Bab 3 Mencari Pekerjaan Lagi

Ichank masih di bengkel memperbaiki motornya yang ringsek. Untung saja yang ringsek hanya body depan dan jari-jari yang penyok. Sejenak Ichank menatap sedih ke arah sepeda motor yang merupakan satu-satunya alat trasnportasi untuknya mencari nafkah.

Dua jam motor itu selesai dan kembali bisa digunakan. Ichank senang, sebab besok dia bisa kembali mengantar istrinya ke tempat kerja.

Setelah membayar ongkos perbaikan servis motor, Ichank segera menyalakan motor dan mencobanya. Ichank merasa bersyukur, sebab motornya masih enak dipakai meskipun sudah melewati tahap perbaikan.

Ichank melajukan motornya membelah kota Bekasi. Kali ini tujuannya adalah mencari pekerjaan. Dia berharap hari ini mendapatkan pekerjaan lagi, entah apa saja yang penting halal dan bisa mencukupi kebutuhan mertuanya membayar listrik dan air. Sedangkan untuk kebutuhan istrinya sendiri yang memang kewajibannya, untuk sementara bisa dicover dari uang sisa miliknya yang masih ada di bank.

Sepanjang jalan Tambun-Bekasi sudah dia susuri. Setiap Ichank menemukan pabrik, entah itu elektronik maupun non elektronik, dia sambangi dan berharap ada lowongan pekerjaan. Hasilnya nihil.

Sejenak Ichank menepikan motornya untuk sekedar beristirahat melepas lelah, setelah tadi menyusuri jalanan Tambun-Bekasi mencari pekerjaan. Ichank terduduk lemas di atas jok motornya di bawah pohon Suren yang daunnya mampu menaungi dia dari panasnya terik matahari yang kini sudah berada tepat di ubun-ubun kepala.

"Haaaahhh."

Sejenak Ichank menarik nafasnya dalam-dalam, kemudian melepaskannya membuang lelah yang sejak tadi menggelayutinya.

"Ya Allah, sudah siang begini belum mendapatkan pekerjaan apa-apa," desahnya lelah. Semua perusahaan tidak ada yang mau menerimanya sebagai pegawai. Sungguh ironi di balik pemutusan pekerjaan karena alasan Covid-19, jika masih ada perusahaan yang masih menerima pekerja baru. Ichank bukan tidak paham itu, dia hanya penasaran dan mencoba, siapa tahu keberuntungan masih berpihak padanya.

"Harus kemana lagi aku mencari?" gumannya putus asa.

Ichank kembali ke rumah mertuanya tepat jam tiga sore lewat 10 menit, dengan tubuh yang lelah. Di rumahnya sudah ada Suha dan Ibu mertuanya yang tengah leyeh-leyeh menikmati goreng pisang dengan segelas besar minuman es dingin, menghadap TV.

Ichank masuk ke rumah seperti biasa, mengucap salam dan membuka sepatunya di luar.

"Assalamualaikum."

Ucapan salamnya hanya dibalas dengan gumanan kecil dan sorot mata tajam yang judes dari kedua mata Ibu mertuanya. Kilatan kesal dan tidak suka mendominasi raut wajahnya.

Ichank segera memasuki kamarnya dan bersiap ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Namun, dengan cepat mertuanya mencegat, dengan menenteng segelas minuman es dingin di tangannya. Sejenak Ichank menatap es dingin di tangan mertuanya, seketika rasa haus menjalar di kerongkongannya.

"Gimane, lu udah dapat pekerjaan lagi kagak? Jika belum, lu kagak usah ke kamar mandi dulu. Elu harus bantuin gue cuci piring dan nyuci baju di dalam mesin cuci sono. Piring kotor numpuk, kagak ada buat alas nasi," todongnya membuat Ichank mengurungkan niatnya ke kamar mandi padahal tubuhnya sangat lelah dan lengket.

Ichank tadinya ingin menolak. Namun, Ibu mertuanya menghalangi jalannya untuk ke kamar mandi. Terpaksa Ichank menuruti perintah Ibu mertuanya. Menyalakan dulu mesin cuci dan memasukkan baju kotor yang akan dicucinya di mesin, lalu menyalakan mesin kemudian meninggalkannya untuk mencuci piring kotor yang numpuk di wastafel.

Ichank terheran-heran dengan piring kotor yang menumpuk di wastafel. Tadi pagi dia tidak melihat piring sebanyak itu, sebab setelah sholat subuh sudah dicuci dulu oleh Dita, istrinya. Bekas siapa piring kotor sebanyak itu, Ichank sungguh heran.

Piring kotor sudah selesai dia cuci, kini giliran membilas baju yang sudah selesai digiling dengan mesin cuci.

"Enak banget, ya, nyuci sama mesin cuci. Pemborosan tahu! Cuci sama tangan. Sekarang kita harus menekan pengeluaran listrik sehemat mungkin, sebab elu sudah tidak bekerja. Jadi, apa yang bisa diharapkan dari elu lagi, uang saja sudah kere," serobot Ibu mertuanya keras yang tiba-tiba muncul menuju dapur dan berdiri di depan mulut pintu. Ichank tidak bisa melawan terlebih yang dihadapinya hanya seorang wanita yang sepatutnya ia hargai.

Ichank segera mengangkat kembali baju yang sudah berada di dalam mesin cuci yang tadinya akan dia bilas sama mesin cuci. Lalu dia bilas kembali dengan menggunakan air ke dalam ember untuk dibersihkannya.

Hari demi hari Ichank lalui dengan nelangsa dan pekerjaan rumah yang selalu ada saja dan menumpuk. Ini semua terpaksa dia lakukan, sebab Ichank sampai hari ini belum juga mendapatkan kembali pekerjaan. Omelan Ibu mertuanya selalu dia dapatkan. Sementara Ayah mertuanya, Pak Kayan, sebagai suami sama sekali tidak berkutik menyaksikan istrinya ngomel tiap hari. Dia saja kalah dalam bertutur kata jika sudah menghadapi istrinya.

Ichank membaringkan tubuhnya di dipan dengan kasur busa yang sudah lepet, untuk sekedar mengistirahatkan pinggangnya yang dia pakai sejak pagi tadi tiada henti, untuk menyelesaikan pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya.

Hari ini Ibu mertuanya butuh uang untuk arisan dan cicilan barang kredit, sementara Ichank sudah tidak memegang uang sepeserpun. Uang tabungannya di bank sudah habis dia pakai untuk memenuhi kebutuhan rumah mertuanya. Bayar listrik dan air serta tabung gas yang bisa menghabiskan kurang lebih tiga tabung sebulan.

Syafa tiba-tiba masuk dan mendapati suaminya terbaring dengan mata yang menerawang jauh. Syafa menghampiri kemudian meraih tangan Ichank lembut. Syafa bukan tidak tahu kecamuk rasa yang dirasakan suaminya, dia juga merasakan kesedihan yang mendalam. Namun, Syafa tidak bisa berkutik melawan Ibunya. Dia akan tetap kalah jika melawan Ibunya.

"Bang," sapanya lembut menatap suaminya. Ichank mendongak lalu menatap Syafa yang ternyata baru disadarinya. Kehadiran Syafa sedikit memberi harapan atas kebingungan yang tadi dia rasakan.

"Dek."

Ichank bangkit dan meraih tubuh Syafa, untuk sejenak dia menenggelamkan tubuhnya untuk sekedar melepas lelah.

"Dek, hari ini Ibu bilang ke abang butuh uang. Tapi, abang sudah tidak memiliki uang untuk diberikan, sedangkan uang tabungan di bank, Adek tahu sendiri sudah habis dipakai kebutuhan kita selama enam bulan ini. Sementara abang sampai hari ini belum mendapatkan pekerjaan yang layak." Ichank mencurahkan unek-uneknya kepada Syafa dengan maksud meringankan beban pikirannya.

"Ngapain, lu masuk kamar? Untuk mengajak senang-senang dengan anak gue? Kasih duit dulu sebelum bersenang-senang, baru lu bisa memakainya," teriak Bu Diah kencang membuat Syafa dan Ichank tersentak di dalam kamar.

Ichank bingung, uang apa lagi yang harus dia berikan pada Ibu mertuanya sementara dia sudah tidak punya uang pegangan lagi? Disaat bingung seperti itu, Ichank sekelebat mendapat ilham, yaitu meminjam emas yang dipakai Syafa untuk diberikan pada Ibu mertuanya.

"Dek, bolehkah abang pinjam emas yang Adek pakai untuk diberikan pada Ibu? Nanti setelah abang memiliki pekerjaan lagi, emas yang terpakai akan abang ganti," ungkap Ichank penuh harap. Sementara Syafa menatap terkejut ke arah Ichank mendengar permintaan Ichank barusan.

Apakah Syafa akan memberikan emasnya untuk Ichank pinjamkan pada Ibunya atau tidak?

Karya ini merupakan karya jalur kreatif

Terpopuler

Comments

Edy Sulaiman

Edy Sulaiman

Ibu mertua spt ini baiknya di telanjangi dan di eksekusi..hhh

2024-06-07

2

Hary

Hary

ibu mertua babi, semoga kena covid langsung mati

2024-05-07

2

anggita

anggita

suami kalah sama istri... 😑

2024-02-28

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Di PHK
2 Bab 2 Hari yang Tidak Beruntung
3 Bab 3 Mencari Pekerjaan Lagi
4 Bab 4 Uang Syafa Hilang
5 Bab 5 Ternyata Pencurinya ....
6 Bab 6 Hampir Berantem
7 Bab 7 Hinaan Bu Diah Yang Bertubi-tubi
8 Bab 8 Suha Kecelakaan Lagi
9 Bab 9 Sedikit Balasan Buat Bu Diah
10 Bab 10 Rencana Ichank Yang Diketahui Bu Diah
11 Bab 11 Tekad Ichank di Balik Siasat Bu Diah
12 Bab 12 Emak Yang Diktator
13 Bab 13 Bangkitnya Ichank
14 Bab 14 Seperti Emas
15 Bab 15 Emas Harta Karun
16 Bab 16 Pertemuan Tidak Sengaja
17 Bab 17 Secarik Surat Untuk Ichank
18 Bab 18 Keinginan Juned yang Gagal
19 Bab 19 Pertemuan Yang Mengharukan
20 Bab 20 Lolos Dari Kejaran Juned
21 Bab 21 Pertemuan Syafa dan Orang Tua Ichnak
22 Bab 22 Bersatu Kembali
23 Bab 23 Bertemunya Dua Sahabat
24 Bab 24 Bertemu Juned
25 Bab 25 Melihat Ayah Mertua
26 Bab 26 Kesedihan Syafa dan Maaf Ichank
27 Bab 27 Pertemuan Syafa dan Ayahnya.
28 Bab 28 Kerinduan Syafa
29 Bab 29 Rujak di Pasar Tambun
30 Bab 30 Demi Sebuah Rujak
31 Bab 31 Mimpi Syafa
32 Bab 32 Bulan Madu Lokal
33 Bab 33 Dua Berita Baik
34 Bab 34 Kehamilan Syafa
35 Bab 35 Nasib Buruk Bu Diah
36 Bab 36 Bu Diah dan Suha Bak Gelandangan
37 Bab 37 Ancaman Buat Juned
38 Bab 38 Bu Diah Menemukan Pak Kayan
39 Bab 39 Kedatang Ichank dan Syafa ke Rumah Pak Kayan
40 Bab 40 Oleh-oleh dari Ichank
41 Bab 41 Sesal Bu Diah
42 Bab 42 Dosa di Masa Lalu
43 Bb 43 Saling Memaafkan
44 Bab 44 Syafa Melahirkan
45 Bab 45 Syair Putra Pertama (End)
46 Karya Baru Guys
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Bab 1 Di PHK
2
Bab 2 Hari yang Tidak Beruntung
3
Bab 3 Mencari Pekerjaan Lagi
4
Bab 4 Uang Syafa Hilang
5
Bab 5 Ternyata Pencurinya ....
6
Bab 6 Hampir Berantem
7
Bab 7 Hinaan Bu Diah Yang Bertubi-tubi
8
Bab 8 Suha Kecelakaan Lagi
9
Bab 9 Sedikit Balasan Buat Bu Diah
10
Bab 10 Rencana Ichank Yang Diketahui Bu Diah
11
Bab 11 Tekad Ichank di Balik Siasat Bu Diah
12
Bab 12 Emak Yang Diktator
13
Bab 13 Bangkitnya Ichank
14
Bab 14 Seperti Emas
15
Bab 15 Emas Harta Karun
16
Bab 16 Pertemuan Tidak Sengaja
17
Bab 17 Secarik Surat Untuk Ichank
18
Bab 18 Keinginan Juned yang Gagal
19
Bab 19 Pertemuan Yang Mengharukan
20
Bab 20 Lolos Dari Kejaran Juned
21
Bab 21 Pertemuan Syafa dan Orang Tua Ichnak
22
Bab 22 Bersatu Kembali
23
Bab 23 Bertemunya Dua Sahabat
24
Bab 24 Bertemu Juned
25
Bab 25 Melihat Ayah Mertua
26
Bab 26 Kesedihan Syafa dan Maaf Ichank
27
Bab 27 Pertemuan Syafa dan Ayahnya.
28
Bab 28 Kerinduan Syafa
29
Bab 29 Rujak di Pasar Tambun
30
Bab 30 Demi Sebuah Rujak
31
Bab 31 Mimpi Syafa
32
Bab 32 Bulan Madu Lokal
33
Bab 33 Dua Berita Baik
34
Bab 34 Kehamilan Syafa
35
Bab 35 Nasib Buruk Bu Diah
36
Bab 36 Bu Diah dan Suha Bak Gelandangan
37
Bab 37 Ancaman Buat Juned
38
Bab 38 Bu Diah Menemukan Pak Kayan
39
Bab 39 Kedatang Ichank dan Syafa ke Rumah Pak Kayan
40
Bab 40 Oleh-oleh dari Ichank
41
Bab 41 Sesal Bu Diah
42
Bab 42 Dosa di Masa Lalu
43
Bb 43 Saling Memaafkan
44
Bab 44 Syafa Melahirkan
45
Bab 45 Syair Putra Pertama (End)
46
Karya Baru Guys

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!