Wajah Naina langsung memucat ketika melihat ada kunci mobil di lantai, dan Naina sudah bisa menebak bahwa Shafira terluka karena Carlos melemparkan kunci mobil itu ke kepala Syafira.
Tak, lama tatapan Naina langsung teralih pada sepatu yang ada di depannya. Dalam sekejap, jantung Naina berdetak dua kali lebih cepat, krena menyadari bahwa yang ada di depan mereka adalah Carlos.
"Mati aku!'' Naina membatin, padahal tadi siang dia sudah di wanti-wanti oleh Gavin jangan sampai Shafira bertemu dengan Carlos, tapi sekarang larangan itu malah terjadi. Dan kini, Naina pun bingung harus bagaimana.
''Tuhan selamatkan aku!'' Naina kembali membatin, hingga tak lama dia memutuskan untuk mengangkat kepalanya, berniat meminta maaf.
"Tu-Tuan, maafkan aku," ucap Naina dengan bibir gemetar, jantung Naina berpacu dengan sangat cepat ketika melihat wajah Carlos. Lelaki itu sangat tampan. Namun, aura lelaki itu begitu kuat dan terkesan menakutkan.
Karena tidak ada sahutan dari Carlos, dan karna dia sudah sangat ketakutan, Naina pun langsung menunduk kembali, wanita itu berusaha mengumpulkan tenaganya untuk menggendong Syafira.
"Kalau begitu permisi, tuan," ucap Naina yang pamit pada Carlos, tentu saja dia tidak berani untuk menatap lelaki itu dan setelah pamit, dia langsung berjalan sambil menggendong Syafira melewati lorong untuk kembali ke kamar Syafira.
Ketika Naina sudah berbalik, Carlos masih tidak bergerak, dia masih terus melihat punggung Naina yang semakin menjauh. Tubuh Carlos masih diam mematung ketika melihat Naina, sejujurnya dia cukup tercengang ketika melihat wajah Naina yang sangat mirip dengan mantan istrinya yang juga ibu Syafira.
Carlos menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian dia langsung melanjutkan langkahnya untuk pergi ke kamar dan beristirahat untuk memulihkan moodnya.
***
Ketika sudah berada di dalam kamar, Naina langsung menurunkan Syafira di ranjang, kemudian dia berusaha mengatur nafasnya, dan juga berusaha menormalkan degupan jantungnya yang terasa sangat kencang. Hingga beberapa saat berlalu, ketika Naina sudah bisa menormalkan nafasnya, Naina menoleh ke arah Syafira, di mana Syafira terlihat sedang melamun, dan sesekali merintih kesakitan.
Hati Naina terasa pedih ketika melihat Syafira sepeti ini, sejatinya posisi mereka sama, hanya saja dulu Naina tidak seberani Syafira, dulu dia takut untuk mendekati Mario karena dia tau bagaimana respon sang ayah jika di dekati, berbeda dengan Syafira sekarang yang tidak pantang menyerah.
Naina mendudukan diri di sebelah Syafira, hingga Syafira mengerjap. "Apa ini sakit?" tanya Naina seraya mengelus kepala Syafira yang membiru.
"Tidak, ini tidak sakit,' jawab Syafira tentu saja dia merasa gengsi mengaku sakit, dan sebenarnya dia juga malu terpergok oleh Naina ketika tadi dia di lempar kunci mobil oleh Carlos.
Dan setengah mengatakan itu, Syafira pun langsung membaringkan tubuhnya di ranjang dan membelakangi Naina hingga Naina menghela nafas, dia pun memakaikan selimut untuk Syafira.
*""
Carlos berdiri di bawah kucuran shower, lelaki itu memejamkan matanya, ketika air mengenai wajahnya, ketika matanya terpejam, tiba-tiba wajah Naina langung melintas di otak Carlos, hingga tiba-tiba Carlos langsung mematikan keran, kemudian mengusap wajah kasar.
"Kenapa mereka mirip sekali," ucap Carlos yang bergumam lirih, dia masih berusaha menyangkal bahwa Naina tidak mirip dengan Sandra, mantan istrinya. Tapi, semakin dia mengelak dia malah semakin terpikirkan.
Karena Naina dan juga Sandra benar-benar mirip, apalagi jika Naina berambut pendek. Jika hanya mirip sekilas, mungkin Carlos tidak akan terlalu memikirkan tentang ini. Tapi, mendiang Sandra dan juga Naina benar-benar mirip.
Sejatinya Sampai detik ini, setelah 8 tahun berlalu Carlos masih mencintai mendiang istrinya, walaupun sekarang cinta itu tertutup luka karena dia dikhianati oleh Sandra yang berselingkuh bersama temannya.
Lelah dengan perasangkanya sendiri, Carlos memilih untuk menyelesaikan acara mandinya kemudian dia langsung keluar dari kamar mandi.
***
Waktu mennjukan pukul 3 dini hari. Naina membuka matanya, kemudian wanita cantik itu menatap langit-langit. Sedari tadi dia sudah berusaha untuk memejamkan matanya. Tapi ternyata tidak bisa, pikiran Naina malah mengembara memikirkan Syafira, karena melihat Syafira dia seperti melihat dirinya di masa lalu, hanya saja mungkin Syafira lebih berani dari pada dia.
"Mom, aku merindukanmu," lirih Naina, wanita cantik itu tiba-tiba mengingat ibunya, dia juga teringat kenangan lamanya bersama sang ibu sebelum ibunya masuk ke rumah sakit jiwa.
Malam berganti pagi.
Naina berusaha menebalkan kesabarannya ketika sedari tadi Syafira terus bergonta-ganti menu makanan. Gadis itu meminta di masakan sarapan, tapi ketika sarapan sudah tersedia, tiba-tiba Syafira ingin mengganti menu.
"Jadi, kau ingin bibi membuat apa sekarang?" tanya Naina, dia rasa dia harus sedikit tegas pada anak asuhnya.
"Bibi, kenapa bibi marah padaku," jawab Syafira seperti biasa, dia akan langsung playing fictim.
"Syafira, kau sudah mengganti menu sarapan selama 7 x. lalu kau ingin bibi membuat apa lagi. ini terakhir kalinya bibi bertanya, jika kau tidak ingin sarapan ya sudah bibi tidak akan memaksamu." Naina rasa hanya ini cara untuk menghadapi gadis badung di depannya ini.
"Terserah bibi saja, aku tidak mau makan, biar saja aku sakit nanti bibi yang akan di salahkan oleh paman Gavin." Seperti biasa, jika sedang terjepit gadis itu akan mengancam.
''Silahkan saja laporkan, bibi tidak takut. Bibi senang jika dikeluarkan dari sini," jawab Naina lagi, setelah itu Naina pun langsung keluar dari area dapur lalu mendudukan diri di sofa, membuat mata Syafira membulat.
Ini pertama kalinya dia melihat pengasuh yang menentangnya, biasanya pengasuh akan selalu menurut padanya karena di selalu mengancam akan mengadu pada Gavin, tapi ternyata pengasuhnya kali ini berbeda.
dua jam kemudian
Naina tersenyum ketik ekor matanya melirik Syafira yang sedang memegang perut, di tau gadis itu sudah sangat lapar. Hingga pada akhirnya Naina pun langsung berjalan kemudian dia langsung pergi ke arah dapur lalu setelah itu dia langsung mengambil makanam yang tadi dia masak.
"Ayo makan," titah Naina.
"Tidak mau!'' seru Syafira membuat Naina menggeleng.
"Mau bibi suapi?" tanya Naina,
"Tidak mau," jawab Syafira lagi, dia bisa saja mengatakan seperti itu tapi wajahnya mengatakan sebaliknya. Hingga pada akhirnya Naina pun duduk di depan Syafira, kemudian dia langsung menyendok makanan lalu setelah itu dia memberikannya ke depan mulut Syafira, dan kali ini tidak ada drama sama sekali. Syafira langsung memakan makanan yang di suapkan oleh Naina.
Satu Minggu kemudian
Naina keluar dari kamar, rasanya dia ingin berkeliling di sekitar kastil untuk menikmati angin sore.
Hari ini Naina sedikit santai karena Syafira sedang di bawa oleh Gavin ke rumah sakit untuk pemeriksaan rutin, hingga Naina bisa menikmati waktu.
Ini sudah seminggu berlalu, Naina bekerja menjadi pengasuh. Dan ternyata hari-harj yang di lalui Naina cukup berat, tentu saja karena ulah Syafira yang semakin menjadi-jadi.
”Wah, indah sekali," ucap Naina ketika dia sudah berada di bagian barat kastil, ternyata di belakang kastil ada kebun bunga yang sangat indah. Hingga Naina langsung berdecak kagum.
Tak lama, terdengar suara gerbang terbuka, hingga Naina langsung menoleh ke depan. Seketika Naina menunduk kemudian dia bersembunyi.
Naina mengintip dari celah, lagi-lagi dia berdecak kagum ketika melihat iring-iringan mobil mewah masuk kedalam kastil
Scroll gengs
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Fenty Dhani
bagaimana begitu mirip...siapa Sandra sebenarnya??
2024-03-16
0
Dwi MaRITA
sandra adek nya regina kah? 😳
hanya naina yg isa bikin carlos & safira nurut.... 👏👏👏
2024-02-06
4
Biva Nurhuda
siapakah yang datang
2024-02-03
1