Tujuh hari yang lalu sebelum kabar kematian Jiang Lian dan Xue Qiuyu meninggal tersebar ke seluruh penjuru Kekaisaran Jiang.
Jiang Lian dan Xue Qiuyu berhasil melarikan diri dari Kota Yunfei dengan menggunakan awan berbentuk Naga yang diciptakan oleh Jing Tian.
Namun setelah mereka berdua berhasil membawa anak mereka selamat dari kematian. Penguasa Pulau Iblis Tengkorak terbang menggunakan ilmu tenaga dalamnya. Sebuah sayap hitam membentang di punggungnya yang terbentuk dari aura tubuhnya.
Penguasa Pulau Iblis Tengkorak yang bernama Mao Gang itu langsung terbang dengan cepat mengejar Jiang Lian. Sosok perempuan yang harus dia bunuh karena mendapatkan perintah dari Jiang Feng.
Kecepatan terbang Mao Gang yang begitu lincah membuat Jiang Lian dan Xue Qiuyu terkejut. Wajah cantik mereka berubah menjadi pucat pasi.
Dalam sekali tebasan pedangnya, Mao Gang tanpa keraguan menebas perut Jiang Lian. Tangisan Jing Yang pecah melihat ibunya tergeletak di tanah dan bersimbah darah.
Bahkan Xue Qiuyu tidak bisa bereaksi melihat kecepatan ayunan pedang Mao Gang, “Tuan Putri Ketiga...” Tanpa bisa berkata apapun lagi. Xue Qiuyu menurunkan Xue Bingyue dan menatap anak semata wayangnya itu sesaat sebelum menatap tajam Jing Yang.
“Kamu! Anak Tuan Putri Ketiga! Bawa anakku melarikan diri! Aku akan mencegatnya!” Teriakan Xue Qiuyu membuat Jing Yang tersentak kaget.
“Yang'er...” Dengan napas yang lemah, Jiang Lian berusaha untuk berbicara terakhir kali kepada Jing Yang, anak semata wayangnya.
“Hiduplah...” Jing Yang menangis melihat ibunya tergeletak lemah di atas tanah setelah mengatakan perkataan yang membuat hatinya tersayat.
Hidup. Sebuah kehidupan tanpa kasih sayang orang tua itu sangat menyakitkan. Walau banyak keluarga di sampingmu. Hubungan ikatan darah itu hanya sebuah kepalsuan. Itulah yang Jing Yang sadari sebagai seorang anak kecil yang memperhatikan orang-orang disekitarnya.
Mao Gang menatap sinis Jiang Lian. “Itulah takdir orang lemah. Anda tidak berhak memilih cara untuk mati, Tuan Putri Ketiga!”
Walau sudah melukai Jiang Lian dengan sangat fatal, Mao Gang tidak berniat membunuhnya dan membiarkan perempuan beranak satu itu merasakan sakitnya menjelang kematian.
Tangan Jiang Lian mencoba mengambil cincin yang melingkar di jari manisnya dan memberikannya pada Jing Yang. Air matanya mengalir dengan deras di wajahnya.
Sebuah senyuman indah menghiasi wajah cantiknya sebelum menghembuskan napas terakhirnya.
“Yang'er.... Bunda ingin melihatmu tumbuh dewasa-” Kata-kata terakhir yang belum tersampaikan sepenuhnya dan kematian sudah merenggut segalanya.
Jing Yang hanya bisa menangis dan menerima cincin pemberian ibunya. Hatinya hancur berkeping-keping seperti Kota Yunfei yang megah dan kini telah menjadi puing-puing reruntuhan.
“Tragis sekali...” Mao Gang tersenyum sinis dan mengalihkan pandangannya menatap tajam Xue Qiuyu.
“Perempuan dari Pulau Salju Rembulan, tingkatan kita berbeda. Kau memang telah mencapai tingkat Pendekar Suci, tetapi aku telah mencapai tingkat Pendekar Bumi.” Mao Gang menatap Xue Qiuyu sinis.
“Kita tidak akan pernah tahu sebelum mencobanya!” Xue Qiuyu melepaskan tenaga dalam beserta aura tubuhnya secara bersamaan.
Xue Qiuyu langsung menggunakan seluruh kekuatannya. “Cepat kalian berdua pergi! Hiduplah! Suatu saat kalian akan menemukan kebahagiaan!” Xue Qiuyu menatap anaknya yang sedang menangis bersama Jing Yang.
“Kamu laki-laki! Kamu harus hidup dan melindungi Yueyue! Jangan menangis! Angkat kepalamu! Semoga keberuntungan berada di pihak kalian berdua!” Xue Qiuyu berteriak kepada Jing Yang sekeras-kerasnya.
“Bunda...” Jing Yang memegang tangan ibunya dan menatap jelas senyuman indah ibunya sebelum ajal menjemputnya.
Dengan perasaan yang hancur, Jing Yang berlari ke arah Xue Bingyue dan menarik tangan gadis kecil cantik tersebut.
“Yueyue...” Xue Qiuyu tersenyum lembut pada Xue Bingyue, putri tercintanya, “
Ibu menyayangimu...”
Xue Bingyue menangis sejadi-jadinya. Jing Yang juga ikut menangis sembari menarik paksa tangan Xue Bingyue menuju hutan yang dekat dengan tempat kejadian.
Mao Gang dengan sinisnya tidak menunjukkan ekspresi apapun selain berkata, ”Tragis sekali...”
Xue Qiuyu memejamkan matanya dan tersenyum untuk terakhir kalinya sebelum berteriak, “Segel Es : Pembeku Jiwa!”
Dalam sekejap tubuh Mao Gang dan Xue Qiuyu membeku. Bahkan seluruh daratan di tempat kejadian tersebut juga ikut membeku.
Jing Yang menoleh ke belakang dan menangis histeris. Sementara itu Xue Bingyue hanya bisa mengikuti Jing Yang dan tak henti-hentinya menangis.
“Kita harus ikuti perkataan Bundamu!” Walau Jing Yang berusaha tersenyum pada Xue Bingyue, namun tangisan dan kesedihan yang mendalam tidak bisa disembunyikan oleh senyumannya kali ini.
Xue Bingyue berusaha untuk lebih kuat dan tegar karena melihat pemuda yang seumuran dengannya dan menjadi korban selamat sama seperti dirinya berusaha menenangkannya, tentu Xue Bingyue tersentuh melihat senyuman Jing Yang yang penuh kesenduan.
Xue Bingyue menggigit bibir bawahnya ketika melihat air mata berlinang yang terus membasahi Jing Yang.
“Bocah!” Sontak Jing Yang dan Xue Bingyue terkejut dan ketakutan.
Mao Gang datang dengan tubuh yang dipenuhi dengan es. Tatapannya sangat tajam dan geram melihat Jing Yang dan Xue Bingyue sedang berlari menjauh darinya.
“Ini kepala ibu kalian!” Telapak tangan Jing Yang menutup mata Xue Bingyue.
Kepala Jiang Lian dan Xue Qiuyu membeku karena es. Namun Jing Yang bisa melihat jelas tebasan pedang Mao Gang yang memotong es. Bongkahan es yang membekukan tubuh orang tuanya.
Jing Yang berlari dengan cepat sembari menarik tangan Xue Bingyue ke arah yang tidak jelas. Perasaan Jing Yang saat ini sangat hancur. Dia tidak menyangka orang tuanya akan meninggal dengan cara yang mengenaskan.
“Ibu!” Xue Bingyue berteriak ketika melihat kepala ibunya membeku dan tergeletak di tanah. Dengan cepat tangan Jing Yang menarik tangan Xue Bingyue secara paksa.
“Terus lari!” Hanya kata-kata itu yang bisa dia ucapkan pada gadis kecil yang cantik. Namun kecantikan itu sekarang terlihat layu karena kesedihannya yang mendalam.
Jing Yang terkejut melihat tebing di depannya. Sedangkan di belakang ada Mao Gang yang sudah berjalan mendekatinya. Situasi tidak berpihak padanya. Kematian semakin mendekatinya.
Mao Gang yang berada di belakang mereka berdua menebaskan pedangnya mengincar kepala Xue Bingyue. Sontak Jing Yang memegang tangan Xue Bingyue dengan erat lalu melemparkannya ke belakang.
Tebasan pedang Mao Gang berhasil mengenai mata kiri Jing Yang. Detik itu juga, Jing Yang harus rela mata kirinya terluka dan luka tebasan pedang terpampang jelas di wajahnya bersamaan dengan darah segar yang mengalir dengan derasnya keluar dari mata turun ke lehernya.
Xue Bingyue menangis histeris melihat Jing Yang terluka karena dirinya. Tidak berapa lama pemuda itu menghampirinya dan menarik tangannya menuju tebing.
”Apa yang ingin bocah itu lakukan?!” Mao Gang berhenti melangkah dan menatap Jing Yang yang berlari ke arah tebing.
“Jangan bilang...” Mao Gang tak habis pikir anak muda berumur lima tahun bertindak sedemikian rupa seperti Jing Yang. Anak muda yang menantang kematian.
“Jika aku membiarkan kedua bocah ini hidup, maka hanya akan ada dendam yang merepotkan di kemudian hari.” Mao Gang menyalurkan tenaga dalamnya pada bilah pedangnya hingga berwarna hitam pekat.
“Badai Iblis Hitam!”
Tebasan pedangnya menciptakan pusaran badai berwarna hitam yang mengarah pada Jing Yang dan Xue Bingyue.
“Peluk aku dan tetap berada di atas tubuhku!” Jing Yang melompat dan memeluk tubuh Xue Bingyue dengan sangat erat.
Tebing yang gelap itu akan menjadi pertaruhan besar bagi Jing Yang. Entah dia akan hancur berkeping-keping karena tidak memperkirakan kedalaman tebing tersebut atau akan ada sebuah keajaiban yang tidak terduga.
Xue Bingyue memeluk tubuh Jing Yang. Kedua tangannya memegang dada Jing Yang dan kepalanya menatap wajah Jing Yang tidak percaya.
“Kamu bisa mati?!” Xue Bingyue menangis melihat Jing Yang yang tersenyum padanya.
“Aku tidak akan mati walau harus kehilangan kaki dan tanganku!” Jing Yang menjawab dan menatap wajah Xue Bingyue penuh arti, ”Dan kamu tidak akan kubiarkan terluka!”
Jing Yang masih mengingat kata-kata terakhir Xue Bingyue. Perkataan ibu dari Xue Bingyue membuat Jing Yang tersentuh. Hanya ini yang bisa dia lakukan untuk membalas jasa Xue Qiuyu.
Tubuh Jing Yang menabrak derasnya arus sungai. Punggungnya terasa remuk. Jeritan yang menyayat hati Xue Bingyue terdengar menggema di bawah tebing. Jeritan dari Jing Yang membuat Xue Bingyue menangis histeris.
“Tidak!” Xue Bingyue menangis sejadi-jadinya sebelum tenggelam bersama Jing Yang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
Arya
kira2 juga kali masa anak umur 5 tahun di sebut pemuda, hadeeehhh. . ..
2021-12-16
2
lukman
good...
2021-08-17
0
Hinata Sakaguchi
SAMPE NANGIS AKU THOR
2021-08-03
1