Lilis mendapat penghargaan pertamanya. Juga tim marksman pimpinan Herman. Kemampuan menembak Lilis juga jadi viral. Sebenarnya posisi menembak Lilis masuk sudut sulit, tapi gadis itu mengeksekusi dengan baik. Banyak kesatuan yang melirik gadis itu. Meskipun belum ada yang gamblang 'melamar' Lilis menjadi bagian dari kesatuannya. Terganjal oleh Herman tentu saja. Apalagi sosok di belakang Herman. Jenderal purnawirawan bintang dua Yono. Yang terkenal garang dan memiliki banyak relasi.
***
Hari ini Lilis gugup sekali. Herman mengajak dia berkunjung kerumahnya.
"Kak, seperti ini gak papa kan?" tanya Lilis pada Tere dan Sri. Sudah tiga kali gadis itu ganti baju. Tere dan Lilis langsung melihat penampilan Lilis lagi.
"Bagusan yang tadi," komentar Sri.
"Tapi kelihatan item di siku," debat Tere. Siku Lilis memang luar biasa kasar berkat latihan tentara.
"Yang ini kaya ban nci," kata Sri kejam. Tere ngakak saja. Yaa, Lilis terlihat aneh dengan dress lengan panjang dan rok selutut warna peach. Apalagi rambut Lilis yang cepak. Tere langsung memukul kepala Sri. Mereka berdebat sendiri. Membuat Lilis makin pusing. Akhirnya baju yang dipakai Lilis mode aman. Kaos panjang dan celana cargo. Tidak jadi pinjam baju baju dari dua senior wanitanya. Yang justru terkesan bukan dirinya. Gadis itu hampir tidak memiliki baju bagus. Membuat dua senior itu berinisiatif meminjamkan bajunya. Akan tetapi malah terlihat aneh dipakai Lilis.
"Iya, gini kaya diri kamu sendiri. Lebih biasanya Lilis," kata Sri dan Tere akur.
Herman menunggu Lilis sedikit tidak sabar. Tidak biasanya Lilis lama seperti ini. Gadis itu muncul dari dalam pagar barak wanita.
"Aku hampir perang sama ratu semut," kata Herman sambil nyengir.
"Kenapa?" tanya Lilis penasaran.
"Karena nunggu kamu lama, aku ngitungin koloni semut disini. Ratu semutnya tidak terima rakyatnya aku sensus," kata Herman menunjuk pohon sampingnya. Lilis sampai ngakak. Ada ada saja ulah perwira itu.
Lilis terkejut dengan kendaraan yang Herman bawa. Biasanya pria itu hanya memakai motor besar sehari hari. Untuk bertugas di sini sampai rumah pribadinya. Rumah yang katanya dekat dari sini. Lilis pun belum pernah mendatanginya. Kali ini Herman membawa mobil cukup mewah. Sebuah mobil keluaran Inggris dengan ciri khas lampu eksotik. Juga garis putih yang memanjang. Tiba tiba Lilis merasa kecil. Siapa dirinya? Apa keluarga Herman sudi menerima dirinya yang tidak punya apapun ini?
"Kita jemput adikku dulu. Sambil jalan jalan. Kasihan bocah itu kalau harus pulang sendiri," kata Herman mengarahkan mobilnya menuju tol kota Semarang. Sepanjang perjalanan Herman dan Lilis sering bercanda. Sedikit mengurai ketegangan Lilis.
Mereka mampir sebentar untuk beli cemilan di rest area. Lilis masuk ke toko oleh oleh. Herman mengikutinya dari belakang.
"Aku mau bawa oleh oleh untuk keluargamu. Enaknya beli apa?" tanya Lilis bingung. Tangannya juga mendingin. Wanita itu gugup luar biasa. Herman tersenyum.
"Nanti saja kalau keluar tol kita beli buah. Keluargaku lebih suka buah daripada keripik keripik oleh oleh seperti ini," kata Herman. Tol terus mengarah ke kota Semarang. Herman bertelepon sebentar dengan adiknya. Menanyakan posisi adiknya itu.
"Oke, Mas kesana. Tunggu saja di Bintang Bucks," kata Herman mengakhiri panggilannya.
Herman berjalan cepat masuk cafe. Seorang dengan pakaian dinas coklat melambai dengan gembira. Dari tanda segitiga di lengannya, Lilis yakin adik Herman itu masih sekolah kedinasan.
"Ini Sidiq adik bandelku, ini Lilis calon kakak iparmu," kata Herman memperkenalkan mereka berdua. Lilis dan Sidiq saling melempar senyum dan bersalaman.
"Wow, ini dia marksman wanita yang viral," kata Sidiq kagum. Lilis tersenyum. Tidak menyangka kemampuan menembaknya se viral itu.
"Pertanyaannya kok mau sama Masku Mbak?" kata Sidiq selanjutnya. Langsung dapat keplakan di kepalanya oleh Herman. Juga omelan panjang lebar Herman yang bilang dia memang mempesona. Lilis tersenyum saja. Melihat interaksi kakak beradik yang hangat. Sidiq ternyata adalah taruna Akpol. Yang kebetulan saat itu cuti semester.
Mereka muter muter dulu di mall itu. Herman membelikan beberapa baju dan dress untuk Lilis dan beberapa potong baju untuk Sidiq. Mereka juga mampir di salon gent and women.
"Biar muka dan badanmu itu tidak kucel seperti itu Dik. Biar kamu dapat mempesona taruni Akpol," kata Herman. Saat Sidiq protes ngapain nyalon. Mereka dimanjakan oleh terapis masing masing. Rambut Lilis dirapikan dan dipotong. Juga creambath dan lulur. Herman dan Sidiq mendapatkan perawatan yang sama, walau terpisah tempat.
Sidiq dan Herman selesai duluan. Menunggu Lilis di ruang santai salon itu. Muka Sidiq ditekuk karena sebenarnya pria itu risih dengan perawatan. Bahkan Sidiq yakin, Herman juga baru pertama kali perawatan menye menye seperti tadi.
"Lain kali kalau mau make over dia, jangan jadikan aku alasan," kata Sidiq kesal sambil menikmati teh hijaunya. Herman cuma mesem mesem. Ternyata modusnya terbaca adiknya.
"Terima kasih untuk pengertiannya," kata Herman sambil menepuk pundak Sidiq.
"Sama sama! Mau sekalian aku bantu biar dia ganti baju?" tanya Sidik melihat Lilis keluar dari ruang terapis wanita.
"Caranya?" tanya Herman antusias. Itulah yang belum dilakukannya pada Lilis sebelum ketemu orang tuanya.
"Pukul aku sekarang," kata Sidiq. Herman langsung pura pura memukul kepala Sidiq. Pria itu menghindar dan langsung menabrak Lilis yang sudah dekat dengannya. Saat itu pula teh hijau milik Sidiq tumpah dengan sengaja di baju Lilis.
"Aduh! Maaf Mbak, gak sengaja!!! Maaf sekali aduh ini gimana," kata Sidiq pura pura panik. Herman mengerti akting Sidiq berpura pura memarahi adiknya itu.
"Calon Ipda ceroboh kaya kamu! Beneran bisa lulus Akpol kamu!!" kata Herman sok garang.
"Sudah tidak apa apa. Ada baju ganti yang kamu berikan tadi," kata Lilis menenangkan. Kasihan melihat Sidiq ketakutan dimarahi masnya.
"Oh ya, kenapa tidak terpikir? Ganti disini aja Mbak. Mumpung ada toiletnya," kata Sidiq sambil nyengir. Lilis pun setuju. Dua kakak beradik itu tos kemenangan setelah Lilis beranjak ganti baju. Lilis terlalu polos untuk intrik mereka. Herman mencintai Lilis apa adanya gadis itu. Akan tetapi orang tua mereka pasti mau yang terbaik untuk anaknya. Dan kesan pertama tentu saja sangat menentukan. Itulah mengapa Herman melakukan trik ini.
Lilis keluar dengan baju yang lebih layak dari yang tadi. Penampilannya hampir manglingi. Selain karena habis perawatan, juga baju brand mahal yang melekat. Lilis terlihat cantik. Herman tersenyum senang melihatnya.
"Yok pulang, ibuku sudah tidak sabar melihat calon menantunya," kata Herman sambil merangkul pinggang Lilis. Sedang sidiq muring muring dibelakangnya. Dia jadi obat nyamuk sekaligus tukang bawa belanjaan mereka.
"Ya nasib, habis manis sepah dibuang. Habis dibutuhkan buat modus, sekarang jadi kuli angkut," gumam Sidiq kesal. Mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini menuju kota asal orang tua Herman. Tempat dimana orang tuanya menghabiskan dan menikmati hari tuanya dengan tenang. Surabaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
ikaindra🌺
kayak nya ipda sidiq atasannya mas revan deh🤔🤔
2024-01-30
1
MAY.s
Surabaya? Mampiro ng omahku Lis, cuma 2 jam kok🤣
2024-01-28
1
MAY.s
Hah, kocak juga caranya adik kakak ini 😅
2024-01-28
1