Enam tahun berlalu…..
Bocah kecil perempuan itu berjongkok di pojokan. Sedang dicari oleh tiga orang bocah perempuan lain. Perundungan terhadap Lilis memang sering terjadi. Selain tiga bocah perempuan itu lebih besar usianya, juga karena Lilis terlalu pendiam. Bahkan saat disakiti oleh mereka.
"Ketemu!!" teriak Janitra sambil mencengkeram kerah baju yang Lilis pakai. Bocah itu langsung memucat ketakutan. Tiga orang bocah yang membullynya sudah menyeringai sadis memojokkannya. Janitra sudah menjambak rambut Lilis yang lurus hitam. Lilis meringis menahan sakit. Tiba tiba dua buah sandal melayang mengenai kepala Janitra dan Heppy. Mereka kompak mengaduh.
"Sini kalau berani lawan aku!!" kata Nur geram. Menantang tiga anak perempuan yang sedang membully Lilis. Tiga bocah wanita itu ciut. Berlalu pergi dari gudang panti. Kak Nur adalah pimpinan 'preman' di panti ini. Tidak ada yang berani melawannya. Entah mengapa Lilis selalu berada dalam perlindungannya. Itu yang membuat anak anak panti lain iri dengan Lilis. Terutama Janitra, Heppy, dan Lia.
Nur mendekati Lilis. Memegang kedua bahunya dengan sayang.
"Ada yang sakit?" tanyanya lembut. Lilis menggeleng. Nur tersenyum kecil dan menepuk nepuk kepala Lilis dengan sayang. Merogoh celananya dan memberikan lolipop merah berbentuk kaki. Lilis menerimanya dengan senang. Itu lolipop murah, namun begitu mewah untuk anak panti seperti mereka.
Nur mengajak Lilis menuju loteng belakang panti. Nur mendudukan Lilis di pagar pembatas. Melingkarkan tangannya di sekitar tubuh kecil Lilis. Bocah itu santai saja di atas ketinggian yang berbahaya. Sambil menikmati lolipopnya. Dia percaya pada penjagaan Kak Nur nya.
"Aku mau kabur dari panti. Ngikutin anak punk itu," kata Nur. Sambil menunjuk gerombolan anak punk yang lagi ngamen di jalan belakang panti. Lilis langsung menatap horor pada kakaknya itu. Matanya kelihatan takut.
"Kalau Kakak pergi, siapa yang belain aku?" tanya Lilis kecil khawatir. Nur tersenyum.
"Kau harus bisa melindungi dirimu sendiri. Aku sudah bosan dikekang aturan panti," kata Nur. Lilis menggeleng. Memeluk leher Nur sangat erat.
"Aku mau Kakak disini. Aku takut sama Janitra," kata Lilis sambil menangis pilu. Nur mengeratkan pelukan mereka. Mengelus sayang rambut Lilis.
"Kamu harus bisa ngelindungin diri sendiri. Balas mereka Is," bisik Nur. Lilis menggeleng dalam pelukannya. Bagi Lilis, Nur adalah keluarganya. Pelindungnya dalam panti yang kejam ini. Tentu saja perundungan akan dapat hukuman jika ketahuan ibu panti, jika ketahuan. Akan tetapi Lilis kecil tidak akan berani mengadu. Ya kalau mengadu mereka tidak mengulang. Kalau mengulang lebih sadis, maka Lilis lah yang rugi. Itu sering terjadi pada anak panti yang berurusan dengan Janitra the gank.
"Kamu harus berani melawan Is. Tidak sulit memukul orang. Apa lagi dia menyebalkan untuk kamu," kata Nur sambil melepas pelukan Lilis. Mereka saling pandang. Lagi lagi Nur mengelus kepala Lilis dengan sayang. Sore itu Nur memberi keyakinan Lilis untuk melawan.
***
Rembulan bersinar dengan cantik di atas sana. Nur menyelinap kamar perempuan dan mengelus kepala Is nya.
"Kak Nur harus pergi sekarang," bisik Nur lembut di telinga Is. Entah kenapa juga Nur menyayangi adik pantinya ini. Ikatan mereka terjalin begitu saja. Bahkan Nur rela menjaga Is saat bocah itu demam. Dan menjadi pelindungnya tanpa diminta. Di panti ini hanya Lilis yang tidak pernah diganggu Nur. Entah mengapa Nur sesayang itu...... Mungkin karena Nur yang menemukan Lilis pertama kali. Juga…. Sedikit mengetahui asal usul Is lebih dari bocah itu sendiri.
Nur kembali menaiki loteng belakang panti. Menyandang tas sekolahnya yang kali ini berisi pakaian dan sedikit uang. Nur mau hidup bebas. Sudah di cap sebagai anak nakalnya panti. Salah tidak salah selalu kena marah. Nur bosan dikekang aturan panti. Nur mau bebas seperti para teman teman jalanannya.
Hup…..
Sekali lompat Nur sudah sampai pagar panti. Tinggal melompat turun sedikit lagi. Nur pun kembali melompat sampai jalan belakang panti. Sudah di tunggu teman teman punknya.
"Kakak!!!" teriak suara yang sangat dikenal Nur. Bocah 13 tahun itu menoleh.
"Kak Nur gak boleh pergi!!!" teriak Lilis lagi kali ini dengan air mata.
"Kak Nur harus disini. Lilis gak mau ditinggal. Lilis mau dijaga," kata Lilis lagi mengiba. Nur berbalik. Melambaikan tangannya.
"Jaga dirimu Is, kau harus kuat untuk melindungi dirimu sendiri!!" seru Nur sebelum berbalik lari. Menaiki truk bersama teman teman punk lainnya.
Is melorot di lantai loteng. Sendirian menangis memeluk lutut. Itu adalah…. Patah hati pertamanya. Bagi Is yang tidak mengenal sosok ayah, Nur adalah ayah, kakak dan pelindung untuknya. Sekarang tak ada lagi sosok itu. Nur pergi meninggalkannya seorang diri.
Ibu panti mendengar teriakan Lilis. Dirinya berlari keatas. Menemukan Lilis meringkuk sambil menangis.
"Lilis!!! Astaga ada apa?" tanya ibu panti sambil mendekat.
"Kak…. Nur Bu,..... Kak Nur pergi sama teman temannya. Gelantungan di belakang truk," kata Lilis sambil terus menangis. Gemparlah panti malam itu. Beberapa pengurus panti berusaha mencari Nur malam itu. Akan tetapi Nur lenyap seperti asap. Yang tersisa adalah tangis kehilangan Lilis.
***
Lilis sempat demam beberapa hari. Tidak nafsu makan dan lemah. Ibu panti merawatnya dengan ala kadarnya. Bagi panti kecil ini parasetamol saja berharga. Lilis usai mengelap dirinya sendiri dengan air kamar mandi. Hawa dingin menusuk raga kecilnya. Selain tempat dingin, juga karena badannya yang belum sehat benar.
Lilis membuka lemari bagiannya di panti. Setiap anak panti ini mendapat satu kotak lemari bagian. Berbagi dengan yang lain dalam satu lemari. Lilis menemukan jaket Nur dalam kotak bagiannya. Tanpa pikir panjang Lilis memakainya. Kak Nur pasti sengaja meninggalkan jaket ini untuknya. Kedodoran…. Tentu saja, tapi ini sangat melindunginya dari tempat dingin ini. Kak Nur tahu Lilis cuma punya satu jaket.
"Sudah sembuh kamu?" tanya Janitra yang tiba tiba sudah ada di belakang Lilis. Berdiri lengkap dengan dua teman setianya Happy dan Lia. Lilis menggigil ketakutan. Janitra selalu saja menjadi biang kerok yang akan membuat Lilis tersiksa.
Mereka membawa Lilis ke gudang panti lagi. happy sudah membawa air sisa cuci piring.
“Sekarang menangislah Lis, tidak ada yang akan membelamu. Hahahahaha,” kata Janitra senang. Saat air itu akan menumpah di kepala Lilis, gadis kecil itu teringat perkataan Nur. Dengan gemetar LIlis memegang ember berisi air keruh itu. Mencengkeram erat dengan kedua tangannya. Balik menumpahkannya ke arah Janitra. Gadis kecil itu basah kuyup. Shok juga Lilis berani melawan balik. LIlis dengan cepat mengayunkan pukulannya pada wajah Lia, anggota geng paling kecil badannya. Lia langsung terpelanting ke lantai.
“Itu pukulan pertama,” kata Lilis bangga sambil terengah engah. Tidak semua orang berani memukul dan menyerang orang lain. Apalagi untuk Lilis si bocah pendiam. Lilis meninggalkan tiga anggota geng usil itu kembali ke kamar.
“Rasanya menyenangkan,” gumam Lilis seorang diri sambil tersenyum. Ternyata benar kata Kak Nur. Rasanya menyenangkan memukul orang yang menyebalkan untuk kita. Mulai saat itu Lilis bukan lagi gadis cilik penakut. Akan tetapi gadis yang menakutkan untuk mereka yang berani berurusan dengannya. Walaupun saat tidak di ganggu Lilis tetap gadis pendiam yang cuek.
Apalagi tak lama setelah itu Janitra di adopsi oleh seorang dermawan. Jadilah Lilis dan beberapa anak lainnya damai. Heppy dan Lia tidak segarang dulu saat pimpinan gengnya ada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
MAY.s
Gk sabar nunggu mereka udah pada dewasa. Kira² disuatu hari nanti janitra ketemu lagi nggak sih sama Lilis dan Nur?
2024-01-04
2
MAY.s
Permen hot hot Pop😃
2024-01-04
1
ikaindra🌺
kalo ada yg bully emang harus ngelawan jangan diem aja is..jangan sedih is kamu harus berani,belajar mandiri walau tanpa kaka nur
2024-01-04
1