epa.9

*

*

*

"Sayang?" Dave berjalan memasuki ruangannya kemudian mendekati Laura yang sudah duduk manis di sofa yang berada di ruangan itu.

Dengan wajah ditekuk Laura melirik Dave dengan ekor mata yang tengah berjalan kearahnya.

"maaf ... maafkan aku."

"kemarin aku ada urusan penting, setelah itu aku mampir ke mansion tapi malah ketiduran. Handpone ku mati dan aku lupa mengisi daya." Dave berusaha membujuk Laura, kali ini ia memang salah.

"urusan penting apa sampai kau melupakanku?" Tanya Laura dengan tatapan tajam.

"Salah satu pembunuh itu, aku menemukan nya."

Mendengar hal itu entah mengapa ekspresi wajah Laura tiba-tiba berubah.

"Kau sudah menemukan orangnya Dave?" tanya Laura serius, ia sampai lupa menggunakan kata sayang.

"Tidak. Pria brengsek itu tidak mau membuka suara, dia lebih memilih dibunuh daripada bicara sejujurnya."

Laura tampak menghembuskan nafas, ia bergeser di samping Dave duduk lalu mengalungkan tangannya pada perut kekasihnya itu.

"Maaf sayang, seharusnya aku tidak marah padamu." Ucap Laura merasa bersalah, entahlah karena Dave yang melupakannya kemarin atau ada hal lain.

"Tidak, ini kesalahanku sayang. Maafkan aku juga." Dave membalas pelukan Laura

"Oh ya, apa kau sudah makan?"

"Belumm, aku sangat lapar. Ayo kita makan siang di restoran langganan kita sayang." Ajak Laura

"Baiklah, tunggu sebentar ya ... aku harus menandatangani beberapa berkas."

"Hmmm ... Laura mengangguk." ia terus menatap Dave dengan tatapan yang sulit dibaca, entah apa yang sedang ia fikirkan.

*

*

"Anna, bagaimana? apa meetingnya lancar? kapan proyeknya bisa dimulai?" Tanya teman-teman sekantornya begitu melihat Laura memasuki ruangan.

"Sudahlah, tidak apa apa. Jangan bersedih." Kata Rey yang melihat wajah sendu Shanna, ia sudah tau jawabannya saat melihat ekspresi wajah Shanna.

"Iya, tidak usah di fikirkan. Aku yakin kau akan di tunjuk untuk proyek lain lagi." Timpal teman Shanna yang satunya lagi.

"trimakasih ya teman-teman, kalian sangat baik padaku." Shanna berkaca-kaca, ia sangat beruntung karena memiliki teman kerja yang begitu peduli dan menyayanginya.

*

*

Malam hari di mansion Shanna ...

"Shannon,bagaimana sekolahmu?"

"Baik kak, aku suka sekolahnya. teman-teman ku juga sangat baik semua."

Shanna tersenyum memeluk Shannon lembut, "Maafkan kakak yaa."

"Kenapa kakak minta maaf? Harusnya aku yang meminta maaf, karena sudah membuat kakak repot."

"Hey, apa yang kau bicarakan?" Hanna menangkup wajah adiknya yang menggemaskan itu. "kau tidak memiliki kesalahan apapun. Kau dan Sky adalah hal terpenting dalam hidup kakak, bila perlu kakak akan mengorbankan nyawa kakak untuk kalian."

Shannon berkaca-kaca. Ia kemudian memeluk sang kakak dengan sayang, sedetik kemudian juga di ikuti Sky yang tiba tiba memeluk mereka berdua.

"Sky ... kau sudah pulang?"

"Kalian adalah tanggung jawabku kak, aku anak laki-laki jadi akulah yang seharusnya menjaga kalian." Sky tidak menanggapi pertanyaan kakaknya.

"Baiklah, kalau begitu buktikan." Shanna mendongakkan wajahnya pada Sky.

"kuliah yang benar dan selesaikan tepat waktu, urus pabrik satu-satu nya peninggalan Daddy, kasihan uncle Tom ia sudah tua mengurusi dan mempertahankan satu-satunya harta yang kita punya." Lanjut Shanna.

"Kembangkan pabrik milik Daddy seperti dulu. Kakak yakin kau bisa Sky, kau pria hebat seperti Daddy."

"iya kak, aku berjanji." Jawab Sky bersungguh-sungguh.

"ini semua karena aku. Aku sakit dan kakak harus menjual semua harta Daddy untuk pengobatanku, Maafkan aku kak ...." Shannon bernada sendu, gadis berusia 13 tahun itu rupanya tau apa yang terjadi dan dilakukan kakaknya.

"kalau saja aku tidak sakit kakak tidak perlu bekerja."

"Shannon, apa yang kau bicarakan sayang? jangan pernah berkata seperti itu lagi jika tidak ingin melihat kakak dan kak Sky bersedih."

"ini bukan salahmu. Kau satu satunya yang kami miliki, kau sangat berharga lebih dari apapun. Jadi, kau harus rajin meminum obat agar cepat sembuh." Tambah Sky, ketiganya kembali mengeratkan pelukannya.

Sky dan Shanna saling memandang, pandangan mereka mengisyaratkan seolah mereka tidak menyangka bahwa adik kecil mereka itu tau apa yang selama ini terjadi.

apa ini alasan kenapa Shannon selalu berulah di sekolah lamanya, yang berujung ia meminta di pindahkan ke sekolah biasa? Apa dia ingin pindah karena tidak mau menambah beban kakaknya karena biaya di sekolah lamanya itu sangat mahal? Fikir Sky dan Shanna.

ketiga kakak beradik ini begitu sangat saling menyayangi dan menjaga, orangtua mereka pasti sangat bangga melihat mereka dari atas sana.

'Ya sudah. Ayo kita makan, cacing di perut ku sudah memberontak." Ajak Sky tidak ingin belama-lama dalam suasana sedih.

"ayo, kakak sudah meminta bi Lala membuat spagethi kesukaan kalian." Shannon menggandeng kedua adiknya itu di sisi kiri dan kanannya menuju meja makan.

*

*

"Hay aunty."

"hay sayang, kenapa baru datang? Kata Dave kau tiba sejak kemarin?" Tanya Mommy pada Laura saat mereka berpelukan saling menyapa.

malam itu Laura diajak Dave untuk makan malam di mansion utama. Hal yang sudah menjadi kebiasaan setiap kali Laura datang ke Italia.

"maaf, kemarin Dave ada urusan penting jadi tidak sempat mengajak Laura menemui aunty dan Natasya."

"Oh ya, Natasya mana aunty?"

"Ada di atas, sebentar lagi pasti turun."

tak lama terdengar suara Natasya "kau disini?"

"hallo sya, kau semakin cantik." Sapa Laura memuji calon adik iparnya.

"Hmm." Natasya menarik kursi makan tanpa melihat ke arah Laura.

"kalau saja kau bukan adik Dave." Batin Laura, ia sebenarnya tidak begitu menyukai Natasya yang menurutnya sangat sombong dan tidak punya sopan santun, terlebih pada dirinya yang notaben nya adalah calon kakak iparnya.

"Ayo makan." Ajak Dave yang baru saja tiba di meja makan setelah membersihkan diri.

Tidak ada pembicaraan, hanya terdengar suara denting sendok di atas piring.

"Kapan kalian akan menikah sayang?" tanya Mommy membuat aktifitas makan mereka terhenti, dan Natsya yang langsung beranjak pergi menuju kamarnya, ia bahkan tidak meminum air putih terlebih dahulu.

Mommy dan Dave yang melihat tingkah Natsya hanya diam saja dan memilih mengabaikan. Mereka tau Natasya tidak menyukai Laura tetapi tidak tau apa alasannya.

Mommy sudah berusaha menasehati dan menegur Natasya agar bersikap lebih sopan. Dave sendiri lebih memilih tidak peduli karena tau percuma saja menegur adiknya itu, ia memilih menghindari pertengkaran.

Sedangkan Laura? Ia tetap berusaha tersenyum seolah tidak ada aap apa. Tetapi tidak dengan hatinya yang begitu panas ingin memberi pelajaran pada calon adik iparnya itu.

"Belum mom, Laura sedang menjalankan kontrak dengan agensi di New York." Jawab Dave singkat.

"eeemmm, beri Laura dua tahun lagi ya aunty. Laura ingin menyelesaikan kontrak agar setelah menikah bisa fokus hanya pada Dave dan keluarga." Timpal Laura tak enak hati.

Sebenanarnya hal ini yang membuat Laura tidak terlalu mau di ajak ke mansion utama, ia belum siap dengan pertanyaan sama yang selalalu di tanyakan Mommy Dave padanya.

Ia bukannya tidak ingin menikah, tetapi hanya belum siap dan ingin memuaskan hasratnya pada dunia modelnya yang terus naik daun, ia berfikir usianya masih terlalu muda untuk menikah. Ia ingin menikah di usia 30 tahun.

Mendengar jawaban Laura, Mommy hanya mengangguk pelan dengan tersenyum tipis. Sangat jelas bahwa ia kecewa dengan jawaban itu, pasalnya diusia nya yang semakin tua ia ingin segera memiliki seorang cucu.

Melihat wajah kecewa sang ibu Dave hanya bisa menarik nafas berat. Ia tidak tau harus bagaimana, ia tidak ingin terlalu menekan Laura dan juga tidak ingin Mommynya sedih dan kecewa.

*

*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!