Keesokan harinya, Jing Yang kembali bermeditasi dan menyerap khasiat yang terkandung dalam Permata Iblis dari Serigala Bertanduk Hitam.
Jing Yang mengikuti arahan Roh Sang Hitam dengan baik. Hari ini dia berhasil menyerap tujuh Permata Iblis dalam kurun waktu tujuh jam milik Binatang Iblis Tahap Bumi Tingkat Dua yang tak lain adalah Serigala Bertanduk Hitam.
Karena masih memiliki tenaga untuk melanjutkan latihannya, Jing Yang meminta Roh Sang Hitam untuk menemaninya berburu Binatang Iblis yang menghuni hutan di sekitar Tebing Dimensi Hitam.
Namun Roh Sang Hitam menolak ajakan Jing Yang. Menurutnya dia sudah mengatur jadwal latihan Jing Yang dengan matang, sehingga jika Jing Yang memiliki waktu luang maka lebih baik pemuda itu menggunakannya untuk beristirahat.
“Jika waktunya latihan, maka berlatih lah. Namun saat waktunya istirahat, maka beristirahat lah. Jangan meminta hal yang macam-macam denganku, anak manusia!” Roh Sang Hitam geram karena Jing Yang terus merengek padanya. Setelah mendengar perkataan Roh Sang Hitam, terlihat wajah Jing Yang yang merasa bersalah.
Kemudian pemuda itu duduk bersila di atas batu putih dan mulai mengolah pernapasan. Untuk mengisi waktu luangnya, Jing Yang mengingat ajaran dari Xue Qinghua yang mengajarinya pernapasan dasar.
Udara murni di sekitar hutan tak terjamah membuat Jing Yang merasakan kesejukan yang luar biasa merayapi sekujur tubuhnya. Dalam hatinya dia merasa tidak ingin menyia-nyiakan waktu untuk beristirahat.
Mengolah pernapasan adalah hal yang cocok untuk mengisi waktu luangnya, setelah menjelang sore hari, Jing Yang pergi ke sungai untuk mandi.
Roh Sang Hitam hanya diam mengamati setiap hal yang dilakukan Jing Yang. Selang tiga puluh menitan, dia melihat Jing Yang menghampirinya dari arah sungai dengan rambut yang basah.
“Guru, aku tadi menangkap ikan di sungai.” Senyuman polos Jing Yang membuat hati Roh Sang Hitam luluh.
“Bagus, kau sudah bisa berburu sendiri. Kalau begitu, aku ingin melihat perkembanganmu lagi.” Roh Sang Hitam menjentikkan jarinya, tidak lama puluhan Apel Es datang ke arah Jing Yang. Dengan sigap Jing Yang menangkapnya dan menatap Roh Sang Hitam kebingungan.
“Coba makanlah itu,” ucap Roh Sang Hitam. Jing Yang mengernyitkan dahinya mendengar perintah Roh Sang Hitam. Tanpa curiga dia memakan Apel Es, namun hal yang mengejutkan terjadi. Mata Jing Yang melebar ketika dia mengunyah Apel Es karena terdengar suara kunyahan mulutnya yang keras. Rahang giginya bunyi seperti tulang remuk.
“Sangat keras. Tapi aku masih bisa memakannya,” ucap Jing Yang. Kemudian dia tersenyum tipis menatap Roh Sang Hitam.
“Sepertinya kau telah tumbuh dengan baik. Aku turut bahagia. Namun kau masih belum cukup kuat,” jawab Roh Sang Hitam. Sementara Jing Yang yang mendengarnya menjadi sedikit penasaran.
“Sepuluh Apel Es. Coba habiskan.” Roh Sang Hitam menambahkan. Tanpa protes sedikitpun, Jing Yang menghabiskan Apel Es pertamanya.
Kemudian dia mengambil Apel Es kedua, ketiga dan seterusnya sampai lima. Ketika dia hendak memakan Apel Es yang keenam, Jing Yang merasa mulutnya mulai lelah untuk mengunyah Apel Es.
“Rasanya melelahkan. Mulutku mulai lelah,” keluh Jing Yang sambil memaksa menghabiskan Apel Es yang keenam. Roh Sang Hitam tertawa melihat Jing Yang kesusahan memakan Apel Es.
“Jika kau telah bisa memakan Apel Es tanpa kesulitan. Maka saat itu proses penempaan tulang di tubuhmu berjalan dengan baik. Aku pastikan kau tumbuh dengan baik, karena aku sendiri yang akan selalu mengawasimu.” Roh Sang Hitam menatap Jing Yang yang sedang memegang mulutnya. Kepala Jing Yang hanya mengangguk pelan dan menggumam tidak jelas.
Ketika malam hari tiba, Jing Yang membakar ikan yang telah dia bersihkan. Seperti biasa dia melirik sedikit Roh Sang Hitam yang sedang mengamati dirinya makan malam.
Selesai makan malam, Jing Yang tertidur hanya beralaskan batu putih. Sedangkan Roh Sang Hitam tetap terjaga dan melayang di udara sambil mengamati Jing Yang setiap detiknya.
“Kisah hidupnya terlalu memilukan, namun dia masih bisa tersenyum.” Roh Sang Hitam menggumam pelan sambil menatap wajah Jing Yang yang tertidur pulas.
Tak terasa malam yang tenang itu telah berlalu dengan cepat. Perlahan embun pagi mulai mendekap dedaunan, mata Jing Yang terbuka pelan-pelan dan mendapati Roh Sang Hitam yang sedang menatap dirinya.
Perempuan berparas cantik itu melayang di udara dan tersenyum lembut padanya, “Apa Guru tidak tidur seperti biasanya?” Jing Yang bertanya karena merasa tidak sopan pada Roh Sang Hitam. Saat dirinya kehabisan tenaga dan tertidur pulas, Roh Sang Hitam selalu menjaganya dan mencari makan untuknya, sehingga Jing Yang merasa dirinya telah keterlaluan karena tidak mencoba memahami perasaan Roh Sang Hitam.
“Roh sepertiku tidak tertidur,” jawab Roh Sang Hitam singkat. Kemudian perempuan berparas cantik itu memberi isyarat kepada Jing Yang agar segera membasuh wajahnya dan memulai latihan.
Karena sudah tidak sabar untuk bertarung, Jing Yang dengan cepat berlari ke arah sungai. Selang sepuluh menit kemudian, Roh Sang Hitam melihat Jing Yang kembali dengan wajah sumringah.
“Ikuti aku,” ajak Roh Sang Hitam. Kemudian Jing Yang mengikuti Roh Sang Hitam dari belakang.
“Aku akan mencari lawan yang pantas untukmu. Mungkin kau setara dengan Binatang Iblis Tahap Bumi Tingkat Tiga. Jadi aku ingin kamu merasakan kerasnya pertarungan.” Roh Sang Hitam mengingatkan. Tidak lama mata Jing Yang terarah pada Ular Bersayap Biru.
“Ular?” Jing Yang menelan ludah. Namun tidak lama dia menggelengkan kepalanya dan membulatkan tekadnya.
“Aku bisa merasakan hawa membunuh dari ular itu, Guru!” Jing Yang menunjuk Ular Bersayap Biru dengan jari telunjuknya.
“Apa kau berani melawannya?” Roh Sang Hitam bertanya pada Jing Yang sambil tersenyum tipis.
Mendengarnya, Jing Yang mengangguk lirih, “Tentu aku berani. Jika aku tidak maju, maka aku takut di masa depan nanti tindakanku di masa sekarang menjadi penyesalan,” ujar Jing Yang pada dirinya sendiri. Roh Sang Hitam tersenyum puas mendengarnya.
Lalu Jing Yang berjalan pelan mendekati Ular Bersayap Biru yang sedang terbang di udara. Setelah dia memasuki pelindung yang dibuat oleh Roh Sang Hitam dari luar, dengan cepat Ular Bersayap Biru mengeluarkan api berbentuk bola-bola kecil dari mulutnya.
Reflek Jing Yang menghindari serangan mendadak Ular Bersayap Biru. Matanya dengan jeli mencari Permata Iblis dari Ular Bersayap Biru.
“Dimana keberadaan Permata Iblis ular ini?” Jing Yang membatin dalam hatinya. Pandangan matanya mengamati bentuk tubuh Ular Bersayap Biru dengan seksama.
Namun satu hal yang tidak disadari oleh Jing Yang adalah api yang keluar dari mulut Ular Bersayap Biru. Api yang bercampur dengan bisa Ular Bersayap Biru itu tidak diketahui oleh Jing Yang.
Roh Sang Hitam yang mengamati pertarungan dari luar pelindung merasa Jing Yang menggunakan strategi yang sama seperti sebelumnya.
“Anak manusia! Seorang pendekar harus pandai merancang taktik dan strategi! Jangan gunakan strategi yang sama seperti sebelumnya!” Roh Sang Hitam berteriak dengan keras pada Jing Yang.
“Guru...” Jing Yang menggumam pelan mendengar teriakan dari Roh Sang Hitam.
Kemudian Jing Yang mengamati sekitarnya, matanya langsung melebar ketika melihat tumbuh-tumbuhan mati setelah terkena bola-bola api kecil yang keluar dari mulut Ular Bersayap Biru.
“Api yang keluar dari mulutnya sangat berbahaya,” ucap Jing Yang. Kemudian dia menelan ludah sebelum menghindari puluhan bola-bola api yang keluar dari mulut Ular Bersayap Biru.
Mata Jing Yang langsung fokus menatap Ular Bersayap Biru. Untuk membunuh Binatang Iblis yang sekarang menjadi lawannya, Jing Yang melakukan konsentrasi secara penuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
Alan
semangat
2021-08-31
1
Erna Sukma
Semangat Yang... 😅
2021-06-09
0
Rustamaji
step, by step, makin kuat !!
2021-05-31
0