Bab 17 Secarik Surat Untuk Ichank

  "Syafa," bisik Ichank di dalam hati. Dari balik kaca mata hitamnya Ichank mengawasi perempuan bergaun selutut berwarna kuning bling-bling keemasan. Ichank seakan mengenalnya, dan dia meyakini bahwa itu Syafa. Namun hati Ichank langsung menepis, setelah di depan perempuan itu ada seorang laki-laki yang duduk berhadapan. Laki-laki itu terlihat angkuh.

  "Tidak, dia bukan Syafa. Syafa tidak mungkin melupakan aku begitu saja, dia hanya perempuan yang mirip saja," tepisnya membuang dugaannya tentang Syafa.

  "Bos, mari!" ajak sang Pengawal menyadarkan lamunan Ichank. Ichank berbalik menuju meja makan untuk menikmati sarapannya pagi ini.

  Setelah yakin dan tidak yakin bahwa yang dilihatnya barusan suaminya yang tidak lain Ichank, Syafa memutuskan untuk ke meja kasir dengan alasan ingin membeli air mineral.

  "Bang Juned, saya ke meja kasir dulu. Saya ingin membeli air mineral," ujar Syafa beralasan. Juned menatap curiga dengan tatapan menyelidik.

  "Nanti saja sama bodyguard aku," cegahnya. Hati Syafa mencelos mendengar penolakan Juned.

  "Tidak perlu, saya hanya ingin memilih sendiri minuman mineralnya," paksa Syafa berharap Juned mengabulkan pintanya.

  "Kenapa, apakah Abang takut kalau saya kabur?" tanya Syafa menuduh.

  "Baiklah, cepat!" balas Juned tegas. Syafa lega meskipun hatinya sempat tegang karena sikap Juned yang protektif.

  Syafa segera bergegas menuju meja kasir dengan pengawasan Juned. Di meja kasir Syafa membeli beberapa air mineral dan camilan juga membeli pulpen untuk menulis. Syafa meminta secarik kertas pada pelayan. Di situ dia menuliskan sesuatu untuk lelaki yang diduga Ichank. Dengan perasaan was-was, Syafa menulis beberapa kalimat penting dan mendesak untuk Ichank. Lalu kertas itu dia titipkan pada pelayan kasir.

  "Mbak, saya mohon setelah saya dan lelaki yang semeja dengan saya keluar dari resto ini, tolong sampaikan secarik kertas ini pada lelaki tampan berjas navy itu. Tolong Mbak," pinta Syafa memohon.

  Pelayan kasir itu mengangguk pertanda dia bersedia membantu Syafa. Syafa kembali menuju meja yang ditempati Juned dengan membawa satu kantong kresek yang di dalamnya jajanan.

  "Sudah? Belanja apa kamu, lama banget?" tanya Juned seraya menatap ke arah Syafa.

  "Ini, Bang. Hanya cemilan."

  "Baiklah, kita segera ke kamar hotel. Aku ingin segera beristirahat," ajak Juned tidak sabar. Syafa tersenyum getir mendengar ucapan Juned. Sebisa mungkin Syafa menghambat kepergian mereka ke kamar hotel.

  "Sebentar lagi Bang, aku masih ingin di sini," tahan Syafa berharap Juned setuju.

  "Ayolah, aku sudah tidak sabar," ajaknya seraya berdiri. Terpaksa Syafa berdiri dan mengikuti Juned. Setelah keluar dari resto hotel, tiba-tiba Hp Juned berbunyi, sepertinya Juned mendapatkan panggilan dari istri pertamanya.

  "Sebentar, tunggulah dulu di sini, aku angkat telpon dulu," tahan Juned membiarkan Syafa duduk di kursi taman yang dilewatinya dari lorong hotel. Syafa senang melihat Juned mendapatkan panggilan telpon, berharap Juned akan lama menerima panggilan itu.

  Sementara di dalam resto, Ichank yang sudah memesan menu sarapan pagi, kini menikmati sarapan itu dengan lahap. Lalu tidak lama dari itu seorang pelayan menghampirinya.

  "Maaf Tuan, saya mendapat titipan dari seseorang untuk disampaikan pada Anda." Pelayan itu memberikan secarik kertas pada Ichank. Salah satu pengawal bermaksud mencegah. Namun Ichank menggeleng.

  Ichank menerima secarik kertas itu dan diambilnya. Rasa penasaran terus menghantui dirinya. Sehingga tidak sabar dia membuka secarik kertas itu dengan hati bertanya-tanya.

  "Assalamualaikum. Benar atau bukan Anda bernama Ichank saya berharap surat kecil saya ini sudi menjadi perhatian Anda. Nama saya Syafa, tolong selamatkan diri saya dari cengkraman lelaki yang memaksa menikahi saya, di kamar nomer 89. Saya mohon, saya masih punya suami sah, tapi sekarang dipaksa menikah dengan orang lain," tulisnya disertai gambar wajah sedih dan menangis.

  "Syafa? Benar dia Syafa," pekik Ichank sampai terdengar oleh para pengawal Ichank.

  "Kenapa, Bos?" heran salah satu Pengawal dengan dada membungkuk.

  "Rafi, Rama, dan Jamal, kita hampiri kamar 89, persiapkan pengamanan. Beritahu semua orang-orang kita. Ada hal penting di kamar itu. Cepat sebelum terlambat," perintah Ichank dengan mata yang tajam. Amarahnya memuncak saat kertas itu benar-benar dia baca dengan yakin bahwa yang dia lihat dan yang mengirimkan tulisan ini Syafa, istrinya.

  "Tunggu kedatangan abang, Dek. Abang tidak akan biarkan Adek jatuh ke tangan lelaki lain," bisiknya dalam hati dengan hati yang lara.

  Ichank berdiri, sebelum memulai rencananya Ichank bermusyawarah dulu dengan orang-orangnya serta berkoordinasi dengan pihak hotel. Sedikit menyita waktu memang. Namun pihak hotel yang akhirnya paham dengan penjelasan Ichank, mau bekerjasama dan memberi akses pada Ichank.

  "Tapi, kami tidak mau ada kehebohan besar di hotel ini. Usahakan tidak terjadi kekerasan atau baku hantam, karena ini menyangkut nama baik hotel kami di mata para tamu maupun calon tamu hotel kami." Pihak hotel mewanti-wanti dengan sungguh-sungguh.

  "Jangan khawatir. Anda tidak perlu takut, kami akan melakukannya dengan rapi tanpa menimbulkan keributan," ujar Ichank dengan penuh wibawa. Atas jaminan itu, pihak hotel akhirnya mengijinkan Ichank dan orang-orangnya melakukan penggerebekan pada kamar hotel nomer 89 yang ditulis orang yang diduga Syafa tadi.

  Sementara itu, di dalam kamar hotel nomer 89. Syafa mulai was-was, sebab Juned sudah mulai memanggilnya. Tadi saja saat baru masuk kamar, Juned sudah mulai nyosor ingin mencium Syafa. Namun Syafa berasalan ke kamar mandi karena kebelet.

  "Bang Ichank, segera datang dong , Bang. Jika Abang tidak datang dalam waktu lima menit lagi, maka Syafa akan dipaksa oleh Bang Juned. Syafa tidak terima, Syafa masih istri sah Abang. Ya Allah, tolong hamba ya Allah. Kirimkan bantuanmu." jerit hati Syafa menangis.

  Syafa tidak tahu harus bagaimana lagi mencari alasan supaya keinginan Juned bisa ditunda. Andai saja bunuh diri tidak sakit dan tidak dosa, maka jalan terbaik hanya itu yang akan Syafa lakukan.

  "Bagaimana ini? Apakah pelayan itu tidak memberikan secarik kertas itu pada orang yang mirip dengan Bang Ichank," bingungnya sembari meneteskan air mata.

  "Tok, tok, tok."

  "Syafa, cepatlah keluar. Jangan lama di dalam, aku sudah tidak sabar," teriak Juned kuat seraya mengetuk pintu tidak sabar.

  Terpaksa Syafa keluar dengan air mata yang tidak bisa ditahan. Juned murka melihat Syafa menangis, lalu dia menarik lengan Syafa menuju ranjang dan dihempasnya tubuh Syafa.

  "Aku sudah berikan duit banyak sama ibumu yang matre itu, maka sudah sepantasnya kamu melayani aku dengan baik. Lagi pula kamu bukan perawan lagi, aku mendapatkan kamu bekas mantan suami kamu yang miskin bin kere itu. Jadi tidak usah berlagak spesial," dengusnya seraya menjambak rambut Syafa dengan kasar.

  "Akkkhhhhhh." Jeritan Syafa terdengar, saat sebuah alat rekam suara setipis kertas menyusup masuk melalui celah pintu.

  "Bersiaplah, tunggu lima menit setelah hasil rekaman suara itu tersimpan sempurna di dalam alat itu." Ichank yang menyamar sebagai pramusaji memberi instruksi.

Terpopuler

Comments

Hary

Hary

kepacul deh serabi bulu nya
🤣🤣🤣🤣🤣

2024-05-07

3

Rahman Hartomo

Rahman Hartomo

masak surat cerai palsu nggk dipriksa ama kua nya ni yg nmanya jalur kreatif

2024-04-12

3

Rahman Hartomo

Rahman Hartomo

cerita yg nggk nalar cerita anak kecil

2024-04-12

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Di PHK
2 Bab 2 Hari yang Tidak Beruntung
3 Bab 3 Mencari Pekerjaan Lagi
4 Bab 4 Uang Syafa Hilang
5 Bab 5 Ternyata Pencurinya ....
6 Bab 6 Hampir Berantem
7 Bab 7 Hinaan Bu Diah Yang Bertubi-tubi
8 Bab 8 Suha Kecelakaan Lagi
9 Bab 9 Sedikit Balasan Buat Bu Diah
10 Bab 10 Rencana Ichank Yang Diketahui Bu Diah
11 Bab 11 Tekad Ichank di Balik Siasat Bu Diah
12 Bab 12 Emak Yang Diktator
13 Bab 13 Bangkitnya Ichank
14 Bab 14 Seperti Emas
15 Bab 15 Emas Harta Karun
16 Bab 16 Pertemuan Tidak Sengaja
17 Bab 17 Secarik Surat Untuk Ichank
18 Bab 18 Keinginan Juned yang Gagal
19 Bab 19 Pertemuan Yang Mengharukan
20 Bab 20 Lolos Dari Kejaran Juned
21 Bab 21 Pertemuan Syafa dan Orang Tua Ichnak
22 Bab 22 Bersatu Kembali
23 Bab 23 Bertemunya Dua Sahabat
24 Bab 24 Bertemu Juned
25 Bab 25 Melihat Ayah Mertua
26 Bab 26 Kesedihan Syafa dan Maaf Ichank
27 Bab 27 Pertemuan Syafa dan Ayahnya.
28 Bab 28 Kerinduan Syafa
29 Bab 29 Rujak di Pasar Tambun
30 Bab 30 Demi Sebuah Rujak
31 Bab 31 Mimpi Syafa
32 Bab 32 Bulan Madu Lokal
33 Bab 33 Dua Berita Baik
34 Bab 34 Kehamilan Syafa
35 Bab 35 Nasib Buruk Bu Diah
36 Bab 36 Bu Diah dan Suha Bak Gelandangan
37 Bab 37 Ancaman Buat Juned
38 Bab 38 Bu Diah Menemukan Pak Kayan
39 Bab 39 Kedatang Ichank dan Syafa ke Rumah Pak Kayan
40 Bab 40 Oleh-oleh dari Ichank
41 Bab 41 Sesal Bu Diah
42 Bab 42 Dosa di Masa Lalu
43 Bb 43 Saling Memaafkan
44 Bab 44 Syafa Melahirkan
45 Bab 45 Syair Putra Pertama (End)
46 Karya Baru Guys
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Bab 1 Di PHK
2
Bab 2 Hari yang Tidak Beruntung
3
Bab 3 Mencari Pekerjaan Lagi
4
Bab 4 Uang Syafa Hilang
5
Bab 5 Ternyata Pencurinya ....
6
Bab 6 Hampir Berantem
7
Bab 7 Hinaan Bu Diah Yang Bertubi-tubi
8
Bab 8 Suha Kecelakaan Lagi
9
Bab 9 Sedikit Balasan Buat Bu Diah
10
Bab 10 Rencana Ichank Yang Diketahui Bu Diah
11
Bab 11 Tekad Ichank di Balik Siasat Bu Diah
12
Bab 12 Emak Yang Diktator
13
Bab 13 Bangkitnya Ichank
14
Bab 14 Seperti Emas
15
Bab 15 Emas Harta Karun
16
Bab 16 Pertemuan Tidak Sengaja
17
Bab 17 Secarik Surat Untuk Ichank
18
Bab 18 Keinginan Juned yang Gagal
19
Bab 19 Pertemuan Yang Mengharukan
20
Bab 20 Lolos Dari Kejaran Juned
21
Bab 21 Pertemuan Syafa dan Orang Tua Ichnak
22
Bab 22 Bersatu Kembali
23
Bab 23 Bertemunya Dua Sahabat
24
Bab 24 Bertemu Juned
25
Bab 25 Melihat Ayah Mertua
26
Bab 26 Kesedihan Syafa dan Maaf Ichank
27
Bab 27 Pertemuan Syafa dan Ayahnya.
28
Bab 28 Kerinduan Syafa
29
Bab 29 Rujak di Pasar Tambun
30
Bab 30 Demi Sebuah Rujak
31
Bab 31 Mimpi Syafa
32
Bab 32 Bulan Madu Lokal
33
Bab 33 Dua Berita Baik
34
Bab 34 Kehamilan Syafa
35
Bab 35 Nasib Buruk Bu Diah
36
Bab 36 Bu Diah dan Suha Bak Gelandangan
37
Bab 37 Ancaman Buat Juned
38
Bab 38 Bu Diah Menemukan Pak Kayan
39
Bab 39 Kedatang Ichank dan Syafa ke Rumah Pak Kayan
40
Bab 40 Oleh-oleh dari Ichank
41
Bab 41 Sesal Bu Diah
42
Bab 42 Dosa di Masa Lalu
43
Bb 43 Saling Memaafkan
44
Bab 44 Syafa Melahirkan
45
Bab 45 Syair Putra Pertama (End)
46
Karya Baru Guys

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!