Mereka menuju parkiran sambil bergandengan tangan. Herman mengantarkan Lilis sampai motornya. Mereka harus sedikit backstreet demi keprofesionalan.
"Mana belanjaanku?" tanya Lilis sampai di depan motornya.
"Aku yang bawa, agar punya alasan ketemu kamu di barak," kata Herman. Lilis tersenyum. Ada saja alasannya.
"Aku juga mau kasih ini. Kau tidak perlu sungkan. Ini bekas. Aku sudah bosan memakainya," kata Herman memberikan hapenya.
"Tapi Kak,-"
"Kita harus sering berkomunikasi. Coba pikirkan caraku menghubungimu. Kamu tidak kasihan aku harus minta izin dadakan terus demi bertemu denganmu?" kata Herman dengan muka melas. Lilis tersenyum. Tahu benar betapa susahnya minta izin dadakan.
***
Bisa dikatakan Tere yang tahu duluan jadian Lilis dan Herman. Lilis mengembalikan uang titipan belanjanya saat Tere kembali.
"Kenapa dikembalikan?" tanya Tere heran.
"Anggap saja kita dapat rejeki nomplok," jawab Lilis sambil membagi belanjaan mereka. Getar hape terdengar. Tere langsung memeriksa hapenya. Tidak ada panggilan atau pesan. Kemudian pandangannya terbentur pada hape yang dipegang Lilis. Itu hape Herman! Tere hafal betul casingnya. Juga…. Karena hape itu termahal yang ada disini. Herman memang anak jendral kaya.
"Kau… bawa hape Herman? Kau pergi dengan dia tadi?" tanya Tere sambil lekat memperhatikan hape itu. Lilis nyengir.
"Iya, aku disuruh pakai bekas dia," jawab Lilis.
"Bekas dia?!!!" tanya Tere semakin tinggi nadanya. Lilis pun diinterogasi lebih dalam. Tere tersenyum sinis saat tahu Hape baru yang dibeli Herman murah. Pria itu sengaja memberikan hape mahalnya pada Lilis berdalih bekas. Padahal harga sekennya bisa beli tiga hape barunya tadi.
***
Bagaikan sepasang Romeo and Juliet baru. Pasangan itu melihat barak bukan lagi asrama yang disiplin, tapi istana tempat memadu cinta. Meskipun tetap dalam batas wajar. Herman sering diam diam menuju barak wanita, yang sebenarnya sudah terpisah cukup jauh. Hanya demi memberi Lilis sebatang coklat atau makanan kecil lainnya. Perlakuan manis yang membuat Lilis berbunga bunga. Gadis 19 tahun itu mengerti dan terbuai oleh sebuah rasa…. Cinta…..
"Coklat lagi, coklat lagi. Kau bisa gendut dan gak kuat berlari," kata Tere saat Lilis memandangi kotak Coklat yang diberikan Herman. Lilis hanya nyengir saja. Tere memang terlihat lebih sensi setelah mendengar Lilis jadian dengan Herman. Entahlah…. Lilis tak ambil pusing.
***
Hingga pada sebuah penugasan pengawalan berikutnya. Herman sedang mengumpulkan timnya. Kali ini mereka melakukan pengawalan pada presiden dan menteri yang lumayan banyak. Herman menerjunkan semua anggota regu marksmannya. Disebar di berbagai sudut. Konvoi presiden dan menterinya. Juga penyambutan sebuah acara. Dipastikan banyak kerumunan dan bisa jadi banyak ancaman.
"Edy dan suporter Mahesa sisi timur gedung xxx. Doni dan suporter Heru sisi barat gedung xxx. Fajar dan suporter Jafar sisi tenggara gedung xxx…..," kata Herman sambil menunjuk gedung yang dimaksud. Juga nama nama anak buahnya yang ditugaskan. Nama Lilis belum disebut. Gadis itu merasa pesimis ditugaskan kali ini. Mungkin Herman tidak percaya kemampuannya. Selain perempuan, dia juga paling bau kencur disini.
"Lilis dan suporter Herman sisi selatan gedung xxx," kata Herman akhirnya.
"Wooooooooo…….," serunangan itu membentuk paduan suara kompak. Mereka sudah mengetahui ada asmara antara Herman dan Lilis. Walaupun mereka tidak memperlihatkannya secara gamblang.
"Ada pertanyaan?!!" suara Heman keras menghalau suara.
"Siap tidak!" jawab mereka kompak. Dengan Lilis yang bersemu malu. Dirinya memang sering sekali dibantu Herman. Ini juga sebuah kehormatan bertugas bersama perwira. Dan perwira itu mengalah menjadi suporternya.
"Persiapkan tugas masing masing!" perintah Herman selanjutnya. Tim itu pun bergegas menuju gedung senjata mereka. Yang bertugas sebagai marksman akan mengecek senapan, peluru, dan lain lain. Sedang yang menjadi suporter akan mengecek teropong, senapan cadangan, dan lain lain. Harus sempurna dan siap tempur esok pagi.
Lilis sedang mengelap senapan serbunya. Sambil melirik sedikit pada kekasih hati. Yang juga mengelap teropong disampingnya. Walaupun jarak umur mereka cukup jauh, tapi Lilis merasa tidak masalah. Lilis merasa Herman mengayominya. Dia tahu waktu kapan bersikap sebagai kekasih dan kapan bersikap sebagai kakak. Juga sebagai atasan jahil saat mereka sedang bertugas. Akan tetapi pria itu sering membantunya sekarang. Herman seperti memberikan kesempatan Lilis untuk terbang. Menggapai mimpi mimpinya dalam ketentaraan. Seperti sekarang ini. Pria 8 tahun lebih tua itu, memberi kesempatan Lilis untuk menjadi marksman dalam acara sepenting ini.
Tiba tiba seorang wanita datang menuju Herman dengan centilnya.
"Me man sayang!!" ucapnya sambil merentangkan tangan. Tergantung beberapa paper bag di tangan kirinya. Secepat kilat langsung memeluk Herman secara paksa. Lilis langsung mengokang senapannya.
"Ish…. Apaan sih Sin," kata Herman sambil mengelak.
"Sinta…. Sudah pulang kamu?" Edy langsung mendekat. Mengulurkan tangannya pada Sinta.
"Hai Ed, kamu jagain Me Man ku dengan baik kan?" Kata Sinta sambil mengelus dada Herman dengan gerakan menggoda. Sontak Lilis mengokang senjatanya lagi. Kali ini dengan seluruh tenaga wanita cemburu. Herman dan Edy langsung melirik ke arah Lilis. Merinding….. gadis itu berlalu menuju sasaran tembak dengan tatapan maut.
Sinta….. senior wanita di tempat ini, yang ditugaskan keluar negeri sudah kembali. Batin Lilis. Desingan pel luru dari senapan serbu Lilis terdengar.
Tapi….. dia tidak tahu ada hubungan apa Kak Herman dengan wanita ganjen itu. Lilis kembali mencoba senapannya hingga sasaran tembak di depannya habis. Doni yang juga sedang mencoba senapannya sampai takut. Lilis menghabisi sasaran tembak dengan cepat dan tepat. Terhitung brutal malah.
Sampai jam makan siang, Sinta tetap menempel pada Herman. Lilis semakin jengah melihatnya. Meski Lilis tahu Herman terus berusaha menghindar. Kelihatan sekali Sinta ada rasa dengan Herman. Sinta bahkan mentraktir besar besaran. Dia memesan banyak box makan siang untuk seluruh temannya di tempat ini. Nampaknya memang bukan tentara sembarangan. Beberapa kali dia dengar Sinta juga anak jenderal seperti Herman. Apalah jika dibanding Lilis yang miskin ini. Gadis itu menghela nafas dan beranjak. Tidak menyentuh makananan traktiran Sinta. Lilis mau kekamarnya saja. Tidur untuk menenangkan hati.
Siapa sangka Herman menunggunya di luar pagar barak wanita. Dibalik pohon biasa Herman memberikan hadiah hadiah kecilnya. Lilis menghentikan langkahnya sejenak, tapi acuh saja terus melangkah melewati Herman. Pria itu mengejar dan menggandeng tangan Lilis.
"Makan diluar yuk, kau belum makan kan," kata Herman lembut. Lilis berkelit kasar. Berjalan cepat menuju pagar barak wanita. Tempat dimana terlarang untuk dimasuki Herman atau pria manapun. Hape di saku celana Lilis terus bergetar. Lilis abai saja. Meletakkan benda itu di meja dekat tempat tidurnya. Gadis itu tengkurap sambil merem mas bantalnya. Rasanya sakit. Rasanya sama seperti dulu di tinggal Kak Nur pergi…. Tanpa terasa air mata Lilis meleleh. Entah mengapa….. entah bagaimana…. Lilis sendiri heran melihat air matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
ikaindra🌺
kayak nya ada yg cemburu nih🤭🤭
2024-01-24
1
MAY.s
Lilis cemburu komandan 🤭
Is is is... wanita uler keket mulai datang
2024-01-24
1
MAY.s
Dasar akal-akalane Herman cen😅
2024-01-24
1