Keriuhan akibat Syafa hilang uang membuat suasana rumah menjadi kacau. Sementara Ichank tetap menyangkal akan tuduhan Bu Diah. Dia merasa tidak masuk akal kenapa Bu Diah menuduh dirinya yang mencuri uang istrinya sendiri, sementara dirinya sejak pagi tidak berada di rumah.
"Abang tidak mencuri seperti apa yang ibu tuduhkan. Bahkan abang tidak tahu Adek nyimpan di lipatan baju. Kalaupun abang tahu, tidak mungkin abang mencuri uang istri sendiri," yakin Ichank kepada Syafa. Syafa memeluk tangan Ichank, dia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban bahwa memang bukan suaminya yang mencuri uang itu. Syafa yakin betul saat dia dan suaminya pergi kerja, uang itu tersimpan rapi di bawah lipatan baju. Bahkan suaminya saja tidak tahu dia menyimpan di sana, malah yang keluar kamar duluan saja Ichank, jadi tidak mungkin Ichank yang mencuri,.
"Bang Ichank bukan pencurinya, Mak. Syafa yakin, sebab kami keluar kamar barengan. Duluan Bang Ichank malah, jadi tidak mungkin Bang Ichank yang mencuri duit Syafa hasil menggadaikan gelang Syafa untuk diberikan pada Emak," ungkap Syafa membuat Bu Diah tiba-tiba terlalak saat mendengar bahwa uang yang dipinjamkan Ichank justru uang dari hasil menggadaikan gelang emas milik Syafa. Bu Diah naik pitam.
"Eleh, eleh, rupanya duit yang elu pinjamkan bukan duit yang keluar dari kantong elu, Ichank? Pandai, ya, elu manfaatin anak gue. Elu minjamin gue duit tapi nyatanya duit anak gue si Syafa. Dasar suami kagak modal. Kalau sudah tidak ada duitnya buat apa laki kaya gitu dipertahanin, buang saja ke kandang singa biar diterkam, mampus-mampus sekalian," umpat Bu Diah kesal dan sok perhatian pada Syafa.
Syafa terhenyak untuk beberapa saat, ketika dia menyadari ucapannya tadi yang serasa keceplosan. "Ya ampun keceplosan kalau duit yang dipinjamkan ke Emak adalah gelang emas pemberian dari Bang Ichank. Duh, kalau sudah begini, pasti Bang Ichank habis kena bulan-bulanan Emak." Syafa berbicara risau di dalam hatinya akibat ucapannya tadi yang keceplosan.
Sementara Pak Kayan dan tentu saja Ichank, benar-benar merasa tersindir dengan ucapan Bu Diah. Sebagai suami, Pak Kayan memang saat ini tidak bisa menjamin Suha dan istrinya dengan uang yang berkecukupan. Penghasilannya sehari dari jasa permak jeans dan baju tidak seberapa, kadang dapat dan kadang tidak.
Sedangkan Ichank pun sama, saat ini dia tidak bisa diandalkan. Pekerjaannya sebagai kuli panggul dari pagi sampai malam, hanya mampu mendapatkan 60 ribu seharian. Jelas uang itu tidak akan cukup jika tuntutan mertuanya melebihi apa yang dia mampu. Ichank hanya bisa menghela nafas panjang, menyimpan gundah dalam dadanya memikirkan kehidupan untuk ke depannya yang dirasanya akan semakin sulit.
"Sudah, Mak, tidak apa-apa, toh gelang itu pemberian Bang Ichank juga. Jika sekarang Syafa membantu Bang Ichank, wajar saja sebab Bang Ichank suami Syafa. Lagipula, uangnya juga sebagian sudah raib entah kemana, sedangkan uang itu tadinya untuk keperluan gas, listrik, air dan beras untuk beberapa bulan selama Bang Ichank belum mendapatkan pekerjaan," bela Syafa kepada Ichank.
"Halah, laki sudah tidak berguna masih saja elu belain. Kalau dia memberi perhiasan, itu memang sudah sepantasnya dia berikan buat elu. Bukan elu gadaikan lalu dipinjamin buat gue. Itu tandanya laki kagak bertanggung jawab. Bisa-bisanya jadi laki yang bernaung di ketek bini, kagak berguna," umpat Bu Diah mendengus kesal. Perkataan Bu Diah barusan sungguh membuat Ichank merasa terhina, dikatain suami yang bernaung di bawah ketiak istri, harga dirinya benar-benar bagai diinjak-injak.
"Nanti jika Ichank sudah dapat pekerjaan lagi, gelang emas punya Syafa pasti Ichank bayar, Bu. Tapi untuk saat ini, Ichank benar-benar tidak ada uang untuk memberikan pada Ibu. Tabungan Ichank saja hanya cukup untuk beberapa bulan. Jadi, mohon Ibu memahami keadaan Ichank. Ichank juga tidak mau merepotkan Syafa, mengganggu barang milik Syafa, ini Ichank lakukan hanya terpaksa," tutur Ichank menunduk. Harga dirinya benar-benar hancur di mata sang ibu mertua.
"Huhhhh, membela diri. Mau sampai kapan elu bisa bayar gelang emas anak gue? Lebaran monyet?" dengusnya mengejek.
"Mak, jangan bicara sembarangan. Syafa tidak diganti juga tidak masalah. Namanya suami istri sudah sepatutnya saling membantu. Jadi, Syafa mohon, jangan hina Bang Ichank," mohon Syafa mulai berkaca-kaca. Dia tidak mau suaminya dihina terus oleh ibunya.
"Dasar bodoh elu, Syafa. Percuma suami kagak berguna ini dibelain. Rugi yang ada," dengusnya lagi sambil melotot ke arah Syafa.
"Buuu, sudah," tegur Pak Kayan seraya bermaksud meraih tangan istrinya. Namun, Bu Diah segera menepis kasar. Pak Kayan tidak bisa berkutik lagi jika istrinya sudah berbuat kasar seperti itu. Pak Kayan akhirnya mengalah menghindari pertengkaran yang lebih panjang dan hebat.
Syafa, bangkit dan menarik lengan Ichank dan membawanya ke dalam kamar. Dia tidak mau suaminya dihina terus oleh ibunya.
"Sudah kagak berguna, tapi masih berani kelonan sama anak gue. Dasar buaya buntung, kagak ada untung," cetus Bu Diah ditujukan langsung pada Ichank. Semua mata terbelalak termasuk Syafa. Dia tidak terima suaminya dihina terus-terusan. Syafa segera masuk kamar dan menarik tubuh Ichank sebelum suaminya memberi pembelaan. Sebelum masuk kamar, Syafa sempat menatap ibunya dengan tatapan kecewa.
Bu Diah tidak peduli Syafa kecewa terhadap dirinya, yang jelas dari pertengkaran ini Bu Diah merasa diuntungkan, sebab baik Syafa maupun Ichank tidak lagi mengungkit masalah uang Syafa yang hilang di balik lipatan baju. Bu Diah segera bergegas menghampiri Suha di kamarnya dengan hati riang.
Sementara itu di dalam kamar, Syafa membawa Ichank duduk di atas kasur lepetnya. Tangannya mengusap bahu sang suami, dia sangat sedih suami yang selama ini sudah perhatian terhadapnya, dihina terus oleh ibunya.
"Maafkan Emak, ya, Bang. Emak sungguh keterlaluan, sudah menghina Abang." Syafa berkata sambil berkaca-kaca.
Ichank menggenggam erat tangan Syafa sebagai bentuk perhatian dan memberi kekuatan untuk Syafa.
"Abang juga minta maaf, karena ketidak mampuan Abang, Adek jadinya menggadaikan gelang itu, padahal Abang tidak berharap Adek menggadaikan gelang itu. Tapi, abang janji suatu saat gelang Adek akan abang ganti," tekad Ichank sungguh-sungguh seraya merangkul bahu Syafa. Mereka berdua larut dalam kedukaan yang sama.
Besoknya, Ichank masih berkutat menjalankan pekerjaan barunya sebagai kuli panggul, walau hasilnya tidak seberapa, tapi Ichank gigih dan pantang menyerah demi Syafa.
Seperti biasa Ichank dan Syafa pergi kerja bersama-sama. Ichank akan mengantar Syafa duluan ke pabrik, lalu Ichank setelahnya. Saat mereka akan keluar dari mulut pintu, mereka berdua mendengar Bu Diah berbicara di telpon.
"Tenang saja, nanti berliannya saya lunasin lima juta, kebetulan saya sudah memiliki uangnya," ucap Bu Diah di dalam saluran telpon.
"Apaaaa?" Syafa dan Ichank saling tatap, terkejut dengan apa yang barusan di dengarnya.
Karya ini merupakan karya jalur kreatif
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Edy Sulaiman
buat mc Ichang mending ngontrak aja pisah dgn mertua dajjal...
2024-06-08
3
Ejan Din
aduh.. klu aku jd suami isteri itu bole dibawa pergi keluar Dari rumahnya...
2024-05-22
1
Mimik Pribadi
Astaghfirullaaah,,,,Ema nya Syafa emang bener2 y penghuni neraka,udh memfitnah menantu,mengadu domba anak dan menantu,tapi dia sendiri yng nyolong 😡😡 gregetan bngt rasanya,lebih baik kalian pindah aja dech!! Selama kalian disitu rmh tangga kalian bakal runyam bknnya mendpt berkah dngn memberi rezeki mertua,karna sebrpa pun uang yng kalian ksh,tidak ada terima kshnya apalgi di Do'a-in biar rezeki anak lancar,,,,,haduuuhh!! ikut pusing akoh 🤣
2024-04-13
1