Ternyata seorang Bos

Malam itu mereka pun tidur dikamar yang sama namun di tempat yang berbeda, karena memang Farhan tak ingin Hani menjadi takut dengan dirinya.

Dia paham betul dengan situasi mereka saat itu. Yang baru saja bertemu. memang terkadang Farhan berpikir pernikahan mereka memang begitu unik.Malam itu dilewati dengan mimpi indah masing -masing.

Hani pagi itu bangun dan langsung memasakkan sarapan untuk Farhan. Dia hanya memasak.nasi goreng dan telur ceplok saja, karena kebetulan di kulkas hanya ada itu saja, karena memang Farhan belum belanja untuk kebutuhan rumah mereka.

"Ayo Abang sarapan dulu." ajak Hani.

"Kamu sudah masak?"

"Iya, kan Abang harus pergi ke kantor."

"Bang!" panggil Hani.

Farhan menatap Hani yang berad dihadapannya, menunggu apa yang akan dikatakan istrinya itu.

"Apa boleh Hani masih tetap jualan?" tanya Hani ragu.

"Kamu masih ingin jualan juga?"

"Iya bang, kan bisa bantu-bantu kebutuhan kita." jawab Hani polos.

"Ya sudah, nanti biar Abang antar."

"Tidak usah, biar Hani pergi sendiri saja, abang kan harus ke kantor."

"Sudah tidak apa-apa, Makan lah dulu." Farhan tersenyum ke arah Hani.

Setalah sarapan Farhan dan juga Hani berangkat bersama untuk bekerja ditempat masing-masing. Hani seperti biasa pergi berjualan

Begitu sampai ditempat Hani berjualan Farhan langsung pergi menuju ke kantornya saat itu, meninggalkan Hani dengan kesibukannya di kios aksesoris miliknya.

Sebenarnya Farhan tidak tega melihat Hani berjualan disana, tapi sepertinya Hani begitu mencintai pekerjaan nya. Farhan pun mencoba memikirkan rencana agar Hani mau berhenti berjualan aksesoris.

Farhan benar-benar kehabisan akal saat itu, dia tak ingin kalau melarang Hani untuk pergi jualan mungkin dia akan sedih.

Ketika farhan sedang kebingungan, tiba-tiba Beni masuk keruangan nya.

"Bos kenapa pula mukanya kusut hari ini?" tanya beni kepada Farhan.

"Ben duduk disini dulu." pinta Farhan sambil menepuk sofa disamping nya.

Beni yang penasaran dengan apa yang akan dikatakan bos nya pun langsung duduk ditempat yang diminta Farhan.

"Saya ingin minta pendapat kamu."

"Apa itu bos?" tanya Beni serius.

"Aku ingin kamu bantu aku, agar istriku tak lagi jualan di kios pinggir jalan."

"Istri Bos?" tanya Beni sambil tangannya juga ikut menyentuh kepala Farhan, dia berpikir apakah Bos nya itu sedang mengigau.

"Jauhkan tangan mu dari kepala ku." ucap Farhan sambil menepis tangan Beni yang ada di dahi nya.

"Sejak kapan Bos punya istri?"

"Sudah , jangan banyak tanya."

"Aku sudah menikah dua hari yang lalu." jawab Farhan santai.

"Apa Bos? Siapa perempuan yang mau menikah dengan mu Bos?" tanya Beni dengan suara yang keras karena kaget.

"Tutup mulut mu, atau semua orang yang ada dikantor ini akan tau."

"Dan aku akan memecat mu." ancam Farhan .

"Oke Bos."

"Lalu apa yang harus aku lakukan ?" tanya beni kali ini serius.

"Aku sedang meminta kamu untuk berpikir rencana apa yang cocok kita lakukan."

Sejenak Beni terdiam dan terlihat sepertinya sedang berpikir. Dia duduk dengan menopang dagunya saat itu, berpikir keras untuk menolong Bos nya.

"Bos, bagaimana kalau kita beli saja tempat jualan nya?" tanya Beni .

"Siapa yang akan berjualan disana?"

"Gampang itu Bos, nanti biar kupikirkan."

"Oke" jawab Farhan mantap.

"Nanti sore kamu ke alamat Yang akan ku kirimkan."

"Baik bos."

Setelah bicara beni pun masih duduk di samping Farhan , di benar-benar bingung ada apa Bos nya itu tiba-tiba sudah menikah.

"Kamu mau apalagi?" tanya Farhan melihat Beni masih melamun didamping nya.

"Tidak ada Bos." jawab nya kaget.

"Ya sudah Kembali.bekerja sekarang juga."

Beni pun langsung pergi dari sana ,keluar dari ruangan nya Farhan, ide dari Beni cukup bagus menurut Farhan ,tapi bagaimana jika Hani malah bosan dirumah karena tidak ada yang dikerjakan.

Sore itu setelah semua kegiatannya dikantor selesai, Farhan pun langsung pulang kerumah dan berganti pakaian, karena dia akan menjemput Hani ditempatnya bekerja.

 Begitu sampai disana ternyata Hani sedang bersama seorang perempuan, yang mungkin sebaya dengan dirinya, merek sedang asik berbincang-bincang ,dan kebetulan yang dibicarakan adalah tentang pernikahan dirinya dan Hani.

"Bagaimana jualan hari ini?" tanya farhan yang baru saja datang, membuat Hani dan Yuna sama-sama mengalihkan pandangannya ke arah Farhan

Farhan yang saat itu sedang berdiri dibelakang Hani, sontak Yuna bangun dan tersenyum ke arah Farhan yang tersenyum ke arah nya.

"Ya Ampun, ganteng banget." ucap Yuna tanpa sadar.

"Eh, apa lah kamu ini." Hani menepuk bahu Yuan yang terus fokus pada Farhan.

"Ini suami ku tau." ucap Hani memperkenalkan Farhan kepada Yuna."

"Suami?" tanya Yuna terkejut.

"Iya lah, memang nya siapa lagi."

"Kalau begitu aku setuju lah Han, kamu betul memilih menikah mendadak." ucap Yuna namun masih fokus pada sosok Farhan.

Memang sosok Farhan adalah seorang lelaki yang tampan, berkulit sawo matang dan berhidung mancung, memiliki mata elang yang membuatnya begitu mempesona.

Tapi untuk Hani semua itu biasa saja, karena bukan harta atau pun tampang yang membuatnya menikah dengan Farhan ,tapi keadaan dan kesalahan.

"Ada apa Abang datang kemari?" tanya Hani kepada Farhan.

"Ya untuk menjemput kami lah." jawab Farhan santai, dan ikut duduk di samping Hani.

 Dan tak lama Farhan duduk di sana Beni pun datang sesuai dengan perintahnya, Beni berpura-pura ingin membeli aksesoris di kios milik Hani saat itu.

Begitu melihat ada orang yang datang, Hani langsung bangun dan menanyakan barang apa yang ingin dibeli.

Saat melihat Hani, Beni langsung menduga kalau itu adalah istri Bos nya, cantik pantas saja Bos mau menikahinya , masih muda lagi. Begitu lah yang terlintas dipikiran Beni.

Akan tetapi dia pun fokus pada tujuannya saat itu membeli tempat dana barang-barang yang dijual oleh istri Bos nya.

"Maaf nona, bagaimana kalau saya beli saja semua ini?"

"Semua?" tanya Hani bengong.

"Iya semua, sekalian dengan tempat nya." ucap Beni.

"Tapi bagaimana saya mau jualan lagi ,kalau semua dibeli?" tanya Hani bingung.

Tentu saja Farhan langsung bangun dan mendekat ke arah mereka berdua.

"Kalau begitu kamu tidak usah jualan lagi."

"Nanti kamu bisa cari pekerjaan lain kan?" tanya Farhan meyakinkan.

"Tapi bang."

"Sudah jual saja."

"Semuanya lima puluh juta, bagiamana?" tanya Farhan pada Beni.

Tentu saja beni langsung setuju, karena memang Farhan telah memberikan dirinya uang untuk membayar kios dan barang jualannya Hani.

Hani pun tak lagi menolak, dia setuju menjual kiosnya dan tidak berjualan aksesoris lagi, dia saat itu berpikir mungkin benar kata Farhan kalau dia lebih baik mencari pekerjaan lain saja.

Setelah semua selesai, Farhan dan Hani pulang menuju ke rumah nya, namun saat itu Hani tidak tau kalau farhan lah yang telah membeli kios nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!