Bab 4 Uang Syafa Hilang

  Mendengar suaminya berbicara memelas seperti itu, rasanya Syafa tidak tega. Namun, dia sesungguhnya tidak rela memberikan pinjaman emas ini demi Ibunya. Mending jika dipakai untuk kebutuhan yang lebih penting, tapi ini hanya kebutuhan sekunder seperti kredit barang dan arisan. Syafa ingin komplain sebenarnya. Akan tetapi percuma, ditegur baik-baik saja kadang tidak terima.

 "Tapi, Syafa tidak rela melepaskan barang pemberian Abang ini, sebab barang ini sungguh berharga. Dulu, Abang memberinya belain lembur tiap hari." Syafa sedikit kecewa harus merelakan gelang emas pemberian suaminya itu untuk ibunya. Ditatapnya lama-lama gelang yang melingkar di tangannya ini. Kalau saja untuk kebutuhan yang lebih pokok, Syafa pasti tidak berat hati. Bukan maksud dia tidak ikhlas memberi pada orang tua. Namun Syafa tahu, Ibunya memakai uang itu bukan untuk kebutuhan pokok.

 Syafa perlahan membuka gelang yang melingkar di tangannya untuk diberikan pada Ichank. Namun kembali ditariknya.

  "Bang, sebetulnya Emak butuh uangnya berapa?" tanya Syafa menatap mata Ichank.

 "Katanya cuma dua juta," jawab Ichank dengan raut sedih sebab yang ada dalam pikirannya, Ibu mertuanya tidak hanya butuh uang hari ini saja melainkan besoknya lagi dan seterusnya pasti meminta tanpa memahami keadaan menantu yang sedang mengalami kesulitan ekonomi.

  "Gini aja, gelang ini digadein saja Bang, semaksimalnya. Nanti sisanya kita simpan buat keperluan kita sehari-hari. Tapi, kita tidak usah bilang ke Emak bahwa kita habis gadai gelang ini. Nanti biar Syafa yang simpan sisa uangnya. Kalau untuk makan sehari-hari kita masih ada dari uang gaji Syafa," ucapnya berusaha tegar.

  "Mendengar ucapan istrinya itu, Ichank sangat terharu dan merangkul tubuh Syafa seraya menangis. Dia bangga dan betapa beruntungnya memiliki Syafa yang mau berkorban dan bersabar menerima kekurangannya.

  "Abang janji, Dek. Gelang emas ini suatu saat akan Abang ganti, bahkan kalau bisa diganti lebih dari gelang ini," tekadnya dalam hati.

  Besoknya, Ichank mendapatkan kabar dari Handi tentang pekerjaan. Ichank bahagia lantas dia dengan tidak sabar menanyakan pekerjaan apa yang Handi maksud.

  "Kuli panggul di pasar, lu mau kagak Cank?" Ichank sejenak berpikir, sebenarnya sih berat kalau kuli panggul barang, sebab dia tidak biasa manggul yang berat-berat.

 "Gimana, Cank, lu mau kagak?" desak Handi menunggu jawaban. Ichank tersadar dari lamunannya. Dia akhirnya nekad menerima pekerjaan kuli panggul walaupun dia selama ini tidak ada pengalaman kuli panggul.

  "Ok deh, Han, gua mau. Tapi, di pasar mana Han?"

  "Pasar Tambun. Lu ada motor, kan? Lu bisa berangkat pakai motor. Datang ke pasar besok jam 7 pagi," suruh Handi seraya menutup panggilan teleponnya.

  Sesuai pesanan Handi, besoknya Ichank pergi bersama Syafa. Ichank mengantar dulu Syafa ke pabrik tempat dia bekerja, setelah itu dia melanjutkan kembali perjalanan menuju pasar Tambun.

  Di sana dia segera menghubungi Handi bahwa dia sudah sampai di depan pasar Tambun. Tidak berapa lama Handi tiba.

  "Gimana kabar lu, Cank? Betah betul lu nganggur?" ejek Handi sembari ketawa.

  "Lu ngejek kebangetan, gua bukan betah, tapi sudah muter-muter kagak ada pabrik yang sudi nerima gua kerja. Lu, enak kerja di peti kemas. Lah, gua gini-gini mulu. Hari-hari ngerjain pekerjaan rumah yang seabreg," ujar Ichank keceplosan. Saat dia menyadarinya, lantas Ichank menutup mulut dengan sebelah tangannya. Sesungguhnya Ichank tidak bermaksud ngomongin kebiasaannya selama nganggur.

  "Apa lu kata, jadi selama elu nganggur, elu jadi bapak rumah tangga di rumah, ngerjain pekerjaan rumah?" Handi terbelalak tidak percaya mendengar keadaan Ichank yang sekarang.

"Ya, gimane lagi, Han? Gua tetap harus bertanggung jawab hitung-hitung gantiin tugas bini gua di rumah." Ichank berusaha menutupi keadaan yang sebenarnya.

  "Tapi kayaknya elu kecapean, ya, jadi bapak rumah tangga? Elu sekarang nampaknya kurusan?" Handi sepertinya mengamati keadaan Ichank yang berbeda dari enam bulan sebelumnya.

  "Kurusan gimana, gua tetap segini saja dari dulu," sangkal Ichank sambil menggeleng.

  "Sepertinya elu korban kekerasan Ibu mertua, ya? Gua tahu elu itu saat ini sedang terzolimi. Untungnya elu termasuk menantu yang sabar jika dizolimi." Ichank mesem saja saat Handi menebak dengan benar apa yang dirasakannya sekarang.

 "Lantas pekerjaan yang lu janjikan itu, mana, Han?" Ichank mencoba mengalihkan topik obrolan, sebab sejak tadi Handi belum membahas soal pekerjaan yang dia ceritakan kemarin.

  "Tenang saja, gampang kok. Elu tinggal menunggu. Jika ada Ibu-ibu yang belanjaannya banyak, maka lu sosor dan tanyakan perlu bantuan kagak. Kalau elu kagak kuat berat, maka lu cari aja yang bawaannya ringan," terang Handi. Ichank manggut-manggut paham.

  "Ya sudah, gua pergi dulu. Gua ada kerjaan nanti jam 10. Habis ini gua langsung cabut ke sana."

  "Ok, makasih, ya, Han."

 "Sama-sama. Jika elu ada masalah, telpon saja gua. Insya Allah gua bisa bantu," imbuh Handi seraya berlalu menuju parkiran pasar Tambun.

  Setelah kepergian Handi, Ichank dengan mata yang awas mengawasi setiap Ibu-ibu yang belanja, yang sekiranya memerlukan bantuannya.

 Tidak berapa lama, Ichank menemukan calon pelanggannya. Beruntung saat ditawari jasanya, Ibu paruh baya itu mau dan membiarkan barang belanjaannya dipanggul Ichank.

  Semakin siang, Ichank baru mendapatkan tiga pelanggan. Uang di sakunya baru ada lima puluh ribu. Ichank masih bersemangat mencari pelanggan lainnya yang mau dibawakan belanjaannya.

  Jam sembilan malam, Ichank baru pulang dari bekerja kuli panggul yang menguras tenaganya. Tiba di rumah dia disuguhi pemandangan yang mengejutkan, sebab Syafa istrinya nampak sedih dan bingung. Ichank menghampiri dan hendak menanyakan ada hal apa.

  "Tuh, pencurinya baru pulang. Pasti dia habis poya-poya makanya pulang sampai malam." Tiba-tiba tudingan kejam langsung ditujukan padanya saat baru saja mau menghampiri Syafa yang sedang menangis.

  Bu Diah menatap sinis kepulangan Ichank. Ichank heran ada apa sebenarnya sampai Ibu mertuanya tiba-tiba menudingnya yang bukan-bukan?

  "Abanggg, duit yang Syafa simpan di lemari sisa minjamin Emak itu ternyata hilang. Di sela baju sudah tidak ada, padahal duitnya masih lima juta. Apakah Abang tidak mengambilnya?" Syafa menatap Ichank meminta jawaban.

  "Hilang, kenapa bisa hilang, Dek? Bukankah Adek yang simpan baik-baik?" heran Ichank tidak percaya.

  "Laki lu yang nyuri, gua yakin. Siapa lagi? Pasti dia pulang malam karena habis poya-poya sama teman-temannya atau bahkan sama cewek lain. Huhh dasar tidak berguna," umpat Bu Diah menuduh.

  "Astaghfirullah, kata siapa Mak saya yang mencuri uang? Masa iya saya curi uang bini sendiri. Lagipula saya pulang malam karena habis bekerja kuli panggul di pasar Tambun. Emak, jangan sembarangan nuduh. Dari sejak pagi dan malam ini baru pulang, Ichank tidak berada di rumah, jadi tidak mungkin pencurinya saya. Paling pencurinya orang yang di rumah," tegasnya kesal. Mendengar Ichank menyangkal dan menuduh balik bahwa pencurinya orang yang berada di rumah, seketika wajah Bu Diah pias.

Karya ini merupakan karya jalur kreatif

Terpopuler

Comments

Hary

Hary

anjing banget mertua, sdh congor busuk, mata duitan g bisa cari duit, pikiran nya busuk lagi...

2024-05-07

3

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Sohib si ichang sotoy bgt yakk, belum diceritakan udh tau aja

2024-01-14

2

HarryJu

HarryJu

Bagus ceritanya, lanjutkan....

2024-01-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Di PHK
2 Bab 2 Hari yang Tidak Beruntung
3 Bab 3 Mencari Pekerjaan Lagi
4 Bab 4 Uang Syafa Hilang
5 Bab 5 Ternyata Pencurinya ....
6 Bab 6 Hampir Berantem
7 Bab 7 Hinaan Bu Diah Yang Bertubi-tubi
8 Bab 8 Suha Kecelakaan Lagi
9 Bab 9 Sedikit Balasan Buat Bu Diah
10 Bab 10 Rencana Ichank Yang Diketahui Bu Diah
11 Bab 11 Tekad Ichank di Balik Siasat Bu Diah
12 Bab 12 Emak Yang Diktator
13 Bab 13 Bangkitnya Ichank
14 Bab 14 Seperti Emas
15 Bab 15 Emas Harta Karun
16 Bab 16 Pertemuan Tidak Sengaja
17 Bab 17 Secarik Surat Untuk Ichank
18 Bab 18 Keinginan Juned yang Gagal
19 Bab 19 Pertemuan Yang Mengharukan
20 Bab 20 Lolos Dari Kejaran Juned
21 Bab 21 Pertemuan Syafa dan Orang Tua Ichnak
22 Bab 22 Bersatu Kembali
23 Bab 23 Bertemunya Dua Sahabat
24 Bab 24 Bertemu Juned
25 Bab 25 Melihat Ayah Mertua
26 Bab 26 Kesedihan Syafa dan Maaf Ichank
27 Bab 27 Pertemuan Syafa dan Ayahnya.
28 Bab 28 Kerinduan Syafa
29 Bab 29 Rujak di Pasar Tambun
30 Bab 30 Demi Sebuah Rujak
31 Bab 31 Mimpi Syafa
32 Bab 32 Bulan Madu Lokal
33 Bab 33 Dua Berita Baik
34 Bab 34 Kehamilan Syafa
35 Bab 35 Nasib Buruk Bu Diah
36 Bab 36 Bu Diah dan Suha Bak Gelandangan
37 Bab 37 Ancaman Buat Juned
38 Bab 38 Bu Diah Menemukan Pak Kayan
39 Bab 39 Kedatang Ichank dan Syafa ke Rumah Pak Kayan
40 Bab 40 Oleh-oleh dari Ichank
41 Bab 41 Sesal Bu Diah
42 Bab 42 Dosa di Masa Lalu
43 Bb 43 Saling Memaafkan
44 Bab 44 Syafa Melahirkan
45 Bab 45 Syair Putra Pertama (End)
46 Karya Baru Guys
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Bab 1 Di PHK
2
Bab 2 Hari yang Tidak Beruntung
3
Bab 3 Mencari Pekerjaan Lagi
4
Bab 4 Uang Syafa Hilang
5
Bab 5 Ternyata Pencurinya ....
6
Bab 6 Hampir Berantem
7
Bab 7 Hinaan Bu Diah Yang Bertubi-tubi
8
Bab 8 Suha Kecelakaan Lagi
9
Bab 9 Sedikit Balasan Buat Bu Diah
10
Bab 10 Rencana Ichank Yang Diketahui Bu Diah
11
Bab 11 Tekad Ichank di Balik Siasat Bu Diah
12
Bab 12 Emak Yang Diktator
13
Bab 13 Bangkitnya Ichank
14
Bab 14 Seperti Emas
15
Bab 15 Emas Harta Karun
16
Bab 16 Pertemuan Tidak Sengaja
17
Bab 17 Secarik Surat Untuk Ichank
18
Bab 18 Keinginan Juned yang Gagal
19
Bab 19 Pertemuan Yang Mengharukan
20
Bab 20 Lolos Dari Kejaran Juned
21
Bab 21 Pertemuan Syafa dan Orang Tua Ichnak
22
Bab 22 Bersatu Kembali
23
Bab 23 Bertemunya Dua Sahabat
24
Bab 24 Bertemu Juned
25
Bab 25 Melihat Ayah Mertua
26
Bab 26 Kesedihan Syafa dan Maaf Ichank
27
Bab 27 Pertemuan Syafa dan Ayahnya.
28
Bab 28 Kerinduan Syafa
29
Bab 29 Rujak di Pasar Tambun
30
Bab 30 Demi Sebuah Rujak
31
Bab 31 Mimpi Syafa
32
Bab 32 Bulan Madu Lokal
33
Bab 33 Dua Berita Baik
34
Bab 34 Kehamilan Syafa
35
Bab 35 Nasib Buruk Bu Diah
36
Bab 36 Bu Diah dan Suha Bak Gelandangan
37
Bab 37 Ancaman Buat Juned
38
Bab 38 Bu Diah Menemukan Pak Kayan
39
Bab 39 Kedatang Ichank dan Syafa ke Rumah Pak Kayan
40
Bab 40 Oleh-oleh dari Ichank
41
Bab 41 Sesal Bu Diah
42
Bab 42 Dosa di Masa Lalu
43
Bb 43 Saling Memaafkan
44
Bab 44 Syafa Melahirkan
45
Bab 45 Syair Putra Pertama (End)
46
Karya Baru Guys

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!