Ketika selesai memakan buah-buahan yang masih termasuk dalam sumber daya. Mendadak tubuh Jing Yang terasa membaik. Perasaan ada sesuatu tak kasat mata yang menyelubungi tubuhnya membuat Jing Yang keheranan.
“Yueyue. Aku sembuh! Aku merasa punggungku dipijit oleh sesuatu!” Wajah Jing Yang tampak gembira. Dia meloncat kegirangan dan mencoba menggerakkan tangannya beserta kakinya.
Xue Bingyue turut bahagia ketika melihat luka yang ada di punggung dan bekas kulit yang terkelupas maupun kulit putih yang memerah itu mulai berangsur-angsur membaik. Namun mata kiri Jing Yang belum sembuh. Gadis kecil itu berharap mata kiri Jing Yang tidak buta dan tidak mendapatkan luka permanen.
“Yangyang...” Xue Bingyue adalah tipe gadis pemalu, dia memanggil nama Jing Yang dengan wajah yang tidak berani menatap pemuda tersebut, “Apa matamu bisa sembuh?”
Jing Yang tersenyum sembari tangan kanannya menyentuh mata kirinya, “Entahlah. Aku pikir aku telah kehilangan mata kiriku,” jawab Jing Yang.
Wajah Xue Bingyue memburuk karena merasa bersalah pada Jing Yang. Melihat Jing Yang dan Xue Bingyue dalam suasana canggung. Perempuan berparas cantik yang mengamati kedua anak muda itu hanya tersenyum dan menghela napas panjang.
“Maaf...” Dengan sangat lirih. Xue Bingyue menunduk dan menyeka air matanya.
Perempuan berparas cantik berbisik di telinga Xue Bingyue untuk menenangkan gadis kecil tersebut, “Jika kau ingin keluar dari Tebing Dimensi Putih, maka kau harus menggunakan kekuatanku,” bisik perempuan berparas cantik itu yang tak lain adalah Roh Sang Putih.
“Bagaimana caranya?” Xue Bingyue bertanya.
“Sederhana. Karena hubungan kita sudah terikat janji. Kau cukup biarkan aku mendiami cincin, kalung atau apapun itu. Tetapi harus barang yang selalu kau bawa,” ujar Roh Sang Putih.
Xue Bingyue memegang Kalung Kristal Es miliknya yang merupakan pemberian dari neneknya, “Boleh. Kau boleh mendiami kalungku ini,” balas Xue Bingyue.
“Baiklah, kalau begitu aku akan memasuki kalung itu. Tetapi aku akan tertidur selama beberapa tahun jika aku membantumu menaiki Tebing Dimensi Putih. Mengingat ini adalah tempatku, tempat yang tersegel. Jika aku membukanya, maka kekuatan roh-ku akan berkurang drastis,” ujar Roh Sang Putih sembari memiringkan kepalanya.
“Kau masih anak manusia lemah yang tidak dapat menggunakan kekuatanku. Jadilah kuat, agar suatu saat kau dapat menggunakan kekuatanku sesukamu.” Roh Sang Putih menambahkan.
Tidak berapa lama Roh Sang Putih masuk ke dalam Kalung Kristal Es milik Xue Bingyue. Cahaya berwarna biru terang bercampur putih terlihat jelas di Kalung Kristal Es yang digunakan Xue Bingyue.
Jing Yang semakin kebingungan melihat Xue Bingyue berbicara sendiri. Namun sekarang Jing Yang penasaran dengan kalung yang dikenakan Xue Bingyue bercahaya. Cahaya tersebut membuatnya penasaran dengan rahasia gadis kecil yang sedang bersamanya itu.
“Yueyue, apa kamu baik-baik saja?” tanya Jing Yang memastikan.
“Aku baik-baik saja. Ayo kita keluar dari Tebing Dimensi Putih ini,” ajak Xue Bingyue sembari menarik tangan Jing Yang.
“Bagaimana caranya? Lalu apa itu Tebing Dimensi Putih?” Jing Yang masih bingung dengan apa yang terjadi pada Xue Bingyue.
“Aku sendiri tidak mengetahuinya. Tebing Dimensi Putih adalah tempat ini. Tempat kita berdua terjatuh disini.” Xue Bingyue menjawab sembari menghentikan langkah kakinya ketika sampai di pinggiran sungai.
Jing Yang tidak bertanya lagi dan menatap tebing yang menjulang tinggi ke atas itu, “Tinggi...” Hanya kata-kata tersebut yang keluar dari mulut Jing Yang setelah menyadari tempat dimana dirinya terjatuh.
“Kalian berdua naiklah ke punggungku.” Tiba-tiba secercah cahaya berwarna putih keluar dari Kalung Kristal Es milik Xue Bingyue dan berubah menjadi bentuk Naga Putih.
Mata Xue Bingyue melebar, namun tidak dengan Jing Yang yang kebingungan.
“Kamu cukup pegangan padaku dan peluk aku.” Xue Bingyue menyuruh Jing Yang memeluk tubuhnya dari belakang.
Jing Yang hanya mengikuti perintah Xue Bingyue. Tidak berapa lama mereka berdua duduk di punggung Naga Putih.
“Yueyue. Ngomong-ngomong yang kita duduki ini apa?” Jing Yang bergidik ketika merasakan sensasi asing yang bersentuhan dengan kulitnya.
“Pegangan. Kamu cukup pegangan padaku,” tegas Xue Bingyue yang membuat Jing Yang semakin kebingungan.
Jing Yang memeluk tubuh Xue Bingyue dengan erat. Karena mereka masih berumur lima tahun, tidak ada perasaan malu ataupun gugup. Pada dasarnya mereka masih kecil, namun sungguh keajaiban mereka berdua masih bisa saling tersenyum dan saling memberi semangat satu sama lain.
Tidak berapa lama tubuh Jing Yang terbang ke atas. Jing Yang semakin kebingungan karena tidak mengerti apa yang sedang dirinya kendarai.
“Yueyue! Ini tinggi sekali!” Jing Yang mendekap tubuh Xue Bingyue lebih erat.
“Jangan buat aku melihat ke bawah! Aku takut!” Xue Bingyue memejamkan matanya.
Melihat itu, Jing Yang memeluk tubuh Xue Bingyue sangat erat. Seolah-olah dia tidak bisa membiarkan gadis kecil itu ketakutan.
Tangan Xue Bingyue berpegangan pada punggung Naga Putih. Sebuah aura putih milik perempuan berparas cantik itu mengikat kedua tangan Xue Bingyue agar tidak terjatuh.
“Dimana tempat tinggal kalian?” Suara perempuan berparas cantik itu kembali terdengar. Roh Sang Putih yang mengubah wujudnya menjadi Naga Putih menoleh melihat Xue Bingyue.
Sedangkan Xue Bingyue masih memejamkan matanya. Kemudian dia berteriak, “Apa kita sudah sampai di atas tebing?”
“Belum, Yueyue,"”jawab Jing Yang, dia mengira Xue Bingyue berbicara padanya.
“Sebentar lagi. Apa perlu aku antar kalian berdua ke rumah kalian, anak manusia?” Suara milik perempuan berparas cantik itu kembali terdengar oleh Xue Bingyue.
“Boleh. Antar kami berdua ke Pulau Salju Rembulan,” jawab Xue Bingyue.
Jing Yang membenamkan wajahnya pada leher Xue Bingyue dan menghembuskan napasnya di kulit leher yang halus itu, “Yueyue. Apa kita akan terbang seperti ini ke rumahmu?” Jing Yang justru terlihat begitu senang ketika melihat pemandangan dari atas.
Xue Bingyue mengangguk lirih dan tubuhnya gemetaran, “Iya. Apa kamu mau tinggal bersamaku?”
Jing Yang memegang kedua tangan Xue Jingyue dan menggenggamnya, “Aku mau. Aku sudah tidak punya siapapun. Walau aku kembali ke rumah. Aku tidak akan ada tempat disana.” Suara sendu Jing Yang membuat hati Xue Bingyue tersentuh.
“Yueyue, coba buka matamu. Lihat kita sudah sampai atas.” Tanpa sadar Jing Yang meneteskan air mata karena mengingat saat-saat dirinya hampir mati bersama Xue Bingyue.
Tidak berapa lama Xue Bingyue juga ikut menangis karena mendengar isakan tangisan pemuda yang memeluknya, “Kamu kenapa menangis?” Xue Bingyue bertanya sembari memejamkan matanya.
Jing Yang tersenyum namun tangisannya masih mengalir, “Yueyue. Bagaimanapun kita berdua harus tetap hidup. Aku tidak ingin kehilangan siapapun lagi!”
Xue Bingyue mengangguk lirih dan menangis sesenggukan, “Itu sudah pasti. Aku juga tidak ingin kehilanganmu!”
Roh Sang Putih yang sekarang merubah wujudnya menjadi Naga Putih tersenyum melihat kedua insan anak manusia yang lemah sedang saling menyemangati.
“Jangan menangis terus kalian berdua! Kita harus pergi ke arah mana?” Roh Sang Putih berteriak.
Xue Bingyue masih memejamkan matanya karena takut dengan ketinggian, “Aku takut!” Tiba-tiba kedua tangannya kembali di pegang oleh Jing Yang.
“Yueyue, bukalah matamu. Kamu tidak sendirian. Disini ada aku.” Jing Yang mengira Xue Bingyue berbicara padanya.
Xue Bingyue mengikuti perkataan Jing Yang dan membuka matanya pelan-pelan. Sebuah pemandangan dari atas awan terlihat sangat indah. Tidak berapa lama mata Xue Bingyue melebar melihat kota yang sangat dia kenal telah menjadi puing-puing reruntuhan. Abu beserta tanah yang menghitam membuat hatinya tersayat, tertusuk dan merasakan sakit yang luar biasa.
“Yueyue, lihat aku!” Jing Yang menyadari jika Xue Bingyue masih trauma dan ketakutan.
Tidak berapa lama kedua bola mata mereka bertemu. Jing Yang tersenyum dan memeluk tubuh Xue Bingyue lebih erat, “Lihat, kamu tidak sendirian. Disini ada aku.”
Senyuman indah yang dibalut kesedihan menghiasi wajah Jing Yang maupun Xue Bingyue. Tidak berapa lama Xue Bingyue menatap kepala Naga Putih.
“Kita lewati kota itu. Di sana ada jalan besar dan kita akan terus ikut jalan itu. Jika ada pegunungan bersalju maka kita dekat dengan tempat tinggalku.” Xue Bingyue memberitahu jalan menuju Pulau Salju Rembulan pada Naga Putih yang merupakan wujud dari Roh Sang Putih, sosok perempuan berparas cantik.
“Baiklah, aku akan sedikit ke atas, jadi jangan menangis, anak manusia,” sahut Naga Putih yang merupakan wujud dari Roh Sang Putih.
“Jangan lupa tentang memberi dan menerima, anak manusia! Aku membantumu sekarang dengan mengorbankan kekuatanku! Aku akan membuatmu berlatih untuk menemukan saudara jauhku! Jangan berharap kau akan membohongiku! Jika saat itu tiba, maka aku akan membunuhmu!” Roh Sang Hitam memberi peringatan pada Xue Bingyue tentang hubungan antara dirinya dengan garis kecil itu.
Xue Bingyue mengangguk lirih. Sedangkan Jing Yang masih memeluk erat tubuh Xue Bingyue.
Dengan begitu Jing Yang dan Xue Bingyue melakukan perjalanan menuju Pulau Salju Rembulan yang merupakan tempat tinggal dari Xue Bingyue.
Di tengah-tengah kesedihan yang masih sangat terasa di jiwa. Baik itu Jing Yang dan Xue Bingyue berusaha untuk tetap tegar. Sekarang keajaiban datang menghampiri mereka karena pertemuan antara Xue Bingyue dengan Roh Sang Putih yang tidak terduga.
Takdir mengalun ke arah tak terduga karena Jing Yang dan Xue Bingyue terjebak dalam takdir yang lebih besar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
Shaiya_Eet
Anak2 yang luar biasa hebat.
2024-09-13
0
Raysonic Lans™
awal masih bocil
2023-06-27
1
Bendoť
sang hitam
2022-10-03
1