Malamnya di barak wanita juga heboh. Sinta dan Sri senang kembali lagi. Mereka bercengkrama dengan Tere.
"Kamu, pacar barunya Herman?" tanya Sinta percaya diri. Lilis bingung mau menjawab apa. Herman selalu mewanti wanti agar tidak berterus terang tentang hubungan ini. Takutnya kalau atasan tahu, mereka pasti dipindah. Tidak lagi bisa sesering ini bertemu. Akan tetapi kalau begini kasusnya ya bagaimana? Lilis ingin melindungi miliknya, tapi juga tidak percaya diri.
"Pacar juga tidak apa apa. Yang penting aku yang menikah dengannya," kata Sinta dengan senyum mematikan, sebelum Lilis menjawab. Sinta pamit pergi. Rupanya dia di belikan ayahnya rumah pribadi usai tugasnya dari Lebanon kemarin.
Tere menepuk pundak Lilis memberi semangat.
"Itulah kenapa aku tidak terlalu setuju hubunganmu dengan Herman. Aku takut kamu jadi mainan Herman. Semua orang disini tahu Herman dijodohkan dengan Sinta. Aku…. Tidak tega mengatakan padamu sebelumnya, maaf," kata Tere menuju kamarnya. Sri juga ikut menepuk pundaknya. Sedikit banyak dia tahu gosip yang beredar disini. Termasuk tentang juniornya Lilis.
"Tidurlah Dek, besok kau ada tugas penting bukan?" kata Sri. Ya, besok dia tugas penting….. dan celakanya itu bersama Herman. Hah! Bagaimana Lilis melalui tugas esok? Gadis itu pusing sendiri.
***
Pagi yang tidak ditunggu tiba. Lilis bersiap melakukan tugasnya. Herman berusaha mengajaknya bicara. Tapi gadis itu beku saja.
"Apa kita akan saling diam seharian?" tanya Herman saat tiba di lokasi pengintaian mereka. Dua jam sebelum rombongan presiden datang. Lilis sudah bersiap memasang teleskop pada senapan serbunya. Mulutnya diam terkunci. Kalau dipikir semuanya masuk akal. Pria ini terlalu sempurna untuk dijadikan pacar. Siapa coba dirinya? Apa benar dia hanya mainan?
Mereka mulai mengintai. Memastikan keamanan untuk orang nomor satu negeri ini. Juga untuk rombongannya. Sesekali Herman mencoba membuka komunikasi, tapi gadis di sampingnya sangat beku. Dia mau menjawab kalau itu masalah pekerjaan mereka. Padahal ratusan panggilan dan pesan sudah Herman kirim dari kemarin. Tidak ada tanggapan sama sekali. Herman tahu persis Lilis ini terlalu menyeramkan kalau marah.
Herman memantau timnya melalui alat komunikasinya. Setelah semuanya aman, Herman mematikan alat komunikasinya dan milik Lilis sesaat.
"Aku tahu kau cemburu. Sinta bukan siapa siapaku. Aku tahu kamu pasti dapat cerita macam macam, tapi aku pastikan satu hal, kalau Sinta hanya sepupu jauh. Dia terobsesi padaku," jelas Herman sambil matanya terus memantau. Lilis juga memantau melalui teleskop senapannya. Herman putus asa. Tidak ada tanggapan dari Lilis. Dia kembali membuka alat komunikasinya melalui laptop khusus yang dibawa.
"Lalu?" tanya Lilis ingin Herman melanjutkan ceritanya. Pria itu sampai menoleh tidak percaya. Akhirnya kekasihnya cair juga.
"Lalu apa? Aku sudah jelaskan semuanya sayang," rayu Herman.
"Kalian dijodohkan?" tanya Lilis lagi. Herman Lupa alat komunikasinya sudah tersambung dengan timnya.
"Tidak, untuk apa aku harus dijodohkan dengan sepupu jauh! Kaya gak ada wanita lain saja!! Contohnya wanita semenarik kamu," kata Herman lagi.
"Cih, apa kau bisa dipercaya? Setahuku banyak wanita yang dikabarkan dekat dengan kamu," kata Lilis. Sebenarnya itu cuma cara Lilis menguji kesungguhan Herman.
"Ambil cuti besok! Aku kenalkan pada orang tuaku. Tanda keseriusanku denganmu. Perlu aku melamarmu besok?" tanya Herman tegas. Cie cie langsung terdengar. Lilis dan Herman sama kaget. Menyadari kecerobohan Herman.
"Ijin mendengarkan telenovela Kom, soalnya kedengeran," suara Edy. Yang lain nyekikik saja. Berbagai komentar terdengar, tapi Herman langsung memutus komunikasi mereka
"Bodoh!" umpat Lilis kesal pada Herman. Sambil menjewer telinga Herman sebentar. Mukanya sudah semerah tomat. Juga.... Aji mumpung. Kapan lagi bisa menjewer komandan dan mengumpat saat tugas begini. Hehehe ..... Herman gemas sekali dengan gadis di sampingnya ini. Dia menyambar bibir Lilis dengan bibirnya. Kali ini sedikit brutal. Herman seakan ingin melahap Lilis Hidup hidup.
"Kita bertugas," ucap Lilis sambil berkelit. Langsung membuka jalur komunikasi lagi. Agar Herman tidak macam macam. Herman menghembuskan nafas kasar sebelum kembali serius memimpin timnya.
"Sudah? Apa masalah sudah selesai? Kapan kita bisa makan makan?" tanya Edy.
"Fokus target!!" bentak Herman yang bahkan membuat Lilis terjingkat disampingnya. Herman mengedipkan matanya pada Lilis. Mencubit pipi gadis itu sejenak, kemudian melaporkan kecepatan angin pada Lilis. Serius. Mengingat mereka lah marksman yang paling dekat dengan rombongan nanti.
Lilis mencurigai kilatan lensa dari tempat yang tidak ada tim mereka.
"Arah pukul 3. Tolong perbesar teropong. Kamar hotel xxx lantai 4 dari atas," kata Lilis pada Herman. Pria itu pun menurut. Juga beberapa tim yang dekat dengan hotel itu.
"Kilatan lensa!" kata Herman dan beberapa suporter lain. Herman langsung meminta tim pengamanan lain memeriksa. Rombongan presiden tiba satu jam lagi. Waktunya mepet sekali. Kilatan lensa kecil berarti ada yang menggunakan teleskop di atas gedung itu. Apa lagi Lilis melihat ujung senjata tadi. Kilatan lensa berarti mereka melihat senjata lain yang pasti terarah pada jalan dimana persiden lewat. Hanya ada dua kemungkinan. Pasukan keamanan lain, atau pem mbunuh yang mengincar nyawa orang orang penting. Kedua kemungkinan harus di cek.
Lilis masih memperhatikan kamar itu. Kilatan lensa juga masih terlihat sesekali. Tertutup tirai yang berkibar tertiup angin. Tim pengamanan lain tiba di gedung itu. Kilatan lensa langsung tidak terlihat. Akan tetapi terlihat pergumulan dari arah pandang Lilis melalui teleskop. Pasukan keamanan lain beku di kamar itu. Suara berisik pengamanan lain terdengar dari HT milik Herman.
"Target melawan! Target melawan!" Lilis langsung mengarahkan senapannya.
"Tangan target terkunci!" lapor Lilis pada Herman.
"Tem bak senyap!" perintah Herman. Sambil sibuk jadi suporter Lilis. Lilis langsung memberi tambahan peredam pada ujung senjatanya. Satu tem bakan Lilis melesat. Tepat mengenai tangan tersangka yang sedang mengancam petugas keamanan dengan pis tol. Penggagalan ancaman sukses dengan cepat! Herman menepuk bangga kepala Lilis beberapa kali. Sebelum mereka kembali bertugas. Mengintai sekitar dan menjadi pelindung jauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
MAY.s
Wakakaka... ini yg seru entar🤣🤣🤣
2024-01-25
2
MAY.s
Tapi alangkah baiknya sebagai teman kamu jujur diawal meski kesannya julid, daripada begini yg ada kasihan lilis
2024-01-25
1
ikaindra🌺
cie...cie ..yg udah baikan,,selesai tugas langsung d lamar nih🥰🥰🥰
2024-01-25
1