18

*

*

*

"Bagaimana dengan Laura?" Saat ini kedua pria yang berstatus sebagai bos dan asisten itu sudah berada di ruang kerja Dave di mansion.

"Apa kau tidak ingin sarapan dulu Dave? Lagi pula kau harus meregangkan otot-ototmu dulu setelah tadi habis marah marah." Tawar Mike, saat ini perutnya sudah mulai keroncongan dan cacing-cacing mulai berdemo ingin diberi asupan.

"Tidak."

"Huuuuffff ..." Mike menghembuskan nafas panjang.

"Laura memang kembali ke New York, tetapi dia tidak berangkat sore melainkan siang hari. Tepatnya dua menit setelah menghubungimu pesawat yang ditumpanginya lepas landas. Jangan memotong ucapanku dulu." Sambung Mike saat melihat Dave nyaris membuka suara.

"dia tidak menaiki pesawat komersil melainkan pesawat pribadi. Aku, jack dan seluruh team di markas semalaman mencari informasi pemilik pesawat pribadi itu tetapi hasilnya nihil, seluruh akses informasi ditutup bahkan cctv pada jam penerbangan dihapus permanen. Aku yakin orang itu bukan orang sembarangan, bahkan kami tidak bisa mendapatkan informasi pilot maupun staf yang membawa mereka ke New York." Lanjut Mike.

"Kami juga tidak bisa menemukan lokasi Laura sampai detik ini, hal inipun belum bisa di katakan sebagai kasus penculikan karena dua menit sebelum lepas landas Laura masih memberimu kabar bahwa dia akan kembali ke negaranya."

"Bahkan dia berbohong mengenai kepergiannya sore hari, tidak mau kau mengantarnya dan tidak mengatakan bahwa ia naik jet pribadi. Bisa jadi dia dijemput oleh seseorang dan sengaja menutupinya darimu, tetapi tidak menutup kemungkinan jika dia juga diculik dan melakukan panggilan telepon itu di bawah tekanan." Putus Mike berbicara berdasarkan asumsinya dan jack.

"Brengseeeek ...." Dave menggeram, ia mengacak-acak rambutnya yang memang berantakan karena baru bangun tidur.

"aku yakin Laura diculik." Lirihnya.

Mike menarik nafas panjang namun pelan, ia memejamkan matanya sejenak. "ya, aku harap begitu."

"Apa maksudmu Mike? Apa kau mengatakan Laura pergi dan menghianatiku? Aku sangat mengenal Laura lebih dari siapapun, dan aku yakin dia tidak akan pernah menghianatiku." Ucap Dave tidak terima dengan respon sahabat sekaligus asistennya itu.

"tidak, bukan itu maksudku. Sudahlah, kita akan tahu setelah menemukan informasi lebih lanjut." Mike berusaha mengalihkan pembicaraan, ia tidak ingin memancing keributan yang akan membuat suasana semakin keruh.

"ayo turun, kita sarapan bersama. Aku sudah sangat lapar ...." Lanjut Mike.

Dave berdiri tanpa menjawab diikuti Mike berjalan di belakangnya berlalu menuju ruang makan.

Terlihat dua sosok wanita berbeda generasi sudah bersiap dimeja makan, suasana tampak tenang. Sepertinya wanita cantik bernama Natasya Abraham itu tidak mengadu pada mommy nya bahwa ia sedang dihukum oleh kakaknya sendiri.

Tentu saja ia tidak akan mengadu, jika mommy nya tau alasan kenapa ia dihukum, bisa jadi ia malah semakin mendapatkan hukuman yang lebih berat. Natasya menggelengkan kepalanya ketika melamunkan hal itu, berdoa agar sang kakak tidak bercerita pada Mommy.

"Selamat pagi sayang, selamat pagi Mike...." Sapa Mommy begitu Dave dan Mike tiba dimeja makan.

"Pagi aunty. Aaaaw ...." Jawab Mike, seketika mengeram kesakitan di bagian kakinya. Ia melirik Natasya yang duduk persis disebelahnya.

"Duduk di ujung sana, kau bukan anggota keluarga." Tunjuk Natasya pada Mike kearah kursi makan di ujung meja, tidak lupa memberikan tendangan maut pada kaki pria yang dibencinya itu.

"Natasyaa, jangan seperti itu sayang. Mommy tidak pernah mengajarkan kalian berlaku kasar dan sombong." Tegur mommy pelan.

Sementara Dave diam saja, ia malas meladeni Natasya yang selalu berulah jika berhadapan dengan Mike.

Mike tersenyum. "tenang saja aunty, aku sudah terbiasa dengan sikap manisnya." Ia berbicara dan mengalihkan pandangan pada Natasya yang melihatnya dengah tatapan jengkel.

Natasya ingin sekali beranjak dari tempat itu, namun terlalu takut jika akan memancing amarah kakaknya lagi, hingga dengan terpaksa ia melahap sarapannya dengan penuh kekesalan dihati.

*

*

"Hallo ganteng ... hallo cantik ... apa kabar kalian?" Suara heboh Nora menyapa kedua adik sahabatnya. Saat ini mereka sudah berada di dalam satu mobil dengan tujuan berkuda sekaligus camping.

Ya, ini adalah kali kedua Nora ikut berkuda dengan ketiga bersaudara itu, setelah lima bulan lalu mereka melakukannya untuk merayakan diterimanya Shanna bekerja di perusahaan konstruksi tempatnya bekerja.

"Hallo kak Nora, kakak cantik sekali." Jawab Shannon riang sedangkan Sky disampingnya hanya diam saja. Ia sedikit malas dengan gadis gadis-berisik seperti Shannon dan juga Nora, apalagi sahabat kakaknya itu sering bercanda menggodanya.

"kan memang sudah cantik. Oh yaaa, apa adik-adikku ini sudah sarapan?"

"Belum kak, nanti saja."

"Baguslah, kak Nora sudah membuatkan spageti kesukaan kalian. Karena ini buru-buru jadi kakak tidak bisa membuatkan makanan berat." Sergah Nora, pasalnya ia dikabarkan Shanna bahwa rencana berkudanya di majukan menjadi hari ini. karena Shanna tidak jadi membawa Shannon kontrol terlebih dahulu.

"Yeeeeey, kak Sky pasti sangat senang kan? Karena tadi kakak meminta spageti pada kakak." Tanya Shannon pada Sky yang hanya dijawab deheman.

"Adikmu benar-benar menantang, aku semakin gemas padanya." Bisik Nora pada Shanna yang berada disampingnya. Sementara Shanna hanya terkekeh dan kembali menatap pada jalanan yang mereka lewati dengan tatapan kosong.

"oh yaa, apa dokter sudah memberi ijin untuk Shannon pergi berkuda?" Tanya Nora memecah kembali lamunan sahabatnya.

"iya, tadi malam aku mengirimi pesan pada dokter, dan dibalas tadi pagi sebelum aku menghubungimu. Kondisi Shannon bisa untuk pergi dan tidak perlu kontrol dulu katanya, asal jangan terlalu capek saja." Jawab Shanna diangguki Nora.

sepanjang jalan hanya percakapan ringan yang dibicarakan para gadis, sementara Sky hanya diam saja dan fokus dengan kemudinya.

mobil pun tiba di tempat yang mereka tuju. Perjalanan hampir dua jam tidak mengurangi sedikitpun semangat gadis remaja cantik bernama Shannon. Hanya dengan hal sederhana sudah bisa membuat adik kesayangan mereka bahagia, membuat kedua kakaknya ikut bahagia melihat senyum dibibirnya.

hari itu mereka lewati dengan penuh rasa bahagia, terutama oleh Shannon yang sudah sangat lama tidak jalan-jalan. Lain halnya dengan Shanna yang tertawa lebar namun tidak ada yang tau jika separuh jiwanya tengah hancur.

*

*

Weekend telah berakhir. Rasanya berat bagi Shanna memulai harinya, tidak seperti biasa ia akan sangat bersemangat saat bersiap untuk bekerja.

Desas desus mengenai kabar pak Andrew tidak jadi dimutasi telah menyebar diseluruh penjuru kantor Bonnati. Hal ini membuat semuanya sangat senang ditambah lagi proyek dengan Abraham Group ternyata telah disetujui.

"Ann, apa kau sudah mendengar kabarnya?" tanya Nora pada Shanna yang baru saja tiba di kantor.

"Hmmm." Shanna mengangguk dan tersenyum sangat tipis, ia ingin bahagia tetapi hati kecilnya menolak.

"Ternyata es balok itu tidak seburuk yang aku dengar." perkataan Nora membuat Shanna tersenyum miris. Ia tidak tau apa yang sudah menimpa sahabatnya sehingga dengan mudah proyek itu kembali disetujui.

"kau hebat, aku sangat bangga padamu." Nora tersenyum memeluk Shanna.

Pintu ruangan terbuka, nampak manager divisi mereka masuk diikuti Andrew dibelakangnya.

"Mungkin kalian sudah mendengar kabarnya. Jadi, saya tidak perlu menjelaskannya lagi panjang lebar"

"untuk merayakan dan juga menghilangkan sedikit ketegangan kita beberapa hari ini, saya akan mengajak seluruh divisi desain interior untuk merayakan kemenagan atas proyek dari Abraham Group." Ucap Manager itu diikuti sorak sorai para karyawan yang heboh.

"Terutama untuk Shanna dan juga pak Andrew yang telah berusaha semaksimal mungkin dalam memenangkan proyek ini. Saya ucapkan terima kasih atas kerja kerasnya, dan saya harap kalian bisa bekerja dengan lebih baik lagi, agar proyek ini berjalan lancar tanpa hambatan dan tentu saja dengan hasil yang memuaskan pihak client." Lanjut Manager divisi.

Shanna dan Andrew mengangguk pelan, sesaat keduanya bersitatap seolah mengisyaratkan rasa syukurnya dan terimakasih, lebih tepatnya oleh Andrew.

sementara Shanna, ia sudah tidak memiliki minat atas proyek itu. Ia berharap agar tidak lagi bertemu dengan pria brengsek yang telah melecehkannya.

*

*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!