Rahmad membuka kamar itu setelah tak ada lagi suara Cania. Sesuai dugaannya. Cania sudah tidak bernyawa. Sekarang tinggal melenyapkan bayi kecil yang belum lelah menangis ini. Rahmad mengambil bantal bersiap membekap bayi merah yang mulai lelah menangis dan menggigil. Akan tetapi….. dia tidak tega. Rasanya pengecut sekali membunuh bayi. Biar bagaimanapun ternyata Rahmad tidak bisa. Akhirnya pria itu buru buru membungkus bayi itu dengan selimut dan membawanya ke dalam mobil.
***
Nur menyelinap perlahan masuk panti asuhan. Melalui celah pagar yang cukup untuk tubuh mungilnya. Bocah tujuh tahun itu sudah separuh badan masuk halaman panti yang gelap. Tertutup oleh bayangan pohon akasia dari luar gerbang panti. Ini sudah dini hari. Nur keasyikan nongkrong dengan anak jalanan. Jika sampai ketahuan ibu panti, dia bisa habis di hukum. Entah hukuman apa lagi. Mungkin ibu panti juga sudah bingung hukuman apa lagi yang harus diberikan. Nur terkenal anak yang nakal.
Tiba tiba sebuah mobil berhenti di gerbang panti. Membawa buntalan dan meletakkan buntalan itu di depan gerbang panti. Orang itu kemudian berbalik mau kabur. Nur tahu buntalan itu adalah bayi. Nur bergegas mengejar. Berhasil memegangi kantong celana jeans orang itu.
"Hei apa yang mau kau lakukan!!" teriak Nur kecil. Orang itu terkaget dan menangkis cengkeraman tangan Nur di saku celana jeansnya dan kabur memasuki mobil. Nur melihat logo perkebunan tercetak pada body mobil bak terbuka itu.
"Hei…. Jangan pergi!!! Jangan pergi!!!" teriak Nur yang tentu saja diabaikan mobil bak itu. Yang pergi dengan kecepatan penuh.
Teriakan Nur membangunkan bayi kedinginan itu. Bayi itu pun menangis. Teriakan Nur dan tangisan bayi… berhasil membangunkan dua orang ibu panti.
"Nur!!! Apa yang kau lakukan!!" teriak Ibu Sarah, kepala panti itu. Sedang ibu Medy langsung mengambil bayi yang tergeletak. Nur menggenggam erat tangannya. Ada robekan kartu berobat dengan nama Rahmad sebagai nama pasien. Akan tetapi Nur menyembunyikan itu. Bahkan dari polisi yang di telepon pihak panti untuk datang. Haaaa polisi. Nur yang dari kecil tinggal di panti sudah puluhan kali melihat polisi datang saat ada bayi ditemukan. Akan tetapi tidak satupun kasus berhasil mereka pecahkan. Tidak ada anak anak yang dibuang di panti itu berhasil kembali pada keluarganya. Nur hanya tersenyum mengejek. Saat polisi polisi itu pergi melewati pintu gerbang panti yang sedang dirinya cuci. Yaa, hukumannya kali ini adalah mencuci gerbang dan pagar panti asuhan, karena ketahuan menyelinap malam lagi.
Bu Sarah mendekati Bu Medy yang menggendong bayi itu.
"Apa dia tidur?" tanya Bu Sarah.
"Iya, setelah menghabiskan ini," jawab Bu Medy sambil memperlihatkan botol susu bayi kecil yang kumal. Kumal karena sudah puluhan kali digunakan bayi di panti ini. Susu yang baru saja diberikan juga susu encer murah. Panti ini sebenarnya sudah overload. Tapi perbuatan tidak bertanggung jawab meninggalkan bayi seperti tadi masih ada. Bu Sarah menghela nafasnya.
"Apa kita beri dia nama Bu?" tanya Bu Medy, yang sudah pesimis orang tua bayi ini ditemukan. Bu sarah membelai pipi mungil bayi itu. Pipi kemerahan yang lembut. Bayi ini cantik.
"Cantik, namanya Lilis, Lilis Jubaedah," kata Bu Sarah. Sekali lagi wanita tua itu memberi nama pada bayi terlantar. Lilis dalam bahasa daerah setempat berarti cantik. Sedang Jubaedah artinya wanita.
***
Sementara itu Rahmad tersenyum senang dalam mobil. Sekarang dia lah pewaris satu satunya harta Imam dan istrinya. Anak kandung mereka sudah mati. Pula dengan cucu mereka. Rahmad berencana memalsukan kematian bayi Cania. Pria itu tersenyum sekilas sebelum menelepon Imam diatas bukit. Satu satunya tempat dimana ada sinyal di wilayah itu.
"Halo…… Ayah….. ayah…. Teh Cania Yah……. Teh Cania sudah pergi…. Juga bayinya…" kata Rahmad sambil terisak. Aktingnya sungguh luar biasa. Rahmad mengatakan bayinya sangat cacat dan mengenaskan. Jadi sudah dirinya kuburkan lebih dulu. Sedang Cania dia ceritakan berubah sedikit gila dan terus mengurung diri dalam kamar.
"Aku menemukan Jenazah Teh Cania dikamarnya Yah," ucap dusta Rahmad.
Hari sudah pagi. Jenazah Cania di urus penduduk dan pekerja perkebunan sembari menunggu orang tuanya datang. Imam ingin Cania dimakamkan di desa itu saja. Agar dekat dengan bayinya. Rahmad turut mengantar Cania sampai liang lahat. Menemani kedua orang tua Cania yang sangat terpuruk. 'Sekarang tinggal jadi anak baik, maka harta mereka pasti milikku sepenuhnya!' batin Rahmad bangga. Rencananya sungguh sempurna.
"Sekarang tak ada lagi anak kita Yah," kata ibunya Cania sedih.
"Ada Rahmad Bu, ada Rahmad. Saya berjanji untuk menjadi anak kalian," kata Rahmad sambil mengelus pundak ibu angkatnya. Mereka berpelukan bertiga di dekat makam Cania.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
mama Al
Kita apakan bagus nya si Rahmad
2024-01-24
2
MAY.s
Dasar licik! Aku mau lihat sesok tuwek bakal dadi opo?
2024-01-04
1
ikaindra🌺
nyesek banget kaka😭😭,,gila harta tuh si rahmat air susu dibales air tuba ini mah
2024-01-03
1