Melahirkan

Sembilan bulan berlalu tepat di penghujung tahun Yasmin merasakan tidak nyaman dengan perut nya, dia mencoba membuat ramuan herbal dari buah pala campur kopi untuk meredakan sakit perut yang kadang hilang timbul.

Setelah pukul 12.00 dini hari perut nya semakin sakit, bahkan punggung nya terasa ngilu, iya mondar mandir sambil mengelus perut dan pinggang nya yang sudah sangat sakit.

Pukul 05.15 subuh iya tersentak melihat ada cairan bening bercampur darah di celana dalam nya disertai dengan sakit perut yang sangat hebat.

aduh arghh. ringisnya kesakitan

Reva yang terbangun karena mendengar teriakan Yasmin, “Yasmin kamu kenapa? apa sudah waktu nya lahiran.” Tanya Reva dengan cemas

“Sakit Re... perut ku sakit sekali.” rintihan nya

“Ya tuhan mungkin ini sudah waktu nya kamu melahirkan kan, oke tunggu sebentar aku pesan taksi online dulu.”

Berapa menit kemudian taksi yang iya pesan sudah sampai depan rumah nya.

“Itu taksi nya, ayo masuk pelan-pelan ke mobil. Kamu masih kuat kan.” tatap Reva

Diperjalanan menuju klinik Yasmin sudah gusar dan wajah nya pucat akibat sakit perut yang hebat kerna sudah waktu nya melahirkan.

Sesampai di pekarangan klinik, Reva buruh-buruh turun masuk ke klinik memanggil petugas yang ada di sana, tampak dua orang laki-laki mendorong brankar ke arah Yasmin.

Kedua petugas itu mengangkat dan membaringkan Yasmin di atas brankar menuju ruang bersalin.

Sedangkan di dalam ruang bersalin sudah ada Dokter dan kedua perawat yang sibuk mempersiapkan alat-alat.

“Ibu apakah ada suami nya diluar untuk  menemani selama persalinan.” Tanya Dokter Aisyah

Seketika wajah Yasmin murung. “Tidak ada dok suami saya masih diluar kota." jawab nya dengan sedih

“Baik tidak masalah Bu tetap semangat ya untuk

menyambut kehadiran bayi kalian.” Dokter Aisyah memberi semangat buat yasmin

“Bu yasmin!  ikuti instruksi dari saya ya, insyaallah semua nya akan baik-baik saja.”

“Baik dok.” ucap Yasmin sambil meringis menahan sakit, pinggang nya seakan hendak patah, serta bagian perut bawah sudah terlihat kencang.

"Tarik nafas dalam-dalam Bu Yasmin." Pinta Dokter Aisyah Ya bagus, hembuskan nafas nya perlahan. Ulangi lagi! kembali yasmin menurut.”

“Tarik nafas kembali, mengejan bu.”

Mmmppphhh Yasmin mengejan sekuat tenaga, tangannya mencengkeram besi ranjang dengan nafas yang sedikit tidak beraturan.

“Istirahat sebentar!’ Pinta Dokter Aisyah.

“Baik Bu kita ulangi lagi, tarik nafas dalam-dalam, hembuskan, ulangi lagi… Pinta dokter Aisya mengejan bu, ya ... terus ... yang kuat... jangan berhenti karena kepalanya sudah kelihatan.”

mmmppphhhh...Yasmin mengejan dengan sekuat tenaga, iya bergetar saat merasakan ada sesuatu yang keluar dari bagian bawah nya.

“Alhamdulillah anak nya sudah lahir Bu.” dokter Aisyah mengangkat bayi mungil itu, sesaat kemudian terdengar suara tangisnya memenuhi ruang bersalin. Suara bayi itu melengking seakan hendak mengabarkan kehadiran nya kedunia ini.

"Baby boy.” ucap dokter Aisyah

Yasmin mengangguk dengan tersenyum miris, sang putra lahir tanpa seorang ayah di sampingnya, bahkan tidak mengetahui sama sekali bahwa benih yang ia tanam dulu. Kini menjelma menjadi bayi mungil, dan yasmin berharap agar tidak dipertemukan lagi sampai kapan pun.

Reva masuk kedalam ruangan, ia melihat sahabatnya dengan khawatir, lalu menatap ke arah bayi mungil itu.

"Selamat Yasmin...putramu sangat tampan.”ujar Reva tersenyum bahagia.”

“Reva terimakasih selama ini sudah menjaga kami dan memberikan kami tempat tinggal, aku minta maaf membuatmu repot.” Dengan butiran air mata yang sudah jatuh.

“Yasmin jangan bicara seperti itu, kamu sahabat ku bahkan sudah menjadi saudara ku bukan orang lain, jadi aku nggak merasa direpotkan. Apalagi keponakan ku ini sudah lahir jadi rumah kita tidak sepi lagi.

“Lihatlah wajah anakmu sangat tampan sekali, apa wajah nya mirip dengan  laki-laki itu.” Lirih nya

Yasmin memandang bayi mungil yang berada disampingnya, wajah nya sangat tampan, hidungnya mancung, bibirnya mungil, betul-betul duplikat dari laki-laki itu.

“Reva tolong kabar kan bibi ku bahwa aku sudah melahirkan dengan selamat, dan anak ku laki-laki, kalau bibi bisa datang kesini Alhamdulillah. Kalau dia tidak bisa aku nggak  bisa memaksakan, yang terpenting bibi sehat-sehat disana.”

“Baik.”

***

Dikamar Alvin beristirahat karena ia merasakan hal yang aneh, gelisah tapi entah apa yang ia pikirkan.

Ia mengambil gelas untuk minum, Ada apa dengan ku. Lirih nya

Hingga mata nya terpejam,  iya tertegun melihat sosok wanita begitu cantik didepan mata nya, wajah cantik, kulit mulus dan tinggi semampai, yang sedang duduk di taman dengan menggendong bayi di pangkuan nya.

Alvin mendekati wanita itu “siapa kamu? kenapa kamu sendirian duduk disini?" tanya Alvin dengan penasaran.

Wanita itu menatap ke arah Alvin dengan tatapan yang sangat marah, seolah-olah ada kebencian yang mendalam.

“ini anakmu?" tanya Alvin

Alvin mengalihkan tatapannya ke arah bayi mungil dalam pangkuan wanita cantik itu, Alvin terbelalak kaget saat melihat dirinya dalam diri bayi itu. Sangat mirip, tangan nya hendak mengusap kepala bayi itu entah perasaan yang hebat menarik Alvin mendekati bayi itu.

"Jangan sentuh anakku.”  sentak nya dengan gusar

“Anda bukan siapa-siapa! jangan ganggu kami, pergi lah dari sini.” dengan tatapan yang tajam

Alvin tercekat, melihat bayi mungil itu dalam pangkuan wanita itu.

“Katakan padaku siapa kalian?” Pinta Alvin dengan penasaran

“Apa hak mu tentang kami!  pergi sana! pergi...Pergi jangan ganggu kami dan jangan datang kesini lagi.” usir wanita itu

Alvin terbangun dengan keringat yang memenuhi wajah nya, dilirik nya jam yang tertempel di dinding kamar menunjukkan pukul 01.00 malam.

Rupanya aku bermimpi tapi kenapa ini seperti nyata. Gumam nya

Wajah wanita itu, dimana aku pernah melihat nya? dan bayi itu siapa? kenapa wajah nya begitu mirip sekali dengan ku.

Alvin terus mengingat-ingat teriakan wanita itu menyuruhnya untuk pergi, masih terngiang-ngiang di telinga nya .

Siapa mereka berdua? apa masih ada hubungannya dengan ku, atau ini hanya sekedar bunga tidur.

Alvin menatap langit-langit dikamar nya membayang kan wajah wanita dan bayi yang begitu mirip dengan nya.

Iya berbaring dengan gelisah karena mata nya tidak mau dipejam lagi.

***

Sesampai di kantor Alvin masih teringat dengan mimpi nya semalam, Sampai iya tidak bisa tidur lagi, dia mengetuk-ngetuk jari nya di meja.

Membuat Riko menatap heran.

Apa yang terjadi dengan pak bos kenapa wajah nya seperti ada Masalah, dia khawatir terjadi apa-apa dengan bos nya walaupun akhir-akhir ini permintaan aneh sang bos sudah tidak ada lagi.

Riko juga merasakan aneh entah penyakit apa yang bos nya alami selama 9 bulan ini.

“Riko... kamu pernah tidak bermimpi tapi seolah-olah mimpi itu nyata.”

“Maksudnya pak bos?” tanya Riko dengan bingung.

“Semalam saya bermimpi saya bertemu wanita cantik lagi duduk di taman, di pangkuan nya ada seorang bayi mungil yang begitu mirip dengan saya. Lalu saya mendekati mereka berdua.”

“Tapi wanita itu mengusir saya dengan tatapan yang sangat marah, seolah-olah saya perna berbuat kesalahan dengan wanita itu." keluh Alvin dengan tatapan menerawang

“Maafkan saya pak... saya tidak bisa mengartikan kan mimpi bapak. Mungkin itu hanya bunga tidur jadi tidak usah terlalu dipikirkan." ucap Riko menenangkan sang bos

Alvin sangat gelisah iya kepikiran dengan mimpi nya semalam.

“Pak...!”

Suara Riko membuyarkan lamunan nya, “pak kita ada meeting bulanan sekarang.”

“Baiklah.”

Riko menyusun berkas-berkas laporan untuk dibawah keruangan rapat, kedua laki -laki itu menuju ke ruang rapat.

Tampak sebagian karyawan yang sudah hadir menatap ke arah sang bos yang begitu dingin berwajah datar tapi tidak menghilangkan ketampanannya.

Semua kepala divisi memberikan laporan yang Alvin minta, Alvin melihat tumpukan map didepan mata nya, berapa menit iya membaca laporan tersebut.

Ia melihat ke semua karyawan yang ada dihadapan nya, “laporan nya Sangat memuaskan saya harap kedepannya seperti ini.”

“Baik pak." Jawab mereka bersama

“Saya ucapkan terima kasih atas kehadiran nya, dan saya harap kalian tetap semangat untuk memajukan perusahaan ini.”

“Siap bos!” terdengar suara semangat dari berbagai arah.

Alvin dan Riko meninggalkan ruang rapat ia menuju Restoran untuk makan siang.

“Silakan dimakan bos, ini makanan favorit di restoran ini saya yakin bos suka.”

Alvin hanya berdehem, iya mencicipi makanan yang sudah terhidang di sana dengan lahap dan

diakhiri dengan makanan penutup.

Setelah makan dari restoran, mereka berdua kembali ke kantor.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!