Bab 9 Sedikit Balasan Buat Bu Diah

  "Chank, elu sepertinya banyak masalah?" Motor lu depannya kenapa?" tebaknya. "Masalah si Warid udah gua tangani, dia kagak bakal berani lagi sok berkuasa," lanjut Handi. Seperti sudah diketahui Warid yang sempat menjegal Ichank dalam usaha kuli panggul, kini diperingatkan ketua pasar atas laporan Handi.

  "Syukurlah Han. Motor gua kena musibah adik ipar gua. Biasalah susah dicegah. Tapi, masalah gua bukan itu saja, Han, gua harus cari kerja lain untuk tambahan biaya adik ipar gua. Hampir tiap hari gua dimintain duit untuk berobat adik ipar gua, sementara gua saja sekarang kelabakan," keluh Ichank.

  "Ya ampun. Si Suha adik ipar lu bikin ulah lagi? Bahaya lu Chank, motor depan rusak kalau ketahuan Polisi kena tilang lu."

  "Itulah, Han, repot jadinya." Ichank menatap lurus ke depan dengan tatapan hampa. Handi menatap sohibnya itu yang sekarang sepertinya memiliki beban lebih berat dari sebelumnya. Dia merasa kasihan dengan Ichank yang hampir tiap hari menderita batin akibat omelan dan tuntutan mertua perempuannya.

  "Elu bisa kagak kerja di bangunan? Cuma kuli laden saja. Tapi gajinya sudah dipatok, delapan jam 90 rebu sehari. Kalau elu mau dan sanggup kerja berat, nanti gua bilang ke mandor proyek, supaya elu bisa diterima," tawar Handi kembali memberikan info loker, tapi kuli bangunan.

  Lama Ichank berpikir, tapi akhirnya dia menyanggupi setelah menimbang-nimbang.

  "Laden, ya, Han? Gua mau, Han, kalau cuma laden. Tibang ngaduk semen sama angkat adukan, Insya Allah gua sanggup. Kapan Han?" cecar Ichank tidak sabar. Di sini Ichank memperlihatkan kesanggupannya.

  "Besok saja Cank, hari ini sudah terlambat karena jam tujuh sudah mulai bekerja. Sekarang elu gawe manggul dulu lumayan buat tambahan bini lu di dapur," saran Handi menyemangati Ichank.

  "Ok deh Han, gua besok sanggup kerja di bangunan. Lalu proyek mana yang elu maksud?"

  "Proyeknya di kawasan Jababeka, jika elu sanggup nanti gua kasih tau alamatnya di WA," ujar Handi.

  "Insya Allah gua sanggup, Han. Sekarang lebih baik gua manggul dulu deh. Makasih banyak ya Han atas bantuan elu," sahut Ichank bersemangat. Handi menatap haru sohibnya itu yang tidak pantang menyerah.

  Siang makin beranjak, Ichank kini sudah lumayan mendapatkan pelanggan yang memakai jasa manggulnya. Beda saat Warid masih sok berkuasa. Semua kuli panggul kebagian menawarkan jasanya, tidak diatur oleh Warid. Penghasilan Ichankpun lumayan.

  Sore harinya, Ichank menyudahi bekerja sebab pasar sudah pada tutup dan yang belanja tinggal beberapa. Tapi sesekali ada juga pembeli yang masih butuh tenaga kuli panggul di sore hari. Dan sebagian teman Ichank ada juga yang sampai jam enam menjelang Maghrib sembari mulung sayur yang kira-kiranya dibuang penjual tapi masih layak konsumsi.

  "Gua balik dulu Bang. Kalian baik-baik di mari, gawe yang benar jangan saling iri dan serobot. Kalau ada teman kalian yang belum kebagian pelanggan, kalian kasih kesempatan untuk ambil pelanggan. Kalian saling bagi-bagi rezeki lewat pembeli yang menggunakan jasa panggul, biar sama-sama menikmati hasil jerih payah untuk menafkahi keluarga masing-masing," nasihat Ichank terdengar bijak dan menenangkan. Mereka terharu mendengar ucapan Ichank. Dan sejak ada Ichank, Warid juga mendapat teguran dari kepala pasar, karena sebelumnya tidak ada yang berani laporan kalau Warid sok berkuasa.

  "Chank, makasih banyak ya, ini semua berkat keberanian elu. Kami sudah terbantu dan Alhamdulillah kerja manggul di sini sekarang tidak ada rasa takut lagi," ujar salah satu kuli panggul yang usianya jauh lebih tua dari Ichank. Dia merasa bersyukur sikap arogan Warid ada yang berani melaporkan dan itu Ichank.

  "Sama-sama Pak Ruslan. Semangat, ya, Pak manggulnya. Mulai besok saya tidak manggul lagi, karena ganti profesi menjadi pegawai bank," ujar Ichank nampak serius.

  "Wahhh, keren tuh Chank. Keluar dari manggul rupanya dapat kerja yang lebih bagus dari di pasar," respon Pak Ruslan ikut senang.

  "Ahhh Pak Ruslan bisa saja. Saya hanya ganti profesi sebagai kuli bang alias kuli bangunan, wak wak wak." Tawa Ichank menggema sampai terdengar ke pos Satpam yang kebetulan ada Handi baru datang.

  "Chank apa yang membuat elu senang sampai tawanya menggelegar begitu?" sapa Handi penasaran.

  "Wahhh, elu datang, Han? Itu Han, gua cerita sama Pak Ruslan bahwa besok gua kagak kerja lagi di mari sebab gua mau ganti profesi dan gawe di bang alias kuli di bangunan," jelas Ichank, disambut tawa teman-teman sesama kuli panggul yang masih belum pulang, termasuk Handi.

  "Ada-ada saja lu Chank," timpal Handi.

  "Oh, iya. Kalau elu besok sudah siap, elu tinggal datang ke alamat yang gua share di WA elu. Sebelum jam 07.00 pagi. Ingat, jangan lambat. Mandornya tidak suka pegawe yang lambat," ujar Handi memperingatkan.

  "Ok, Han, gua paham. Elu juga tahu gua disiplinnya kayak mana. Hahaha. Ya sudah, gua pamit, ya." Ichank berpamitan pada Handi. Tidak lama dari itu sebuah pesan masuk di WA Ichank dari Handi yang mengirimkan alamat proyek yang akan Ichank masuki besok.

  Ichank pulang ke rumah yang sebetulnya sungguh malas untuk Ichank injak. Belum sampai Ichank menapaki kaki di teras, suara Bu Diah sudah terdengar cempreng mengomeli dirinya dan meminta uang.

  Ichank turun dan membuka helmnya lalu diletak di sudut ruangan. Nampak Bu Diah keluar dari pintu lalu mencak-mencak meminta uang dengan gaya preman yang suka malak, tanpa rasa malu berteriak. Sialnya Pak Kayan sang mertua lelaki belum kembali, apalagi Syafa. Dan sepertinya kali ini tidak akan ada orang yang membelanya, sebab kedua orang yang suka membelanya belum kembali.

  "Assala .... "

  "Kagak usah kasih salam dan sok alim, kalau sama bini dan mertua belum bisa kasih kebahagiaan. Mana duitnya, gue minta duit buat makan si Suha sama beli katamplam obat sakit gigi," potong Bu Diah cepat, membuat Ichank melongo ucapan salamnya dipotong. Sembari sesekali Bu Diah meringis karena sakit gigi.

  Ichank mencuri pandang pada raut wajah mertua perempuannya yang jahat, yang terlihat meringis menahan sakit gigi. Sudut hati Ichank sedikit merasakan puas ketika ibu mertuanya merasakan sakit gigi, luka hati dan hinaannya sedikit dibalas oleh Allah.

  "Hehehe, maaf ya, Bu. Ichank sedikit puas melihat Ibu meringis karena sakit gigi. Mungkin ini sedikit teguran dari Allah atas sakit hati yang Ibu limpahkan sama Ichank. Kagak Ichank balaspun, tapi Allah sendiri yang balas sakit hati Ichank." Ichank mesem-mesem sembari masuk kamarnya, sekilas dia melihat Suha yang tidur sambil ngorok.

Karya ini merupakan karya jalur kreatif.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

👌👍.,

2024-02-28

3

Nasir

Nasir

Mari mampir di karya saya....

2024-02-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Di PHK
2 Bab 2 Hari yang Tidak Beruntung
3 Bab 3 Mencari Pekerjaan Lagi
4 Bab 4 Uang Syafa Hilang
5 Bab 5 Ternyata Pencurinya ....
6 Bab 6 Hampir Berantem
7 Bab 7 Hinaan Bu Diah Yang Bertubi-tubi
8 Bab 8 Suha Kecelakaan Lagi
9 Bab 9 Sedikit Balasan Buat Bu Diah
10 Bab 10 Rencana Ichank Yang Diketahui Bu Diah
11 Bab 11 Tekad Ichank di Balik Siasat Bu Diah
12 Bab 12 Emak Yang Diktator
13 Bab 13 Bangkitnya Ichank
14 Bab 14 Seperti Emas
15 Bab 15 Emas Harta Karun
16 Bab 16 Pertemuan Tidak Sengaja
17 Bab 17 Secarik Surat Untuk Ichank
18 Bab 18 Keinginan Juned yang Gagal
19 Bab 19 Pertemuan Yang Mengharukan
20 Bab 20 Lolos Dari Kejaran Juned
21 Bab 21 Pertemuan Syafa dan Orang Tua Ichnak
22 Bab 22 Bersatu Kembali
23 Bab 23 Bertemunya Dua Sahabat
24 Bab 24 Bertemu Juned
25 Bab 25 Melihat Ayah Mertua
26 Bab 26 Kesedihan Syafa dan Maaf Ichank
27 Bab 27 Pertemuan Syafa dan Ayahnya.
28 Bab 28 Kerinduan Syafa
29 Bab 29 Rujak di Pasar Tambun
30 Bab 30 Demi Sebuah Rujak
31 Bab 31 Mimpi Syafa
32 Bab 32 Bulan Madu Lokal
33 Bab 33 Dua Berita Baik
34 Bab 34 Kehamilan Syafa
35 Bab 35 Nasib Buruk Bu Diah
36 Bab 36 Bu Diah dan Suha Bak Gelandangan
37 Bab 37 Ancaman Buat Juned
38 Bab 38 Bu Diah Menemukan Pak Kayan
39 Bab 39 Kedatang Ichank dan Syafa ke Rumah Pak Kayan
40 Bab 40 Oleh-oleh dari Ichank
41 Bab 41 Sesal Bu Diah
42 Bab 42 Dosa di Masa Lalu
43 Bb 43 Saling Memaafkan
44 Bab 44 Syafa Melahirkan
45 Bab 45 Syair Putra Pertama (End)
46 Karya Baru Guys
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Bab 1 Di PHK
2
Bab 2 Hari yang Tidak Beruntung
3
Bab 3 Mencari Pekerjaan Lagi
4
Bab 4 Uang Syafa Hilang
5
Bab 5 Ternyata Pencurinya ....
6
Bab 6 Hampir Berantem
7
Bab 7 Hinaan Bu Diah Yang Bertubi-tubi
8
Bab 8 Suha Kecelakaan Lagi
9
Bab 9 Sedikit Balasan Buat Bu Diah
10
Bab 10 Rencana Ichank Yang Diketahui Bu Diah
11
Bab 11 Tekad Ichank di Balik Siasat Bu Diah
12
Bab 12 Emak Yang Diktator
13
Bab 13 Bangkitnya Ichank
14
Bab 14 Seperti Emas
15
Bab 15 Emas Harta Karun
16
Bab 16 Pertemuan Tidak Sengaja
17
Bab 17 Secarik Surat Untuk Ichank
18
Bab 18 Keinginan Juned yang Gagal
19
Bab 19 Pertemuan Yang Mengharukan
20
Bab 20 Lolos Dari Kejaran Juned
21
Bab 21 Pertemuan Syafa dan Orang Tua Ichnak
22
Bab 22 Bersatu Kembali
23
Bab 23 Bertemunya Dua Sahabat
24
Bab 24 Bertemu Juned
25
Bab 25 Melihat Ayah Mertua
26
Bab 26 Kesedihan Syafa dan Maaf Ichank
27
Bab 27 Pertemuan Syafa dan Ayahnya.
28
Bab 28 Kerinduan Syafa
29
Bab 29 Rujak di Pasar Tambun
30
Bab 30 Demi Sebuah Rujak
31
Bab 31 Mimpi Syafa
32
Bab 32 Bulan Madu Lokal
33
Bab 33 Dua Berita Baik
34
Bab 34 Kehamilan Syafa
35
Bab 35 Nasib Buruk Bu Diah
36
Bab 36 Bu Diah dan Suha Bak Gelandangan
37
Bab 37 Ancaman Buat Juned
38
Bab 38 Bu Diah Menemukan Pak Kayan
39
Bab 39 Kedatang Ichank dan Syafa ke Rumah Pak Kayan
40
Bab 40 Oleh-oleh dari Ichank
41
Bab 41 Sesal Bu Diah
42
Bab 42 Dosa di Masa Lalu
43
Bb 43 Saling Memaafkan
44
Bab 44 Syafa Melahirkan
45
Bab 45 Syair Putra Pertama (End)
46
Karya Baru Guys

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!