Petualangan Nur sebagai anak jalanan dimulai. Dia mengikuti kemana anak anak punk itu mengembara. Penampilannya juga mirip mereka. Celana jeans yang dijahit saat berdiri. Jadi ngepas sekali di kaki. Juga beberapa lubang tindik di tubuhnya. Bergelantungan di belakang truk atau menumpang mobil bak terbuka. Nur merasa bebas dan benar benar hidup.
"Laper nih, perempatan depan kita turun ya," kata salah satu anak punk. Semua anggota menyepakatinya.
Sampai di perempatan yang dimaksud, mereka turun. Kemudian bagi bagi tugas. Ada yang ngamen di perempatan itu, ada pula yang mengemis nasi di warung warung sekitar. Begitulah cara mereka makan. Nur kebagian jatah mengemis nasi. Dia mendatangi warung warung yang terlihat oleh matanya. Kadang dikasih, banyak yang jijik. Karena penampilan mereka yang kumal dan biasanya teramat sangat ajaib.
Sampai setengah hari mereka berkumpul lagi. Nasi hasil ngemis mereka campur jadi satu dan memakannya ramai ramai. Nasi hasil ngemis paling pagi sudah agak basi tentu saja. Akan tetapi mereka enjoy saja menikmatinya. Begitulah hidup bebas ala jalanan. Tanpa aturan, dan tanpa beban, tapi harus tahan dengan segala kesakitannya.
Nur berkelana….. dari satu geng anak jalanan, menuju geng anak jalanan lain. Hingga ia betah di kota ini. Kota kecil di Jawa tengah. Dengan julukan kota berseri. Kota dimana beberapa tokoh terkenal lahir. Dari maestro keroncong, maestro campursari, dalang mendunia, aktris jembatan ancol, sampai Presiden negeri ini. Wakakakaka panjang amat yak…… othor lagi narsis sama kota asal. Apa mungkin kelak ada penulis terkenal juga? Utiyem mungkin. Wakakakakaka ngarep…… minta aamiinnya dong, siapa tahu terkabul. Buku othor nangkring jadi buku terbit cetak dan terkenal. Hihihihi.
Kembali ke nopel….
Nur bertemu duo onar ketika dia sedang nongkrong di dekat sebuah SD. Duo onar itu bernama Haryo dan Baskoro. Duo anak SD yang sudah dua kali tinggal kelas. Nur seperti melihat dirinya sendiri pada dua sosok itu. Jadilah mereka akrab walau hanya beberapa kali bertemu. Nur menetap di kota itu. Mengambil satu kamar kost petak dari hasil ngikut kurir nar koba dan ngamen. Tak jarang nyopet juga. Haryo dan Baskoro mengikuti Nur dan menganggap Nur adalah pemimpin mereka.
"Wih, Yuni… Yun, Yuni," goda Baskoro yang akrab dipanggil Bass, saat cewek tercantik versinya lewat. Adik kelas lima yang mempesona. Sayangnya gadis cilik itu melengos. Malas menatap Haryo dan Baskoro yang sudah kelas enam, tapi sibuk nongkrong, bukan belajar. Yuni malah menghampiri Sidiq. Anak yang terkenal kaya dan pintar. Bass gantian melengos. Apalah dirinya dibanding Sidiq yang sempurna.
"Itu pacarnya? Cupu begitu?" tanya Nur pada Bass. Yang ditanya hanya menghendikkan bahu. Sedang Haryo, yang biasa di panggil Har terbatuk di samping mereka. Bocah itu sibuk belajar merokok.
"Bodoh! Dihisap, tapi jangan lama lama. Napas! Napas!" kata Nur mengajari Har merokok. Sidiq lewat di depan mereka. Nur menepuk pundak dua sahabat barunya.
"Sikat!" perintah Nur pada dua temannya. Terjadilah perundungan untuk Sidiq. Sudah dipukuli, dikerjain, dipalak pula.
"Aku akan lapor ayahku!! Ayahku seorang tentara!!" kata Sidiq sambil berlari setelah babak belur.
"Laporkan saja!!! Ayahku juga polisi!" seru Har tidak takut.
***
Persahabatan trio preman itu berlanjut sampai Bass dan Har SMP. Mereka sering menghabiskan waktu bertiga. Tak jarang Bass dan Har menginap di kos milik Nur. Saat bocah bocah itu berseteru dengan orang rumah mereka. Bocah bocah itu memang sering berseteru dengan keluarganya sendiri. Sangking bandelnya mereka. Atau sangking tak dapat perhatian yang layak.
Bass sendiri adalah anak istri muda yang selalu tersisih. Apapun yang dilakukannya selalu salah. Sesalah ibunya menerima cinta dari seorang lelaki bersuami. Jadilah Bass bandel. Memberontak oleh dunia yang seolah menolaknya.
Har adalah anak seorang polisi yang terbuang. Dia sengaja ditinggal orang tuanya di rumah neneknya. Saat itu kondisi perekonomian ayahnya tidak stabil. Har tumbuh menjadi anak bandel karena dimanja oleh neneknya. Hingga sang nenek meninggal dan Har diantar keluarganya ke rumah orang tuanya. Har kecewa…. Saat tahu dirinya seolah tidak diinginkan orang tuanya sendiri. Tanpa ada pernah maksud menjemputnya. Padahal perekonomian mereka sudah bagus dan memiliki banyak adik untuk dirinya. Jadilah Har anak pemberontak pula.
Har sudah menunggu Nur di depan pintu kamar kos. Nur datang membawa sebungkus nasi.
"Haaa kenapa pula kamu? Diusir lagi?" tanya Nur pada Har. Bocah remaja itu mengangguk.
"Sidiq benar benar melaporkan pada polisi. Untung bapaku yang menerima laporannya. Jadilah begini. Aku yang habis dimarahi," kata Har. Sidiq memang masih menjadi target bullyan mereka bertiga. Nur hanya tersenyum miring.
"Sudahlah, paling besok bapakmu nyari kamu lagi. Masuk, aku punya nasi," kata Nur sambil mengacungkan bungkusan kecilnya.
Bass datang sore harinya. Trio onar itu gabut mau ngapain.
"Nyari duren yuk!" ajak Nur.
"Kamu punya uang?" tanya Har berbinar. Pula dengan Bass. Ini memang musim duren.
"Aku bilang nyari, bukan beli," kata Nur menarik Har berdiri.
Har disuruh mengendarai motor brong milik Nur. Mereka tiba di depan penjual durian. Nur menyuruh Har tetap menyalakan motornya.
"Monggo, pilih yang mana?" kata penjual durian ramah. Nur pun memilih durian yang dirasa matang dan enak.
"Punya tali Pak?" tanya Nur sambil mengambil satu durian besar. Penjual tua itu pun berjongkok mengambil. Saat itu pula Nur menaiki motornya dan Har langsung tancap gas pergi. Diiringi terikakan sang penjual tentu saja. Duo brandal itu cekikikan setelah aman. Cuss menuju kos Nur yang sudah ditunggu Bass. Menikmati durian hasil ngerampok tanpa dosa.
Nur adalah pengaruh buruk untuk Har dan Bass. Akan tetapi di usia mereka yang nanggung, itu merupakan ketegangan tersendiri. Berkali kali trio brandal itu terlibat masalah jalanan. Berkali juga ayah Har menutupi segala kesalahan mereka agar tidak terkena hukuman. Pernah mereka tertangkap saat ikut tawuran. Puluhan pemuda digelandang ke kantor polisi. Saat itu Har ditangkap ayahnya sendiri. Langsung dikeluarkan dari kantor polisi lewat pintu belakang tanpa di data. Begitu juga dengan Nur dan Bass yang ikut ngintil.
"Sekali lagi tertangkap Ayah akan benar memproses mu!" ancam Hendro, ayah Har. Tiga pemuda itu hanya mengangguk patuh, tapi hal seperti itu terulang lagi dan lagi. Hendro tidak pernah tega memproses putranya sendiri. Juga teman temannya yang dirasa sangat disayangi Har. Hendro selalu merasa bersalah pada Har, atas penelantaran Har di masa kecilnya.
Merasa kebal hukum di kota itu membuat Nur semakin berani. Dia memulai bisnis kecil kecilannya sebagai bandar nar koba. Benda har ram kecil yang besar keuntungannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
mama Al
oh ini sekuel ya
2024-01-26
1
MAY.s
Cerita masa kecil pakde Bas, Nur bapake Ryan, Har bapake putri, betul gitu thor?
2024-01-06
1
MAY.s
Aamiin
2024-01-06
1