Ichank menatap lemah ke arah sepeda motor yang depannya ringsek. Dia sangat sedih dan bingung, apa yang harus dia lakukan dengan sepeda motornya yang kini rusak? Sementara besok dia harus mencari pekerjaan yang tentunya harus menggunakan motor sebagai alat transportasinya.
"Heh, Ichank! Lu cuma berdiri bengong kayak orang kesambet, tolongin kenape adik ipar lu. Dia habis kena musibah gara-gara motor butut elu. Udah butut, bikin orang celaka. Tanggung jawab, woyyy," sentak Bu Diah berang melihat menantunya cuma bengong melihat sepeda motor yang ringsek gara-gara dipakai oleh adik iparnya. Entah dipakai apa sehingga motor milik Ichank bisa sampai ringsek depannya begitu.
Ichank bukannya menolong, dia seperti orang bingung. Sudah dipecat dari pekerjaan, kini sepeda motornya menjadi korban akibat dipakai adik iparnya entah ngapain.
"Aduhhhh, Mak, sakitttt," ringis Suha menahan kakinya yang bared entah kena gesekan aspal atau kena timpa motor.
"Lu makenya bagimane, Ha? Makanya kalau sudah diwanti-wanti sama Abang lu jangan dipakai kebut-kebutan atau balapan liar, lu nurut. Kalau dableg akhirnya, ya, kayak gini, celaka. Mana besok mau dipakai Abang lu cari kerjaan," omel Syafa yang tidak lain Kakak kandung Suha ikut geram dengan kelakuan adiknya ini, yang suka maksa jika meminjam motor suaminya itu.
"Apa sih Syafa, lu malah belain suami lu yang tidak ade gunanye. Kerjaan saja kagak gableg, elu malah belain. Apa gunanye punya laki kayak si Ichank, yang ade gue malu sebagai mertua. Apa kata tetangga, punya menantu cuma pengangguran. Kagak ade gunanye. Percuma ngandalin bergelantungan pelor dua, hidup lu kagak akan kenyang cuma ditumpaki doang," omel Bu Diah lebih berang tanpa tedeng aling-aling.
"Astaghfirullah, Mak, ngucap, Mak. Jangan kasar begitu bicaranya. Lagipula Bang Icank baru hari ini dipecat dan nganggur. Mana tahu besok juga dapat kerjaan lagi. Mak doakan saja Bang Ichank supaya cepat dapat pekerjaan lagi, biar tidak nganggur," bela Syafa. Bagaimanapun juga Ichank merupakan suami yang bertanggung jawab. Selama ini dia tidak pernah dikecewakan oleh Ichank. Hanya karena dipecat dari pekerjaan, dan itupun terjadi hari ini, perlakuan ibunya pada suaminya sungguh sangat menyebalkan dan mengesalkan.
"Alahhh, lu tuh ya belain terus laki lu. Makan tuh cinta. Kalau sudah kagak ada gunanya alangkah baiknya dibuang saja ke laut. Di sini juga buang-buang duit, cuma ngabisin biaya dia makan," tukas Bu Diah semakin tidak enak omongannya. Lantas Syafa membawa suaminya ke dalam kamar menghindari ibunya yang semakin panas.
Ketika Bu Diah sedang ngomel seperti itu, tiba-tiba suaminya, Pak Kayan pulang dari toko. Suaminya Bu Diah hanya seorang pengusaha jasa permak jahit, yang penghasilannya sehari tidak seberapa. Apalagi kalau pelanggan sepi, otomatis sehari cuma dapat 30 rebu perak saja sudah mending. Makanya itu Bu Diah hampir tiap hari ngomel. Entah pada suaminya atau pada Ichank menantunya yang sebenarnya sudah banyak membantu keuangan selama ini.
Syafa membawa duduk Ichank di atas dipan yang hanya dialasi tilam kasur lepet. Akan tetapi lepet-lepet juga Syafa pandai merawat kamar dan rumah ibunya. Saat pulang kerja, walaupun badan sudah dalam keadaan lelah, Syafa masih menyempatkan membersihkan rumah karena dia tidak ingin ibunya ngomel karena cape ngurus rumah.
"Maafkan Emak, ya, Bang. Emak memang bawel begitu, tapi Syafa tahu hati Emak sebenarnya baik. Cuma mungkin untuk saat ini Emak belum mendapatkan hidayah dari Yang Maha Kuasa supaya ikhlas dan tabah dalam menghadapi setiap cobaan." Syafa tidak henti memberi kekuatan pada suaminya yang kini hanya bisa menunduk sedih.
Besoknya, Ichank bermaksud membawa motornya ke bengkel. Dia berharap kerusakan yang diderita motornya tidak parah.
Bersamaan dengan itu, Syafa bersiap akan berangkat kerja. Terpaksa hari ini dia harus berjalan kaki menuju pabriknya.
"Dek, maafin Abang, ya. Gara-gara Abang dipecat, Adek jadi ikut susah. Emak juga jadi ikut marah sama Adek. Hari ini terpaksa Adek pergi kerja jalan kaki dulu, ya. Abang akan usahain motor ini baik lagi dan motor bisa kita gunakan kembali," harap Ichank dengan wajah yang penuh penyesalan dan tentu saja kecewa.
"Iya, Bang tidak apa-apa, Syafa ngerti kok. Justru Syafa yang minta maaf gara-gara Suha pinjam motor Abang, akhirnya begini. Kita semua jadi susah," tukas Syafa ikut menyesali perbuatan adiknya yang mengakibatkan semua jadi kena imbasnya.
"Ichankkkkkk, gua minta duit buat pengobatan si Suha ke pijat refleksi, dia minta diurut karena kakinya keseleo. Elu harus tanggung jawab, gara-gara motor butut elu, si Suha kakinya pincang," teriak Bu Diah pagi-pagi buta masih menyalahkan motornya Ichank. Semua terkejut mendengar Bu Diah berteriak. Pak Kayan, suaminya Bu Diah yang sedang ngopi di dapur, berlari ke ruang tengah melihat keributan di pagi ini, niatnya mau meredakan istrinya ngamuk. Namun Bu Diah malah tambah jadi jika dihampiri.
"Bu, sudah dong, bicaranya jangan teriak-teriak, nanti malah didengar tetangga," peringat Pak Kayan risih, sebab teriakan istrinya sampai terdengar keluar sana.
"Alahhh, Bapak jangan sok bijak kayak gitu. Kalau merasa kagak sanggup memberikan segalanya buat Ibu dan si Suha, maka bagus diam saja kagak perlu ikut nimbrung," sela Bu Diah persis singa lapar di pagi hari.
Ichank bingung dengan permintaan ibu mertuanya itu, sedangkan hari ini Ichank harus keluar duit juga untuk memperbaiki motor yang kemarin rusak. Memang Ichank masih ada tabungan sedikit di bank. Namun uang itu untuk persediaan ke depannya jika dirinya masih belum mendapatkan pekerjaaan beberapa bulan saja.
Bu Diah masih menengadahkan tangannya untuk meminta uang kompensasi Ichank untuk membawa Suha ke pengobatan alternatif seperti yang diinginkan Bu Diah.
"Tapi, Ichank tidak bisa memberi banyak uangnya Bu, sekarang saja Ichank akan membawa motor ke bengkel untuk diperbaiki. Tentunya Ichank perlu uang yang cukup juga untuk membayar perbaikan motor di bengkelnya.
"Alah pelit amat lu jadi menantu, kalau kagak mau memberi, diam saja kagak usah pakai alasan uangnya dipakai untuk memperbaiki motor yang ringsek."
Syafa yang mau pergi bekerja, sejenak harus berdiri terpaku mendengar ocehan ibunya itu yang apabila dilawan bukan tandingannya.
Akhirnya Ichank memberikan sebagian uang kesnya untuk pengobatan Suha yang masih tergeletak kesakitan karena kakinya keseleo.
Bu Diah segera merebut uang yang diberikan Ichank ke tangannya. Lalu digeber-geber di udara. Untuk menghindar keadaan yang lebih hot lagi, Ichank dan Syafa akhirnya pergi dan berpamitan dengan tujuan yang berbeda.
Hari kemarin sampai pagi ini benar-benar hari yang tidak beruntung bagi Ichank. Akan tetapi dia harus tetap kuat menjalaninya demi Syafa sang istri yang selalu mendukungnya.
Karya ini merupakan karya jalur kreatif
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Edy Sulaiman
hidayah idak akan dpt kalu tdk diperjuangkan..iya gak thor!"
2024-06-07
1
Hary
dasar congor Betawi, cuma taunya duit
2024-05-07
2
Hary
babi ketemu ibu mertua kayak gitu...!!!
mo di entot juga sdh bau pesing...!!!
2024-05-07
2