Lika liku di asrama

Mata hari baru mengintip dari ufuk timur. Mungkin juga baru bangun dari peraduannya. Akan tetapi para kowad itu sudah berbaris. Berlari tanpa putus menuju lapangan tembak. Yel yel penyemangat selalu bergumam dari mulut mereka. 

Lilis sudah muak sebenarnya. Pula dengan teman temannya. Akan tetapi mau apa? Hanya menerima yang bisa mereka lakukan. Apalagi Lilis. Jika ada temannya yang menyerah, mereka bisa pulang kembali pada keluarganya. Sedang Lilis? Mau pulang ke panti? Jadi beban panti lagi? Sekolah sampai SMA dan masih tinggal di sana saja sudah keistimewaan. Dulu saat dirinya masih tinggal di panti, mendengar yel yel para kowad adalah alarm dirinya bangun. Semangat menyambut hari. Agar suatu hari dirinya yang berlari dalam barisan itu. Sekarang semuanya yang dulu indah, ternyata tidak seindah itu. Kaki nya lecet karena terus terusan memakai sepatu safety dengan berat kurang lebih 2 kilo.

Barisan itu sudah sampai pada lapangan tembak. Saatnya pemanasan tiba. Push up, dan lagi lagi lari. Baru mereka mengantri menjajal senapan laras panjang. Ada tiga posisi dalam menembak. Tiarap, duduk dan berdiri. 

"Bersiap!!" instruktur Lilis sudah memberi aba aba padanya. Lilis bersiap. Menempelkan pipinya pada popor senjata. Bersiap membidik sasaran tembak lingkaran di depan sana.

"Tembak!" kata instruktur. Lilis menarik pelatuknya. Letusan terdengar. Instrukturnya manggut manggut. Biasanya nyali wanita tidak sebaik ini pada senjata, tapi gadis ini seperti menyatu pada senjata. Bahkan saat melakukan tembakan berdiri. 

"Tembak!!" aba aba dari instruktur. Lagi lagi Lilis mendaratkan pelurunya pada bagian terbaik. Instrukturnya sampai heran. Siswi ini seperti memiliki bakat alami menembak. Biasanya tembakan berdiri itu sedikit sulit. Salah salah bisa terpental. Karena mereka hanya mengandalkan kekuatan tangan. Beda dengan menembak secara tiarap atau duduk. Mereka masih dapat bantuan topangan dari tubuh atau kaki.

"Bagus!!" seru instruktur bangga. Menepuk kepala Lilis beberapa kali. Lilis lagi lagi mendapat nilai sempurna. 

"Kenapa bisa sempurna begitu nilaimu? Apa rahasianya?" tanya Laras yang kali ini kena hukuman karena skornya jeblok saat menembak. Lilis mengangkat bahunya.

"Aku tidak tahu. Hanya melakukan saran instruktur dan menarik pelatuknya," kata Lilis.

Jam makan siang tiba. Mereka satu persatu masuk ruang makan. Meletakkan helm nya di belakang punggung masing masing. Duduk tegak. Helm itu diapit oleh punggung dan sandaran kursi. Jangan sampai helm itu melorot jatuh karena punggung yang membungkuk. Alih alih makan, mereka bisa push up dulu. Makan tanpa suara sedikitpun. Tidak ada percakapan juga denting alat makan apa lagi decapan mulut. Apapun menunya tidak boleh protes dan harus dihabiskan dengan cepat.

"Sendok yang datang pada mulut. Bukan mulut yang datang pada sendok. Itu namanya bebek," itulah kata kata mutiara instruktur.

Sore saatnya santai sejenak. Ini malam minggu. Mereka diizinkan memegang hp dan alat komunikasi lain. Langsung heboh ruang santai. Mereka melepas rindu sejenak pada keluarga dengan hp masing masing. Sedang Lilis hanya diam. Memangku gitar di sudut ruangan. Keluarga siapa yang ditelepon? Ibu ibunya di panti pasti sibuk jam segini. Belum juga pakai apa? Hape saja Lilis tak punya. Saat santai seperti ini Lilis gunakan untuk belajar main gitar saja. Teman sepinya saat yang lain sibuk dengan keluarga masing masing. 

"Mau telepon pakai hapeku?" tawar Eri duduk di samping Lilis. Yang ditanya menggeleng.

"Mereka sibuk mengurusi adik adikku. Kasihan adik adiku kalau harus terganggu telepon dariku. Mereka lebih butuh perhatian ibu panti," kata Lilis. Eri manggut manggut. Tidak bisa membayangkan jadi Lilis. Sebatang kara.

"Kenapa tidak menelpon?" tanya Lilis balik.

"Tidak tersambung. Gak ada sinyal di sana," kata Eri. 

"Makanya, lain kali suruh keluargamu beli hape sama sinyalnya," kata Lilis sambil nyengingis. Eri menoyor kepala Lilis. Mereka tertawa bersama.

Malam tiba. Saatnya mereka berbaris menuju kamar. Merebah sebentar menghilangkan lelah. Akan tetapi kali ini instruktur datang sidak. 

"Laras! Sandalmu kenapa masih tumpang tindih? Malas sekali kau ini!!" kata instruktur melihat rak sepatu milik Laras yang agak 'berantakan' versi asrama. Salah satu sepatunya bertumpu pada sandal jepit. Instruktur kemudian memeriksa salah satu botol air minum Maria. Hasilnya masih ada air di botol itu. Kena omelan satu kamar Lilis. Mereka harus push up dulu sebelum melenggang ke alam mimpi. Apes.

***

Tiga bulan berlalu….

Hari ini para siswi itu ceria. Hari ini jadwal mereka plesiran. Artinya keluar dari asrama yang tiga bulan ini mengurung mereka. Lilis dan temannya memakai baju hijau dan rok hijau tua. Dengan topi khusus dan pantofel mengkilat sebagai sepatu. Juga…. Lipstik merah dan dandanan tipis tipis. Melati pagar bangsa itu bersiap memasuki bus. Menuju mall yang dituju.

Sampai mall beberapa siswa sudah ditunggu keluarganya. Haru…. Mereka bertemu orang tua dengan status baru sebagai militer. Pancaran kerinduan dan bangga pada anak mereka. Lilis menatap nanar….. apa rasanya dipeluk oleh orang yang benar benar mencintainya? Apa rasanya dipeluk Ayah? Kemudian dicium ibu??? Ah, sudahlah. Nasibnya memang begini. Lilis menunduk. Demi menghilangkan rasa iri di dadanya. Melihat Laras larut dalam kebahagiaan keluarga.

"Yok kita keliling keliling," ajak Maria sambil merangkul pundak Lilis. 

"Tak bertemu keluarga Kau?" tanya Lilis meniru logat Maria. Temannya langsung tersenyum.

"Jauh. Mahal. Sudah kita keliling berdua saja," jawab Maria.

"Bertiga dong," kata Eri menyusul di belakang mereka. Ternyata Eri juga tidak ditemui keluarganya. Akhirnya mereka bertiga berkeliling. Berhenti di food court untuk membeli nasi goreng. Hidangan sederhana yang tiga bulan ini tidak mereka nikmati. Keliling keliling mal sampai bus jemputan mereka datang. Sebuah refreshing singkat yang teramat sangat menyenangkan. Bagi mereka yang biasa terkurung dalam tembok asrama. 

Terpopuler

Comments

Adliya Chenu Ardhani

Adliya Chenu Ardhani

Bakatnya nurun dari syahnya

2024-06-04

1

ikaindra🌺

ikaindra🌺

kaya nya bakat menembaknya lilis turun dari ayahnya ya..semangat terus lis walaupun kamu gak punya orang tua..masih ada teman seperjuangan mu menggapai citacita bersama..kamu gak sendiri lis

2024-01-17

2

lihat semua
Episodes
1 Berita duka dimasa lalu
2 Lilis Jubaedah
3 Patah hati pertama
4 Perjalanan Nur
5 Cita cita Lilis
6 Ketegangan
7 Dewa penolong untuk Lilis
8 Pemuda misterius
9 Pendidikan dimulai
10 Lika liku di asrama
11 Penempatan pertama
12 Pantai Jogan
13 Di bawah air laut
14 Dirawat
15 Aroma cinta
16 Ditembak peluru cinta
17 Lika liku cinta
18 Lamaran
19 Malam barbekyu
20 Make over terselubung
21 Bara tersembunyi
22 Aku hanya mencintaimu
23 Perpisahan
24 Menjadi sniper
25 Lulus
26 Patah
27 Apa kabar?
28 Tidak layak
29 Berdiskusi
30 Janji lagi
31 Pembalasan
32 Misi selesai
33 Patah 2
34 Sanksi
35 Nostalgia
36 Mengikuti Nur
37 Penyesalan
38 Pembalasan Laras
39 Tidak denganmu, maka tidak dengan siapapun
40 Dewi kematian
41 Cakrajiya Garjita Hanenda
42 Teman baru
43 Panggil aku MAS
44 Dua lelaki
45 Pernyataan cinta
46 Pangeran dan nona muda
47 Bertemu saingan
48 Mendaki gunung
49 Benar Pangeran
50 Cinta
51 Cinta 2
52 Nekat!!!
53 Perdebatan dan pertobatan
54 Rintangan
55 Ketahuan
56 Keluarga Aji
57 Pembalasan Lilis
58 Lamaran diterima
59 Menyusun kepingan hidup baru
60 Hamil
61 Baby Boy
62 Restu
63 Cinta 3
64 Bertemu lagi
65 Sedikit tentang Herman
66 Misi untuk Lilis
67 Tawaran dan ancaman
68 Ambang kepedihan
69 Perdebatan di istana
70 Cobaan dimulai
71 Perpisahan
72 Misi berjalan
73 Kepercayaan Aji
74 Cemburu
75 Perang dunia
76 Hamil 2
77 Akting
78 Bertemu Revan
79 Prematur
80 Misi gagal
81 Duka (End)
82 Kisah cinta remaja boncap 1
83 Orang orang di sekeliling boncap 2
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Berita duka dimasa lalu
2
Lilis Jubaedah
3
Patah hati pertama
4
Perjalanan Nur
5
Cita cita Lilis
6
Ketegangan
7
Dewa penolong untuk Lilis
8
Pemuda misterius
9
Pendidikan dimulai
10
Lika liku di asrama
11
Penempatan pertama
12
Pantai Jogan
13
Di bawah air laut
14
Dirawat
15
Aroma cinta
16
Ditembak peluru cinta
17
Lika liku cinta
18
Lamaran
19
Malam barbekyu
20
Make over terselubung
21
Bara tersembunyi
22
Aku hanya mencintaimu
23
Perpisahan
24
Menjadi sniper
25
Lulus
26
Patah
27
Apa kabar?
28
Tidak layak
29
Berdiskusi
30
Janji lagi
31
Pembalasan
32
Misi selesai
33
Patah 2
34
Sanksi
35
Nostalgia
36
Mengikuti Nur
37
Penyesalan
38
Pembalasan Laras
39
Tidak denganmu, maka tidak dengan siapapun
40
Dewi kematian
41
Cakrajiya Garjita Hanenda
42
Teman baru
43
Panggil aku MAS
44
Dua lelaki
45
Pernyataan cinta
46
Pangeran dan nona muda
47
Bertemu saingan
48
Mendaki gunung
49
Benar Pangeran
50
Cinta
51
Cinta 2
52
Nekat!!!
53
Perdebatan dan pertobatan
54
Rintangan
55
Ketahuan
56
Keluarga Aji
57
Pembalasan Lilis
58
Lamaran diterima
59
Menyusun kepingan hidup baru
60
Hamil
61
Baby Boy
62
Restu
63
Cinta 3
64
Bertemu lagi
65
Sedikit tentang Herman
66
Misi untuk Lilis
67
Tawaran dan ancaman
68
Ambang kepedihan
69
Perdebatan di istana
70
Cobaan dimulai
71
Perpisahan
72
Misi berjalan
73
Kepercayaan Aji
74
Cemburu
75
Perang dunia
76
Hamil 2
77
Akting
78
Bertemu Revan
79
Prematur
80
Misi gagal
81
Duka (End)
82
Kisah cinta remaja boncap 1
83
Orang orang di sekeliling boncap 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!