Lilis dibawa Rahmad menuju perkebunan teh yang luas. Firasat gadis belia itu sudah tidak enak. Pancaran mata Rahmad mengerikan.
"Kita mau kemana Tuan?" tanya Lilis lirih. Takut dengan orang disampingnya, tapi juga takut mau dibawa kemana.
"Sudah diam saja kau ini!!" bentak Rahmad. Mobil itu mulai memasuki area perkebunan yang gelap. Lilis semakin membeku di tempat duduknya. Jalan area perkebunan itu sepi, walaupun sebenarnya termasuk jalan alternatif. Pengendara lain malas lewat jalan ini karena penerangan yang minim.
"Kamu kelas berapa?" tanya Rahmad memastikan terakhir kali.
"Kelas tiga SMP Tuan," jawab Lilis gugup. Rahmad mengangguk. Kalkulator di otaknya bekerja. Benar. Gadis ini adalah anak dari Cania.
Rahmad menghentikan mobilnya di tengah jalan yang gelap itu. Lilis yang enggan turun dipaksa turun. Saat itu juga Lilis sangat sadar niat buruk Rahmad.
"Tolong….. tolongggg…..," jerit Lilis saat tubuhnya diseret Rahmad menuju tengah perkebunan teh. Sayangnya tempat itu memang terlalu sepi. Rahmad melempar tubuh Lilis ke tanah dan menodongkan pisau lipat yang sudah dibawanya.
"Tutup mulutmu! Atau kurobek saja!" ancam Rahmad dengan pisau yang berkilat di depan mata Lilis. Gadis itu beku seketika. Rahmad mengunci kedua tangan Lilis di atas kepala. Juga menindih tubuhnya. Lilis terkunci dan terancam oleh pisau yang masih di genggam Rahmad. Pria bej jat itu mulai menciumi leher Lilis. Aroma perawan ting ting! Rahmad semakin gelap mata. Sedang Lilis benar benar tertekan dan jijik.
Saat Rahmad akan membuka cel lananya, Lilis merasa punya kesempatan kabur. Gadis itu menendang kem maluuan Rahmad. Pria itu terjengkang dan mengerang kesakitan. Lilis langsung berlari kabur. Menuju jalan dimana mobil Rahmad terparkir. Sayangnya karena jalan yang gelap dan medan yang sama sekali asing membuat Lilis beberapa kali tersandung dan jatuh. Mengikis jarak antara Rahmad dan dirinya yang kian mendekat. Rahmad berhasil bangkit. Dan dengan tertatih mengejar Lilis. Beberapa kali berusaha menangkap Lilis. Beberapa kali pula Lilis memberontak. Kondisi Rahmad yang kesakitan juga menguntungkan Lilis. Tenaganya tidak terlalu besar. Teriakan tolong sudah kesekian kalinya Lilis teriakkan. Sampai suaranya habis dan sepertinya itu sia sia. Rahmad kembali berhasil menjambak rambutnya.
"Gadis kecil sial!!! Harusnya kubunuh kau waktu masih bayi!!" teriak Rahmad penuh amarah. Bersiap menancapkan pis sau ke tubuh Lilis. Gadis itu memejamkan matanya pasrah. Jika memang takdirnya mat ti dengan cara seperti ini.
***
Nur sedang berada dalam mobil. Dia bersama Bass dan Har menuju kota asalnya. Ini mobil pertama yang berhasil dirinya beli. Kariernya sebagai ban ndar melesat. Dia ingin mengajak duo sobatnya untuk berlibur.
"Ini jalannya memang gelap begini?" tanya Har sambil memegang tengkuknya sendiri. Merindiiiing….. dia duduk di jog belakang sendiri.
"Ini jalan alternatif. Kalau jalan aslinya ada. Enak lewat sini. Lebih cepat sampai," kata Nur sambil ongkang ongkang kaki. Kali ini Bass yang mengemudi.
"Tapi jalannya gelap Nur. Sudah jalan hidupmu gelap, jalan mobilnya gelap pula," gerutu Bass.
"Makanya pakai matamu. Mobilku juga ada lampunya. Sopir amatir lewat sini saja. Sepi. Kalau lewat jalan besar nyungsep banyak korbannya. Kalau disini nyungsep paling cuma kita yang mati. Sukur sukur kamu sendiri yang mati," kata Nur. Bass melengos saja. Dirinya memang baru dua minggu ini belajar nyetir pakai mobil Nur. Sedang Har masih belum berani.
"Tapi gimana kalau tempat ini angker?" tanya Har yang memang paling penakut.
"Setannya takut sama Nur. Lebih seram Nur dari setan," kata Nur bangga. Dua temannya langsung mengoceh mencibir.
"Stop!!! Matikan lampu!!" perintah Nur tiba tiba. Membuat Bass kelimpungan ngerem dan Har terlempar ke depan. Bibirnya kena sandaran kepala Bass. Keripik pisang yang dimakannya berhamburan.
"Asyu!!!" umpat Har kesal sambil mengelus mulutnya. Sedang Nur membeku. Matanya yang tajam melihat kelebatan bayangan dari arah tengah kebun teh. Juga samar teriakan minta tolong. Semakin di lihat dia yakin melihat jaketnya tempo dulu. Dia tahu persis siapa pemilik jaket itu sekarang.
Nur, Bass, dan Har memperhatikan kejar kejaran itu. Jelas terjadi kejahatan. Saat dua orang itu mencapai pinggir jalan, dan pandangan mereka lebih baik, Nur langsung beranjak. Terburu mencabut pis tol rakitan yang terselip di pinggangnya.
Rahmad membeku. Kepalanya tiba tiba ditodong pis tol.
"Lepaskan dia dan berbalik!" perintah Nur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
mama Al
astaga Rahmad itu ponakan kamu lo
2024-01-26
1
ikaindra🌺
aku udah ikut deg deg an takut lilis d apa apain sama si rahmat,untung ada nur yg dateng tepat waktu
2024-01-10
1
Rajani
😅😅😅😅
2024-01-09
1