eps.4

*

*

"eeeeemmmm ..." Laura terbangun dari tidurnya,

ia merasakan lelah setelah pertempuran mereka beberapa jam yang lalu.

Bahkan Dave yang pergi tak membuat ia terbangun.

ya, Dave telah bangun dan bergegas pergi setelah menerima telepon dari tangan kanannya di markas tempat keduanya menghabiskan waktu untuk menyelesaikan masalah genting yang berhubungan dengan kriminal.

di dalam mobil mewahnya, suasana terasa begitu mencekam,mike bergidik ngeri tak berani bertanya ataupun memulai percakapan dengan atasannya tersebut.

Mata yang menghunus tajam memandang lurus ke depan dan rahangnya yang mengeras. Dave terlihat tak sabar ingin menerkam mangsanya.

Beberapa saat lalu setelah menerima telepon dari jack, ia terburu buru bangkit dari ranjang tanpa menghiraukan Laura yang tidur sangat lelap.

pergi tanpa mengecup ataupun meninggalkan pesan pada kekasihnya itu, ia bahkan langsung mengenakan pakaiannya tanpa membersihkan badan terlebih dahulu.

Namun hal itu tak membuat aura tampannya berkurang sediktpun. Penampilannya yang sedikit acak acakan justru menambah kesan dingin..

*

*

di sebuah ruangan yang cukup luas, hanya ada dua kursi yang saling berhadapan, lampu besar berada di tengah ruangan tepat di atas kepala seseorang yang tengah duduk dengan tangan kaki dan mulut yang terikat.

seolah pasrah akan nyawanya, pria itu hanya diam dengan wajah yang babak belur, terlihat sudah sangat lemah dan tak berdaya, tubuh yang lunglai dan kepala menunduk.

"kreeeeek ..."

terdengar suara pintu bergeser, sepertinnya ada yang masuk. Pikir pria tersebut, kemudian dengan susah mengangkat kepalanya ingin melihat siapa yang datang menemuinya.

Dave masuk melangkahkan kakinya dengan cepat sambil menggesek lengan kemejanya ke atas.

Dan ... bruuuuuk!!

suara ringisan terdengar dari pria tersebut yang terkapar di lantai akibat tendangan Dave yang tanpa aba-aba.

"Buka ikatannya." Suara bariton Dave terdengar menghunus jantung pria itu.

Dave kembali berjalan perlahan mendekat.

ia membalikkan tubuh pria yang terbaring di lantai itu dengan kakinya, hingga pria itu terkapar dengan posisi terlentang.

kakinya menginjak dada hingga ke arah leher pria itu dengan sedikit di tekan untuk memberi ancaman.

"Siapa tuan mu?" Dave bertanya.

"heeeeh." Pria itu tidak memiliki rasa takut, ia bahkan tersenyum mengejek sambil menatap Dave dengan sorot mata yang penuh dendam.

"Brengseeeeeek." Dave tersulut emosi, menendang pria itu hingga terguling dan kembali meringis kesakitan.

"Siapa yang menyuruhmu bajingaaaaaaan." Dave berteriak dengang mata memerah karena amarah yang telah memenuhi seluruh dadanya.

ia kembali menginjak leher pria itu namun kali ini dengan tekanan yang amat kuat. Bahkan tampak urat-urat di dahi pria tersebut akibat kesusahan untuk bernapas.

Namun hal itu tak membuat pria tersebut menyerah untuk mengatakan siapa tuannya.

"Siapa brengseeeeeek, aku akn membuat kepalamu hancur dengan timah panas ini jika kau tak membuka mulutmu." Ya, Dave tengah memegang pistol yang siap ia hujamkan ke kepala pria itu.

"Kalian pantas mendapatkannya," kata pria itu dengan suara tidak begitu jelas namun masih bisa di dengar oleh Dave.

"Aku seharusnya lebih cepat bergerak untuk menghabisi mommy dan adik kesayanganmu, cuuuih ..." ucap pria itu kemudian membuang ludahnya yang bercampur darah ke arah samping.

"Brengseeeeeeeek." Dave menggeram.

Dooor ...

"aaaaaakkhhhh."

Terdengar suara tembakan beserta erangan secara bersamaan.

Dave menembak tepat di paha pria itu.

"Hahahaaaaa, bunuh aku, bajingaaan, bunuh akuuu." berkata dengan setengah berteriak sambil menahan sakit pada pahanya. sepertinya pria itu memiliki sembilan nyawa.

"Bahkan sekalipun kau membunuhku, tidak akan membuat kau dan keluargamu terbebas dari kematian."

"Kalian pantas mendapatkan lebih dari itu." Pria itu kembali menimpali.

sambil meringis ia terus menyerang Dave dengan kata-kata.

"Ayahmu pembunuh Dave! Daddymu pembunuh, kalian semua pembunuh."

"Kalian hidup dengan penuh kemewahan dan kebahagiaan, tapi apa kalian tau bagaimana orang orang yang hidup setelah anggota keluarganya terbunuh oleh Daddymu?"

pria itu terus berucap, tak sedikitpun ia gentar, ia bahkan berani menatap Dave dengan penuh kebencian.

Dave kembali mendekat.

menginjak tepat pada luka tembakan kemudin ia tekan hingga menimbulkan suara erangan yang memenuhi ruangan tersebut.

"Apa maksudmu?" Tanya Dave tanpa melepas kakinya.

"Daddymu! Daddymu yang tak berhati itu memecat dan mengambil alih saham para direktur yang sudah lama mengabdi pada keluargamu."

"Daddymu merenggut kebahagiaan keluarga kami,

dia membuatku menyaksikan kedua orang tuaku berpisah hingga Daddy dan adikku bunuh diri."

"Berengseeeek..kalian pembunuuuuh." Pria itu kembali berteriak sambil meringis.

"Diaaaaaam." Dave kembali menginjak pria itu, ia sedikit membungkuk mensejajarkan wajahnya menatap pria tersebut.

"Daddymu pantas dipecat. tidak, bukan hanya daddymu, para direktur itu pantas dipecat. Mereka telah melakukan hal menjijikkan sehingga merugikan perusahaan yang sudah dibangun kakekku dengan susah payah." Dave metap dan berbicara dengam penuh penekanan.

"Bajingaaan." Pria itu menjawab lirih.

"Daddyku seorang yang terhormat, Dia tidak akan melakukan hal sekeji itu. Dia sudah mendedikasikan separuh hidupnya di perusahaan Abraham, aku sangat yakin Daddyku tidak bersalah."

"Para pemegang saham lain mungkin saja berbuat curang, tapi tidak dengan Daddyku." pria itu kembali berbicara lirih tapi masih bisa di dengar oleh Dave.

"Aku bersumpaaaah akan membunuh seluruh keluarga Abraham, bahkan sekalipun - ."

Bruuuuuukkkk...

Belum selesai pria itu berbicara, Dave sudah lebih dulu menghantamnya dengan tendangan tepat di dada, hingga pria itu tak lagi sadarkan diri.

"Bodoooh! Mereka bahkan sudah melihat bukti kecurangannya dengan jelas. tapi masih saja mengelak," Ucap Dave kesal.

Ia berjalan ke luar sambil menggesek gesekkan kedua telapak tangannya, seolah sedang membersihkan tangannya dari kotoran.

"urus si brengsek itu, pastikan dia tidak bisa lagi menggunakan kaki dan tangannya disisa hidupnya." Dave berbicara cuek seolah ia sedang menyuruh seseorang memotong kaki ayam.

"Baik tuan." Beberapa pengawal yang mendengar pi tersentak dan tak percaya betapa Dave jauh lebih tak berperasaan dibandingkan mendiang kakaknya yang merupakan pimpinan mereka sebelumnya.

sementara pengawal lainnya terlihat biasa saja, berlalu masuk menuju ruangan itu untuk mengeksekusi perintah sang bos.

*

*

jangan lupa tinggalkan jejak ya teman teman🥰🥰

Terpopuler

Comments

Erni Fitriana

Erni Fitriana

ngeeiiii kaliiii kau dave😖😖😖😖😖😖😖

2024-05-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!