persatu aset peninggalan mendiang Daddynya untuk biaya pengobatan Shannon, ia memberhentikan beberapa pekerja di mansion termasuk security. ia hanya menyisakan bi Lala yang bertugas mengursi mansion dan juga membantu segala keperluan Shannon.

belum sempat ia membuka gerbang, "kakak dari mana saja? kenapa tidak bisa dihubungi?" Sky menahan lengan kakaknya, sangat jelas raut wajah yang begitu khawatir, ia bahkan sampai menunggu kakaknya itu di depan mansion.

"Sky." Lirih Shanna.

"ada apa? Kaka kenapa? Apa yang terjadi?" Cecar Sky melihat Shanna yang seperti habis menangis, ia membelai wajah putih polos tanpa polesan itu.

"kakak cape Sky, kakak ingin istirahat," jawabnya tanpa menghiraukan pertanyaan Sky, karena ia tidak tau harus menjawab apa, tidak mungkin juga berbicara jujur.

"baiklah, tapi kakak berhutang penjelasan padaku" Sky memeluk kakak kesayangannya itu, ia tidak ingin memaksa Shanna bercerita, dengan pulangnya sang kakak tanpa kurang satu apapun sudah membuatnya sangat bersyukur.

"jangan khawatir, Shannon sudah tidur." Lanjut Sky seolah paham bahwa kakaknya khawatir jika Shannon melihat kondisinya saat ini. Ia membawa Shanna kembali masuk kemobil dan mengambil alih kemudi.

* * *

"Kakak sudah makan?" tanya Sky begitu mereka tiba di ruang tamu mansion, yang di jawab gelengan oleh Shanna, ia meraih lengan Shanna dan membawa kakaknya itu menuju dapur tempat biasa mereka makan. Dengan telaten ia mengurusi Shanna, mengambilkan lauk dan juga air minum, terlihat seperti seorang kakak yang sedang mengasuh adiknya.

Sky memandangi Shanna yang tengah melahap makanannya sendok demi sendok, "pelan-pelan kak, tidak ada yang akan merebut makanan kakak." Ucap Sky memperingati Shanna yang makan sangat terburu-buru seolah belum makan berhari-hari.

Shanna mengangguk pelan dan tersenyum tipis. "mom dad, trrimakasih kalian sudah memberiku adik-adik yang begitu manis. Aku tidak boleh seperti ini, bukankah aku memiliki Sky dan Shannon yang jauh lebih berharga dari apapun di dunia ini?" Batin Shanna. Ia sangat bersyukur memiliki Sky dan juga Shannon.

"Terimakaksih sayang, kakak beruntung memilikmu dan Shannon." Lirih Shanna tersenyum lebar mengusap lengan Sky, ingin menegaskan pada Sky bahwa dia baik-baik saja. Ia tau adiknya itu sedang khawatir, ia menyesal pulang dengan kondisi seperti ini, tidak seharusnya ia memperlihatkan sisi lemahnya pada Sky maupun Shannon.

Sky berdiri, ia menangkup wajah Shanna dengan kedua tangannya. "aku dan Shannon sangat amat menyayangi kakak, kami bersyukur memiliki kakak disisi kami. Kakak dan juga Shannon adalah segalanya bagiku. jadi, kumohon jangan pernah terluka, kakak memiliki aku dan juga Shannon sebagai rumah untuk kakak pulang, begitupun sebaliknya." Shanna terharu, tanpa aba-aba air mata kembali luruh di pipinya, keduanya berpelukan seolah menyalurkan rasa sesak didada.

"Kalian tidak mengajakku." Rengek Shannon ikut memeluk kedua kakaknya, rupanya bayi besar mereka terbangun dan turun mencari kakak-kakaknya, berakhirlah mereka bertiga saling memeluk.

"Kakak menangis? Ada apa? Siapa yang berani mengganggu kakakku?" Ucap Shannon menyadari mata kakaknya sembab dan sedikit bengkak, tidak terima kakak kesayangannya disakiti.

"Kakak menangis karena bahagia memilikimu dan juga Sky." Jawab Shanna sambil menoel ujung hidung Shannon, sedangkan adik polosnya itu dengan mudah percaya ucapan sang kakak. Namun tidak dengan Sky, ia yakin ada yang tidak beres menimpa kakaknya, tetapi ia memilih menunggu sampai Shanna mau bicara sendiri. Tidak ingin memaksa dan malah membuat Shanna tertekan.

"Aku ingin tidur dengan kakak malam ini, boleh yaaa." Rengek Shannon lagi.

"Baiklah, hanya malam ini saja." Jawab Shanna langsung mengiyakan, ia juga butuh teman untuk tidur malam ini agar tidak terus bersedih dan memikirkan kejadian buruk siang tadi.

"Yeeesssss" Shannon bahagia, akhirnya bisa tidur bersama kakanya lagi, karena setahun terakhir Shanna memintanya untuk belajar mandiri dimulai dari tidur sendiri.

*

*

"Mike, selidiki Laura dimana. Semenjak kembali ke New York dia tidak bisa di hubungi." Dave berbicara dengan mike melalui sambungan telepon. Ia berjalan melewati lobi dan menuju mobilnya yang telah terparkir di depan lobi.

"Kau sudah mengantar nona Shanna Dave?" Mike malah menanyakan Shanna.

Dave mulai menghidupkan mobilnya, berjalan perlahan keluar dari halaman perusahaan, "bukan urusanmu, lakukan apa yang aku perintahkan." Ucap Dave kesal karena Mike malah mengabaikan perkataannya.

"Baiklah ... baiklah, aku akan segera mencari informasinya besok."

"Lakukan malam ini juga, besok pagi sudah harus ada informasinya." Tegas Dave, ia sangat khawatir dengan keadaan Laura yang tidak bisa ia hubungi.

"Ck ... Ini sudah hampir tengah malam Dave." Kesal Mike, pasalnya ia baru saja menghubungi jack untuk menyelidiki kecurigaan Dave soal minuman kaleng. Dan sekarang pekerjaannya bertambah lagi padahal yang satu belum selesai.

"Itu bukan urusanku." Tuut ... tuut ... tuut

"Dasar, enak skali jadi orang kaya." Gerutu Mike merutuki boss nya yang tak berperasaan itu.

*

*

Sepanjang jalan menuju mansion utama Dave terus melamun, begitu banyak hal memenuhi otaknya.

"aku benar benar bajingan, kenapa aku melakukan hal sebodoh ini? bagaimana jika Laura tau?" Lagi-lagi pria itu hanya memikirkan Laura sang kekasih, ia dipenuhi rasa bersalah atas kejadian siang tadi antara dia dan wanita bernama Shanna.

"aku tidak mau meninggalkan Laura, apalagi hanya untuk menikahi wanita itu." gumamnya terus berperang dengan diri sendiri,.

"dimana kau sayang? Kenapa tidak memberiku kabar? Apa hal buruk terjadi padamu? Tidak,tidak ... aku tidak bisa kehilangan lagi, aku sudah cukup kehilangan Daddy dan kakak." Dave meremas kuat setir mobil, rahangnya mengeras, masih terus bergumam dengan banyak prasangka yang muncul di fikirannya. Ia tidak akan terima jika Laura dalam bahaya apalagi didalangi oleh musuh-musuh bisnisnya.

*

*

disebuah kamar yang cukup luas dan mewah bernuansa putih didominasi pink, tampak dua wanita cantik yang sedang berbaring dengan posisi saling berpelukan.

Kamar itu milik Shannon, mereka memutuskan untuk tidur dikamarnya.

"Kak."

"Hmmm?"

"aku ingin liburan."

Shanna tersenyum lembut, balik menatap adik kesayangannya yang tengah mendongakkan wajah kearahnya, "kau ingin liburan kemana?" sembari menganggukan kepala.

"bagaimana kalau berkuda? sudah lama skali kita tidak ke collina storta. Lagi pula apa kakak tidak rindu dengan Mou?" Jawab Shannon mengingatkan Shanna pada kuda kesayangan kakaknya. Dulu keluarga mereka sangat menggemari olahraga berkuda, bahkan Shanna dan Sky memiliki kuda yang selalu mereka tunggangi jika datang ke sana.

"Mmmmm iya yaa, sudah lima bulan yang lalu kita mengunjungi Mou. Cepat skali waktu berlalu." Ucap Shanna mengalihkan tatapannya pada langit-langit kamar.

Ia kembali mengingat kenangan bahagia disaat mereka masih bersama dengan anggota keluarga yang lengkap, dulu setiap bulan mereka selalu datang ke tempat itu unuk berkuda dan juga camping.

"Aku juga sangat merindukan Daddy dan Mommy." Lirih Shannon mengeratkan pelukannya pada sang kakak, ia tau kakaknya juga sedang mengingat kedua orangtua mereka.

"baiklah, kita pergi hari minggu yaa. Besok kakak akan mengantarmu dulu untuk kontrol." Shanna menoel gemas hidung adiknya.

"Huuuh, oke-okee." Keluh Shannon, sedikit kesal kakaknya itu tidak pernah melupakan sekalipun jadwal kontrol kesehatannya. "padahal aku ingin perginya besok." Lirih Shannon pelan, tetapi masih bisa didengar oleh Shanna.

"Tidak bisa sayang, kau ingin sembuh total kan? Kakak juga harus bertanya pada dokter apa kau bisa ikut berkuda atau tidak." Jawab Shanna diangguki Shannon, mereka kembali berpelukan dan perlahan mulai menyelami mimpinya masing masing.

"dad, mom. Maafkan Shanna tidak bisa menjaga diri dan juga tidak bisa menjamin kebahagiaan untuk diri Shanna. Tapi Shanna janji akan menjaga dan menjamin kebahagiaan Shannon dan Sky." Lirihnya dalam hati, dengan mata terpejam sambil mengelus sayang punggung sang adik, seperti seorang ibu yang tengah menidurkan anaknya.

Hari itu berlalu dengan banyak pilu di hati gadis cantik bernama Maria Shanna.

*

*

mohon kritik dan saran positive nya ya teman-teman 🙂

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!