Tidak terasa dua tahun telah berlalu sejak Jing Yang dan Xue Bingyue selamat dari kejadian malam pembantaian berdarah di Kota Yunfei.
Jing Yang tumbuh menjadi anak yang bekerja keras, namun kerja kerasnya belum membuahkan hasil karena tubuhnya yang lemah membuatnya sakit-sakitan ketika belajar bela diri.
Walau berangsur-angsur membaik ketika Xue Qinghua mengajari Jing Yang untuk melatih pernapasan, namun ada keanehan di dalam tubuh Jing Yang.
Sebuah aura hitam pekat terus menggerogoti tubuh Jing Yang ketika Xue Qinghua mencoba menyembuhkan penyakit pemuda tersebut.
Aura hitam pekat ini berbeda dengan aura pembunuh, melainkan aura iblis yang mencekam. Bahkan wajah Xue Qinghua selalu pucat pasi ketika memeriksa tubuh Jing Yang.
Bahkan Xue Qinghua merasa sedih ketika ada pendekar laki-laki yang masih merupakan bagian dari Pulau Salju Rembulan membicarakan Jing Yang mengatakan pemuda yang sudah dia anggap sebagai cucunya sebagai aib dan anak yang cacat bagi Pulau Salju Rembulan.
Kebanyakan dari mereka menganggap Jing Yang sebagai anak yang cacat dan tidak pantas untuk hidup bersama Xue Bingyue.
Berbeda dengan Jing Yang yang tidak ada kemajuan selama dua tahun belakangan ini, gadis kecil yang tumbuh dengan baik bersamanya justru menjadi perbincangan hangat di antara pendekar Pulau Salju Rembulan.
Gadis kecil itu tak lain adalah Xue Bingyue. Banyak yang mencocokkan Xue Bingyue dengan putra dari salah satu Tetua Pulau Salju Rembulan yang bernama Lin Feng.
Xue Bingyue yakin Jing Yang akan tumbuh dengan kuat, gadis kecil itu masih mengingat kegagahan Jing Yang yang mencoba menghiburnya dan memiliki tekad yang kuat di setiap tindakan dan perkataannya.
Tidak jauh dari tempat Xue Bingyue berlatih pedang, terlihat Jing Yang sedang di caci maki habis-habisan oleh Lin Feng bersama teman-temannya.
“Dasar anak cacat! Berani sekali kau tidur berdua dengan Yue'er!” Sebuah tendangan mendarat di perut Jing Yang.
Lin Feng adalah sosok pemuda berumur sebelas tahun dan sedang menendang perut Jing Yang. Dia datang bersama dua temannya yang bernama Lin Fan dan Lin Xiang.
“Benar sekali perkataanmu, Tuan Muda Feng,” sahut Lin Fan sembari menarik kerah baju Jing Yang kemudian dia memukul wajahnya. “Makan ini, cacat! Kau sama sekali tidak pantas menjadi bagian dari Pulau Salju Rembulan!”
Jing Yang memuntahkan darah segar, seperti biasa hidungnya mengeluarkan darah. Pandangan matanya perlahan mulai buram, namun tendangan dari Lin Xiang kembali mendarat di perutnya.
“Dasar sampah!” Lin Xiang menendang perut Jing Yang hingga Jing Yang terkapar di tanah.
“Hnggh!” Jing Yang mengerang kesakitan.
Suara tawa dan cacian dari Lin Feng, Lin Fan dan Lin Xiang terus menggema. Tidak berapa lama sebuah bola-bola salju yang dilempar oleh Xue Bingyue mengarah ke arah tiga pemuda yang mengganggu Jing Yang.
“Kalian selalu saja mengganggu Yangyang!” Kini Xue Bingyue dengan berani memanggil nama Jing Yang. Gadis kecil itu ingin semua orang di Pulau Salju Rembulan tahu jika yang mengerti dirinya hanyalah Jing Yang. Tidak ada yang lain.
“Yue'er, untuk apa kau membela anak cacat sepertinya! Jing Yang hanyalah aib tidak berguna!” Lin Feng menatap sengit Jing Yang karena melihat Xue Bingyue mengangkat tubuh Jing Yang.
Lin Feng sendiri sudah jatuh hati pada gadis kecil cantik itu selama bertahun-tahun, bahkan dari Xue Bingyue masih bayi. Namun semenjak kedatangan Jing Yang semuanya berubah, dia tidak bisa memamerkan ilmu bela dirinya pada Xue Bingyue seperti dulu saat Xue Bingyue berumur empat tahun.
“Yangyang bukanlah orang cacat dan tidak berguna! Yangyang adalah orang yang hebat! Kalian tidak mengerti apapun tentang dia!” Xue Bingyue geram dengan Lin Feng dan teman-temannya.
“Jangan pernah mengganggu, Yangyang lagi,” tegas Xue Bingyue sebelum meninggalkan Lin Feng yang masih menatap Jing Yang penuh kebencian.
“Yueyue, ini masih tidak seberapa. Caci maki mereka bukanlah apa-apa bagiku. Asal mereka tidak menghinamu, bagiku itu tidak masalah,” ucap Jing Yang sembari mengelus rambut halus Xue Bingyue.
Melihat rambut gadis kecil yang dia suka di elus oleh tangan Jing Yang, dalam sekejap wajah Lin Feng merah padam dipenuhi kemarahan.
“Kita kembali! Besok kita beri pelajaran pada cacat itu!” Lin Feng mengajak Lin Fan dan Lin Xiang untuk kembali ke Paviliun Salju Merah yang merupakan tempat tinggal dari Tetua Lin Song.
Sementara itu Xue Bingyue dan Jing Yang sedang dalam perjalanan menuju Paviliun Bulan Salju. Mereka berdua tertawa lirih.
“Yangyang, aku tahu kamu. Aku yakin kamu akan sembuh dan kita akan hidup bersama,” ujar Xue Bingyue dengan polosnya.
“Ya, aku akan membuktikan pada semua orang jika aku pantas untukmu.” Jing Yang membaringkan tubuhnya di teras Paviliun Bulan Salju.
Sementara itu Xue Bingyue duduk di samping Jing Yang. Matanya menatap Jing Yang yang sedang memejamkan matanya.
“Yueyue, apa Nenek sudah pulang?” Jing Yang bertanya sembari mengubah posisinya dari baring menjadi duduk.
“Belum,” jawab Xue Jingyue singkat.
“Nenek bilang tubuhku sangat lemah, Yueyue. Aku memiliki penyakit yang sulit disembuhkan. Bahkan beberapa tabib mengatakan jika penyakitku ini sangat langka." Jing Yang bercerita dengan nada yang sendu, namun senyuman menghiasi wajahnya.
“Yangyang, kamu jangan patah semangat. Kita berdua harus hidup. Aku tidak ingin hidup sendirian!” Xue Bingyue merengek dan memegang tangan Jing Yang.
“Kamu tidak sendirian, Yueyue,” balas Jing Yang sambil memegang tangan Xue Bingyue dan menggenggamnya.
“Jika kamu tidak ada maka aku akan sendirian. Kamu adalah orang yang tidak bisa digantikan oleh siapapun, Yangyang!” Xue Bingyue menatap wajah Jing Yang penuh makna. Kedua bola matanya yang indah berbinar-binar menatap pemuda yang duduk disampingnya.
Baik Jing Yang maupun Xue Bingyue masih sama-sama polos. Keduanya dua tahun belakangan ini tumbuh bersama, bahkan tidur juga satu ranjang. Karena mereka masih kecil, Jing Yang dan Xue Bingyue tidak sadar jika perasaan yang hangat di dada mereka adalah benih-benih cinta yang tumbuh terlalu dini.
“Yangyang, kita berdua sudah berjanji jika kita akan menikah suatu hari nanti. Apa kamu lupa?” Tanya Xue Bingyue memastikan.
Jing Yang tersenyum tipis mendengarnya, “Aku tidak lupa. Aku masih ingat jika impianmu adalah menjadi istriku," ujar Jing Yang sembari terkekeh.
“Kamu juga sama sepertiku. Saat itu kamu bilang ketika dewasa kamu ingin menjadi suamiku,” balas Xue Bingyue sambil tertawa lirih.
“Ehem! Kalian berdua masih kecil. Jangan bicara suami istri di luar rumah!” Jing Yang dan Xue Bingyue kaget melihat Xue Qinghua sedang berdiri di belakang mereka.
“Nenek!” Jing Yang dan Xue Bingyue memeluk tubuh Xue Qinghua secara bersamaan.
“Ayo kita bertiga makan bersama,” ajak Xue Qinghua pada Jing Yang dan Xue Bingyue.
“Ayo Nek,” jawab Jing Yang dan Xue Bingyue secara serentak.
Senja di Pulau Salju Rembulan sangat hangat, Xue Qinghua merasa bahagia karena melihat cucu kesayangannya masih bisa dapat tertawa lepas.
Dan orang yang membuat Xue Bingyue bisa tersenyum dan tertawa kembali adalah Jing Yang.
Malam ini mereka bertiga makan malam bersama seperti biasanya. Tak lupa sebelum makan, Xue Qinghua menyuruh Jing Yang dan Xue Bingyue berdoa terlebih dahulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
Alan
Semangat
2021-08-31
1
Alan
Lanjuttttttt
2021-08-31
0
Alan
Mantabbbb
2021-08-31
0