15

*

*

*

shanna menggeliat, mengerjapkan mata lalu membukanya perlahan. "aaaaww." lirihnya merasakan perih pada bagian bawah.

ia mengedarkan pandangan pada sekelilingnya "tidak. Kumohon, ini hanya mimpi " gumamnya dan kembali menutup mata lalu perlahan membukanya kembali, terlintas bayangan beberapa jam lalu saat ia dan pria yang baru ia temui dua kali itu berbagi kepuasan bak dua orang yang saling mencintai. Air matanya luruh, ia tau ini nyata.

Wanita lemah lembut dengan penuh kasih sayang itu menangis pilu. Terisak tanpa suara, mendapati kenyataan bahwa ia telah kehilangan mahkota paling berharga bagi seorang wanita. Ia gagal, telah gagal menjaga dirinya sendiri.

Shanna bersiap turun dari ranjang empuk yang ia tempati. "aaaw perih skali." Ia merintih lagi.

"maafkan Shanna mom dad, Shanna gagal, Shanna bukan anak yang baik, Shanna bukan kakak yang baik, maafkan Shanna" lirihnya, airmata kembali luruh dipipi wanita cantik itu, mata teduhnya menyiratkan segala kehancuran atas apa yang menimpanya, ia memilih duduk meringkuk memeluk kedua kakinya diatas ranjang dengan ditutupi bedcover sebatas leher.

Wanita cantik itu masih terus terisak hingga tidak menyadari Dave telah masuk dan berdiri ditepi ranjang dekat dengannya.

"bersihkan tubuhmu, pakai ini." Dave meletakkan paper bag berisi pakaian di depan Shanna yang perlahan mendongakkan wajahnya menatap Dave.

"Kumohon, bertanggung jawablah." Lirih Shanna memohon meraih ujung jari pria di hadapannya.

sesaat Dave terpaku menatap mata teduh yang digenangi air mata itu, "aku tunggu di luar." Ia tidak menjawab permohonan Shanna dan berlalu pergi.

"Huu ... huu ... huu." Wanita lemah itu tidak bisa lagi menahan isakannya, ia tau Dave tidak akan bertanggung jawab.

* * *

Shanna memandang nanar pada pantulan tubuhnya yang polos di depan cermin, kembali menangis dan terduduk lemas, seluruh tubuhnya dipenuhi tanda merah yang ditinggalkan Dave seolah menegaskan bahwa tubuh itu sudah tidak berharga lagi.

Ia menangis, meraung-raung, memukuli dadanya yang terasa sesak di bawah guyuran air, "Shannon, Sky, huu ... huu ... huu maafkan kakak." Rintihan diiringi suara tangis yang begitu pilu dari bibir mungilnya begitu menyayat hati bagi siapa saja yang mendengar.

*

*

"aku tidak bisa bertanggung jawab, aku tidak memiliki perasaan apapun pada wanita ini, apalagi aku memiliki Laura di hatiku, aku sangat mencintai Laura." ucap Dave dalam hati begitu ia melihat wanita cantik yang telah ia renggut mahkotanya keluar dari dalam ruang pribadinnya.

Shanna sudah terlihat jauh lebih tenang dan segar daripada sebelumnya, rambutnya setengah basah tanpa disisir, dress bermotif bunga sakura agak kebesaran berwarna peach sebatas paha, lengan pendek, dan tentu saja dengan wajah polos tanpa polesan apapun.

Dave memandangi Shanna yang tengah berjalan kearahnya "sangat cantik," batinnya.

Shanna duduk di sofa berhadapan dengan Dave yang hanya dibatasi meja kecil diantara keduanya.

"ambil ini, tulis berapapun yang kau inginkan." Ucap Dave menyodorkan selembar kertas yang sudah dibumbuhi tanda tangan tepat di hapadapan Shanna, kemudian pria itu berdiri ingin pergi dari ruangannya.

"Aku ingin anda bertanggung jawab tuan Dave." Suara Shanna bergetar, ia berdiri menghadap pada punggung Dave yang melangkah menuju pintu keluar.

Dave berbalik lalu melangkah mendekati Shanna, "itu adalah bentuk tanggung jawabku." ucapnya sambil menunjuk selembar kertas di atas meja yang ia sodorkan tadi pada Shanna.

"Bukan itu yang aku inginkan." Shanna menekankan suaranya.

Dave menautkan alis, "Lalu? Aaaaa ... maksudmu, kau ingin aku menikahimu? Hahaha, kau sangat lucu." Dave tertawa mengejek.

"Lucu? Apa anda fikir menghancurkan seorang wanita adalah lelcucon?" Ucap Shanna tidak habis fikir pada pria di hadapannya itu.

"Kau fikir hanya dengan menidurimu lalu aku akan menikahi wanita sepertimu? Jika begitu maka sudah lebih dari puluhan wanita yang kunikahi." Ucap Dave berbohong, pacaran saja hanya dengan Laura lalu bagaimana ia meniduri puluhan wanita, bahkan pria dingin tak tersentuh itu begitu risih jika berdekatan dengan wanita yang tidak dikenalnya.

"Aku tidak seperti wanita-wanita yang sudah pernah kau sentuh, kau memaksaku,kau memperkosaku Dave Abrahaaam." Shanna tidak bisa menahan amarahnya lagi, air matanya kembali berurai. Dengan suara begetar dan tanpa embel-embel tuan ia berbicara membalas tatapan Dave

"memaksa? Memperkosa? Hahaha, apa kau tidak salah nona Shanna? kau mendesah di bawahku dan bahkan dengan bibirmu kau berkata bahwa kau menyu- "

"cukup ... Plaaaak ...." Ucapan Dave terhenti oleh sebuah tangan yang melayang tepat pada pipi kirinya.

"kau brengsek. kau pria jahat tidak bertanggung jawab, kau pengecuuuut." Shanna berteriak histeris menampar dan memukuli dada bidang Dave dengan kedua tangannya. "kau mengambil satu satunya milikku, kau pria jahaaaat. Aku berbeda, aku tidak seperti wanita-wanita itu huu ... huu ... huu." Shanna terisak hatinya hancur disamakan dengan wanita yang pernah di sentuh oleh pria itu.

Dave menahan kedua tangan Shanna. "Ya, kau benar, kau memang berbeda dari mereka. Namun, tetap saja aku tidak bisa bertanggung jawab lebih dari itu apalagi harus menikahimu karena aku tidak menyukaimu. Dan aku hanya akan menikahi wanita yang aku cintai." Dave melepaskan satu tangannya yang menggenggam Shanna lalu menujuk kertas yang sejak tadi masih berada dimeja kecil tadi.

"Lagi pula kau terlalu naif, di luar sana ada banyak wanita tidak lagi perawan. Kau harusnya berterima kasih padaku, setidakknya aku memeberimu imbalan yang sangat besar atas apa yang kita lakukan. Dan, bukankah kau menyukainya nona Shanna?" Dave berbicara dengan penuh penekanan disetiap katanya, bibirnya tersenyum menyeringai. Ia tidak terima ditampar oleh wanita seperti Shanna, bahkan kedua orangtuanya pun tidak pernah berlaku kasar padanya.

bibir Shanna kembali bergetar, marah benci dan sakit hati memenuhi dadanya atas penghinaan Dave terhadpanya, ia berjalan mengambil cek itu dan kembali menghampiri Dave. "kaaau pria brengsek yang pernah ku temui tuan Dave, kau tidak pantas disebut manusia." Shanna meremas kertas itu hingga menjadi gulungan kecil dan melemparnya tepat diwajah tampan Dave sebelum akhirnya ia pergi dari tempat itu.

"Pastikan kau tidak mengandung benihku." Suara dingin Dave menghentikan langkah Shanna yang sudah berada diambang pintu, ia meremas erat dress yang dipakainya.

"itu tidak akan pernah terjadi, karena aku tidak sudi memiliki bayi dari penjahat sepertimu." jawab Shanna tanpa menoleh pada Dave dan pergi dengan membanting pintu ruang CEO itu.

Dave terpaku, "aaaaaaaarrkkkkkkhhhhh." mengacak-acak rambutnya frustasi. Apa yang di katakan Shanna benar bahwa dia adalah pria brengsek yang tidak pantas disebut manusia.

Tetapi ia berfikir bahwa ini tidak sepenuhnya salahnya, ia yakin telah dijebak oleh seseorang. Ia bertekat akan menemukan pelakunya dan tidak akan mengampuni siapapun yang telah berani mempermainkannya.

"Bagaimana mungkin aku menikahi wanita yang tidak kucintai, lagipula aku memiliki Laura." Gumamnya kemudian meninju meca kaca di sampingnya berdiri, hingga meja itu tak lagi berbentuk, menyisakan noda darah pada setiap buku-buku jarinya.

*

*

Shanna berjalan gontai menuju basemen tempat ia memarkirkan mobil, beruntung ia turun pada saat malam dimana suasana kantor sudah sangat sepi, sehingga tak ada seorangpun melihat kekacauan pada diri Shanna saat ini.

ia bahkan tidak lagi memakai sepatu yang ia kenakan saat datang, hanya membawa tas yang ia tinggalkan di sofa sebelum Dave membawanya paksa ke ruangan tempat mereka berbagi hasrat bak pasangan yang saling mencintai, bahkan penjaga kemanapun tak menyadari saat wanita itu berjalan keluar dari lobi. Ia mengambil kunci didalam tas kecil yang berada di lengannya kemudian menekan remote lalu membuka pintu mobil.

ia menunduk menopang kepalanya pada setir mobil, air matanya masih terus mengalir seolah tak pernah habis. "jangan menangis Shanna, Shannon dan Sky akan khawatir jika melihatmu seperti ini." Gumamnya memperingati diri.

Perlahan ia mengangkat wajahnya, mengarahkan wajah cantiknya pada spion mobil, mengambil beberapa lembar tissu untuk menghapus jejak air mata di pipinya, ia menarik nafas panjang. "huuuuuh, aku tidak boleh lemah." Mulai menghidupkan mobil dan berlalu pergi meninggalkan basemen perusahaan Abraham Group dengan segala sakit dan kehancuran yang dibwanya.

*

*

Mohon saran dan kritiknya ya teman teman 🥰🥰

Terpopuler

Comments

Shisiel Afwan

Shisiel Afwan

bagus

2024-05-24

0

Erni Fitriana

Erni Fitriana

bagus kak...lanjuttttt

2024-05-20

0

Hafiza Izza

Hafiza Izza

bagus bgt novel aq suka❤️❤️❤️

2024-04-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!