"Kami belum bercerai. Saya dan Bang Ichank belum bercerai. Akta cerai itu hanya rekayasa, itu tanda tangan palsu. Saya masih istri dari Bang Ichank suami saya," sangkal Syafa sembari memegangi rambutnya yang perih karena dijambak Juned tadi.
"Aku tidak mau tahu, yang jelas kamu sudah dijual oleh ibumu yang tamak itu untuk menjadi santapanku," cetusnya seraya menarik tubuh Syafa sehingga lagi dan lagi terhempas.
"Saya tidak mau melayani Anda, tolong lepaskan saya," tolak Syafa yang meronta karena Juned yang ingin menciumnya.
"Plakkkk. Rasakan itu," pekiknya setelah mendaratkan tamparan di wajah Syafa.
"Sakitttt, Bang Ichank tolongggg. Jangan sakiti saya, saya mohon," teriak Syafa menangis.
"Diam kau. Tidak akan ada yang mendengar teriakanmu. Layani, aku," titahnya kasar seraya menarik leher gaun yang dikenakan Syafa dengan kuat. Lagi-lagi Syafa menjerit karena lehernya kena tekanan tangan Juned.
"Tok, tok, tok."
"Permisi, antaran minuman untuk tamu kamar nomer 89 datang." Terdengar ketukan pintu dan pemberitahuan ke dalam kamar yang terdengar jelas karena kamar itu menggunakan teknologi canggih, setiap pelayan yang menyentuh pintu atau berbicara pada tamunya di dalam, maka suaranya akan terdengar jelas.
"Diamlah, perbaiki penampilanmu. Duduk dengan tenang," peringat Juned sedikit was-was. Lalu berdiri menuju pintu kamar hotel.
"Mengganggu saja pelayan hotel ini, giliran tadi ditungguin lama," gerutu Juned seraya berdiri menuju pintu. Juned membuka pintu kamar hotel hanya dengan menekan tombol, dan pintu kamar pun terbuka. Seorang pelayan hotel datang membawa dua buah minuman dalam gelas bercawan.
"Minumnya Tuan Juned." Pramusaji itu masuk ke dalam kamar hotel yang ditempati Juned untuk meletakkan gelas bercawan di atas meja.
"Tunggu di situ, biar saya ambil cawan itu," tahan Juned menahan langkah sang Pramusaji.
Sementara Syafa yang mengintip kedatangan sang Pramusaji, dia berniat untuk nekad dan membuat kericuhan. Mau bagaimana nanti akibat yang akan ditanggungnya, yang jelas Syafa harus meminta tolong pada Pramusaji itu untuk membebaskannya dari kungkungan Juned.
"Jika Pramusaji ini bukan orang-orang Bang Ichank pun, aku akan nekad minta tolong. Aku tidak mau melayani lelaki ini, aku hanya istri Bang Ichank." Syafa berbisik di dalam hatinya dengan keyakinan yang teguh.
Gelagat Juned demikian membuat sang Pramusaji curiga, Ichank memberi kode pada salah satu temannya yang menyamar menjadi Pramusaji juga untuk masuk ke dalam kamar dalam hitungan lima detik.
"Tolongggg, Mas, tolongin saya," teriak Syafa keluar dari kamarnya dan meminta tolong pada sang Pramusaji yang ternyata Ichank, dengan wajah takut. Juned panik dan berbalik badan menghalangi Syafa.
Tidak berapa lama Pramusaji yang dikode oleh Ichank untuk masuk ke dalam kamar yang ditempati Juned, menyusul dan menutup pintu kamar hotel. Juned semakin panik dan heran kenapa Pramusaji itu masuk tanpa permisi dan beraninya menutup pintu kamar hotel.
"Berani-beraninya kalian masuk ke dalam kamar hotel ini dan membuat keributan. Kamu masuk ke dalam kamar," bentak Juned pada Syafa yang merekahkan tangan untuk minta tolong pada Pramusaji.
"Saya hanya ingin menolong istri Anda yang sepertinya tidak nyaman bersama Anda. Atau jangan-jangan nyawa istri ada dalam ancaman Anda," tuding Ichank berani sembari mendekat.
"Jangan mendekat, saya bisa laporkan kelakuan pelayan murahan dan tidak punya adab sepertimu kepada pemilik hotel ini," ancam Juned mendengus kesal.
"Silahkan saja, kami tidak takut. Sebab kami punya bukti kekerasan Anda terhadap istri Anda. Suara teriakan istri Anda yang menjerit karena telah Anda sakiti ada di dalam sini," tantang Ichank seraya memperlihatkan sebuah kartu kecil nan tipis. Juned menyipitkan matanya tidak percaya.
"Jangan ikut campur, perempuan ini istri saya. Saya marah karena dia bandel dan tidak mau melayani saya sebagi suaminya," alasan Juned.
"Abanggg, tolong Syafa, ini Syafa. Bawa Syafa dari sini," teriak Syafa seraya berlari melewati Juned. Namun, Juned berhasil menangkap tubuh Syafa. Tanpa sadar, karena emosi, Juned justru melayangkan tamparan di muka Syafa yang tidak bisa dihindarkan lagi.
"Awwwwhhhkkkkk," jeritnya kesakitan.
"Adekkk!" pekik Ichank kaget melihat Syafa terjungkal karena tamparan Juned. Serta merta Ichank emosi, dia melangkah mendekati Juned dan bermaksud mebalas.
"Kurang ajar, setan, sialan, berengsekkkkk," marahnya seraya memberikan tamparan balik pada Juned dengan beberapa kali tamparan.
"Sudah Bos, sudah. Hentikan." Salah satu pengawal yang juga menyamar menjadi Pramusaji mencoba mencegah Ichank yang bertubi-tubi menampar balik wajah Juned.
"Abangggg," hambur Syafa memeluk Ichank yang kini dalam keadaan emosi.
''Mal, urus dia," perintah Ichank memasrahkan Juned pada Jamal sang Pengawal. Jamal tentu saja sudah paham dengan instruksi yang diberikan Ichank tadi.
Sementara Ichank membawa keluar Syafa lebih dulu, untuk menenangkan dia di dalam kamar hotel. Aksi Ichank begitu rapi tanpa menyisakan keributan sesuai janjinya pada pihak hotel. Sebagai kompensasinya, pihak hotel mematikan sementara CCTT, dari awal pergerakan Ichank sampai finish. Sehingga pihak Juned akan kehilangan jejak jika nanti dia ingin mencari bukti CCTV atas apa yang dialaminya hari ini.
"Jangan banyak bertingkah, semua perlakuan kasar Anda pada wanita tadi ada di dalam sini. Kami telah merekamnya karena sejak melihat Anda masuk hotel ini, sikap Anda sudah mencurigakan. Terlebih ada laporan dari sumber yang bisa dipercaya, bahwa perempuan tadi masih sah istri orang lain. Untuk itu, jika Anda masih ingin mengacau atau mengejar perempuan tadi, maka konsekuensinya, kami terpaksa melaporkan Anda pada pihak berwajib," terang Jamal mengancam, membuat Juned tidak berkutik.
"Kurang ajar, siapa kalian sebenarnya?" tanya Juned penasaran, seraya mengamati wajah Jamal yang ditutupi masker dan kaca mata hitam.
"Tidak perlu tahu siapa kami. Yang jelas, kami saat ini sudah mengamankan penjahat kelamin seperti Anda. Padahal di rumah Anda sudah memiliki istri, tapi masih ingin nambah lagi dengan merebut istri orang," tegas Jamal lagi seraya bergegas meninggalkan Juned yang wajahnya merasa perih karena tamparan Ichank tadi.
"Sialan, berani-beraninya kalian mengancamku. Akan aku cari tahu lewat CCTV siapa kalian. Kalian beraninya melawan Juned. Kalian belum tahu siapa Juned," dengus Juned marah sembari berdiri dan mengatur nafasnya supaya teratur.
"Wanita tua matre itu. Aku harus menemuinya. Dia harus bertanggung jawab atas semua ini," cebiknya ngomel.
Sementara orang yang sedang diomel Juned, saat ini sedang melakukan perjalanan piknik ke kota Bangka Belitung bersama Suha sang anak. Sementara sang suami Pak Kayan justru pergi dari rumah karena sudah diusir Bu Diah. Pak Kayan kini terlunta dan bermaksud mencari Ichank untuk meminta bantuan menyelamatkan Syafa. Namun, apalah daya Pak Kayan, dia tidak tahu mencari Ichank ke mana.
Karya ini merupakan karya jalur kreatif.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments