“Kau bekerja selayaknya seorang pengasuh, tapi kondisi anak itu sedikit berbeda. Dia sangat nakal dan tidak pernah mau menurut pada siapa pun, dan kau harus mengajarinya tentang apapun, yang terpenting Jangan biarkan dia menemui Tuan Carlos atau Jangan biarkan Tuhan Carlos melihat dia.”
“Tuan Carlos?" Ulang Naina.
“Hmm, dia adalah pemilik kastil ini. Dia tidak pernah ramah pada siapapun, tempramental dan juga tidak pernah menerima kesalahan. Singkatnya begini, anak yang akan kau asuh adalah anak yang dibenci oleh Tuan Carlos, jadi tuan Carlos tidak pernah ingin melihat dia. Jadi mulai besok kau anak itu akan ditempatkan di bagian utara, dan pastikan agar dia tidak bisa masuk ke bagian depan.”
Helaan nafas terlihat dari wajah cantik Naina, ternyata tugasnya tidak seberat yang dia kira atau semenakutkan yang dia pikirkan. Dia hanya perlu memahami anak itu dan berusaha agar anak itu tidak kabur kebahagiaan kastil yang berada di bagian depan yang selalu ditempati oleh Carlos.
Carlos adalah seorang mafia, dia sengaja membangun kastil seperti ini agar tidak dicurigai oleh siapapun. Kekayaannya tentu saja jangan ditanya, benar-benar kaya. Bahkan mungkin lebih kaya dari Mario. Tapi, di balik kesuksesannya, dia memiliki trauma dengan percintaannya.
Saat istrinya akan melahirkan, Carlos baru mengetahui bahwa ternyata istrinya bukan hamil anaknya melainkan hamil anak temannya, saat itu tanpa sengaja Carlos mendengar pembicaraan keduanya. Dan ketika mendengar itu tentu saja Carlos murka, dia langsung menghajar temannya dan membawa temannya ke markas sampai temannya tidak selamat. Sedangkan istrinya meninggal ketika melahirkan.
Awalnya Carlos ingin membuang anak itu ke panti asuhan, karena tentu saja dia merasa benci Dan juga jijik ketika melihat anak itu. Tapi, setelah dipikir dia tidak jadi memasukkan anak itu ke panti asuhan dan lebih memilih untuk membawanya pulang.
Tapi walaupun membawa anak itu pulang, kebencian Carlos pada anak istrinya tetap sama. Itu sebabnya selama ini dia tidak pernah mau melihat gadis kecil itu karena dia selalu teringat penghianatan istrinya dan temannya.
Berapa kali Gavin mencari pengasuh untuk Safira, tapi tidak ada yang tahan dengan tingkah gadis kecil yang kini menginjak 8 tahun itu.. Safira sangat nakal, tidak mau diatur, dan tidak pernah mau mendengar siapapun.
Mungkin karena Safira kurang perhatian, karena sedari bayi dia hanya bersama dengan pengasuhnya.
Beberapa kali Safira terkana amukan Carlos karena dia selalu menampilkan diri di hadapan lelaki itu. Bahkan karena sangking bencinya Carlos pada anak itu, dia pernah melempar barang-barang ke Safira hingga Safira pernah di larikan ke rumah sakit. Tapi sampai sekarang Safira tidak pernah kapok untuk menemui Carlos.
Gadis kecil itu pantang menyerah, walaupun tahu Carlos selalu mengamuk jika melihatnya tapi Safira selalu datang. Karena mungkin dalam bayangan Gadis itu Carlos adalah ayahnya. Dan sekarang tugas Naina untuk merubah Safira agar Safira tidak seperti itu lagi.
“Baik Tuan Terima kasih atas penjelasannya,” jawab Naina hingga Gavin langsung menyerahkan kontrak kerja dan Naina pun langsung menandatanganinya tanpa membacanya terlebih dahulu..
“Kau akan sekamar dengan Safira, dan aku hanya ingin mewanti-wanti, kau harus menebalkan kesabaranmu ketika bertemu dengannya," ucap Gavin, ketika mereka bangkit dari duduknya hingga Naina pun menganggukan kepalanya.
Sepanjang berjalan ke arah kamar Safira, Naina merasakan bulu kuduknya merinding. Tentu saja karena mereka melewati lorong-lorong yang seperti tidak ada habisnya. Dan ternyata kamar anak itu ada di paling ujung, tiba-tiba Naina merasa sesak sendiri. Membayangkan kamar anak kecil itu jauh dari mana-mana.
Ketika berada di depan kamar Safira, Gavin membuka pintu, dan terlihat Safira sedang duduk melamun.
“Safira, dia yang akan menjadi pengasuhmu dan menemanimu," ucap Gavin hingga Safira pun bangkit dari duduknya kemudian berjalan ke arah pintu.
“Hallo, bibi," sapa Safira dengan ramah membuat Naina tersenyum. Di mata Naina mungkin Safira sangat manis, tapi mata Gavin berbeda, dia tahu gadis ini sudah menyiapkan sesuatu untuk Naina.
“kalau begitu Silakan masuk.” setelah mengatakan itu Gavin pun langsung berbalik kemudian dia langsung keluar dari kamar Safira, hingga di kamar itu hanya ada Safira dan Naina saja.
“Hallo, anak manis Siapa namamu?” tanya Naina dia menekuk diri menyetarakan diri dengan tubuh Safira.
Safira tersenyum manis. “Hallo, bibi, aku Safira," balas Safira. “Bibi, aku sudah membuat jus, apa Bibi mau?" Tanya Safira.
Tentu saja Naina mengangguk dia merasa sambutan Safira cukup menyenangkan hingga Naina berpikir bahwa pekerjaannya akan mudah.
Ketika melihat anggukan Naina, Safira pun berbalik kemudian dia langsung mengambil jus yang sudah dia siapkan, di bagian dapur karena memang di kamar milik Safira sudah ada dapur pribadi dan lain-lain.
"Ini bibi!'' Safira memberikan gelas yang berisi minuman berwarna merah, tampilan dari luar sungguh memukau, dan terlihat sangat menyegarkan hingga Naina langsung mengambil gelas itu kemudian dia langsung meminumnya
. Ketika cairan di gelas itu melewati tenggorokannya, wajah Naina langsung memerah dan sedetik kemudian Naina langung berteriak.
''Pedas ...pedas!' teriak Naina, di mengibas-ngibaskan wajahnya karena rasa panas, sedangkan tawa Safira langsung meledak ketika melihat Naina seperti itu karena memang ia sengaja membuat jus cabai untuk mengerjai Naina.
Dengan cepat Naina pun langsung berlari mencari-cari kamar mandi, dan ketika sudah menemukan kamar mandi yang ada di kamar itu Naina langung masuk kemudian
Setelah masuk kedalam kamar mandi, Naina langsung membasuh seluruh wajahnya dengan air, karena wajahnya terasa panas. Dia juga berkumur karena lidahnya terasa terbakar.
Setelah beberapa saat berlalu, akhirnya wajah Naina tidak sepanas tadi. Mulut nya pun tidak terlalu terbakar. Sebelum keluar dari kamar mandi, Naina mendudukan diri di toilet, pikiran wanita itu melayang membayangkan kejadian barusan. Anehnya Naina tidak marah, pada Safira. Dia malah merasa sedang melihat dirinya sendiri.
Dia yakin, di balik sikap Safira yang seperti ini, ada luka batin yang anak itu tanggung. Itu semua cukup terlihat dari kamar yang di tempati Safira yang jauh dari mana pun, seolah di asingkan. Terbayang bagaimana kesepiannya gadis itu
“Bibi!” tiba-tiba terdengar suara dari arah luar, sepertinya Safira ingin melihat reaksi Naina, hingga Safira langsung memanggil Naina.
Naina menghela nafas, kemudian menghembuskannya. Tadi, dia berpikir hari-harinya akan mudah. Tapi, ternyata dia salah. Ini menjadi tantangan tersendiri untuknya. Dia benar-benar harus bisa bertahan sampai akhir.
“Bibi!" Panggil Safira lagi, hingga Naina pun langsung berjalan kemudian dia langsung keluar dari kamar mandi.
“Bibi, maafkan aku. Sepertinya aku salah memberikan jus pada bibi," jawab Safira, senyum gadis itu begitu manis, tapi begitu mematikan hingga Naina pun mengangguk.
“Tidak apa-apa, sayang.” Naina menjawab dengan lemah lembut. Ketika mendengar jawaban dari Naina, mata Safira membulat. Kenapa wanita ini tidak marah sama sekali.
****
Scroll gengs
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Mur Lina
Naina kamu pasti bisa manaklukkan Safira ...
2024-12-25
0
Fenty Dhani
sabar naina💪☺️
2024-03-16
1
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
ceritanya bagus mengaduk perasaan
2024-02-13
3