Di sebuah gereja yang letaknya di pusat kota, sedang diadakan upacara pernikahan dari sepasang kekasih. Terlihat sepasang kekasih tersebut sedang mengucapkan janji pernikahan.
Sebuah janji yang tidak dapat diputuskan begitu saja, janji yang di ucapan dihadapan Tuhan sifatnya selamanya tidak dan bukan main-main.
Sadar atau tidak pernikahan hal yang suci bukan sebuah permainan yang dapat dihentikan ditengah jalan. Seseorang yang menikah itu artinya ia menerima segala resiko yang akan ia dapatkan di kehidupan pernikahan mereka.
"Kalian resmi menjadi suami istri...." ujar sang pendeta yang membuat mempelai wanita tersenyum namun hal itu berbanding terbalik dengan mempelai pria.
Suara tepukan tangan menggema di seluruh gereja, ketika pendeta mengatakan hal itu. kemudian mereka saling memasangkan cincin satu sama lain dan lagi-lagi tidak ada senyuman di wajah mempelai pria.
"apa kau puas sekarang?" bisik Gevan yang membuat Eveline mengalihkan pandangannya.
Sembari tersenyum Eveline "tentu saja", ujarnya yang memancing emosi Gevan.
"Tuan nyonya tolong hadap kesini terlebih dahulu...." minta seorang fotografer yang berada didepan mereka.
"baik...1....2...3.."
...----------------...
Setelah seluruh prosesi pemberkatan pernikahan selesai Gevan segera membawa Eveline pulang. Tidak ada pesta yang digelar untuk merayakan pernikahan mereka, hanya mengucapkan janji pernikahan di depan Tuhan.
Eveline tidak mempersalahkan akan hal itu, menurut nya mengucapkan janji pernikahan di geraja saja sudah cukup, walaupun ada sedikit rasa sedih namun perasaan itu ia abaikan.
Sekarang dirinya telah sah menjadi istri Gevan di mata hukum dan agama, walaupun seperti itu tidak membuat Eveline berpuas diri karena ia tau Gevan menikahi nya karena ancaman yang ia berikan namun Eveline sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, Eveline hanya takut apabila terjadi sesuatu yang tidak ia ingin kan dan ketika hal itu terjadi semuanya sudah terlambat.
Eveline duduk diam didalam mobil, mobil yang dikendarai oleh suaminya, suami? Iya, Gevan sendiri yang menyetir mobil tersebut.
Mobil yang dikendarai nya melaju begitu kencang membela jalanan kota yang terlihat sedikit senggang. Eveline memandang keluar jendela sembari tersenyum hari ini benar-benar sangat bahagia.
Berbanding terbalik dengan Eveline yang sedang berbahagia Gevan saat ini sedang menahan emosinya, sedari tadi entah Eveline sadar atau tidak, Gevan mencekam erat kemudinya ia berusaha menyalurkan emosi yang ia pendam namun sepertinya hal itu sia-sia.
Ekor matanya melirik kearah Eveline, Gevan melihat senyuman Eveline ketika memandang i cincin pernikahan mereka. Gevan mengalihkan perhatiannya ketika Eveline tersenyum dan memandang i nya sebentar sebelum menatap keluar jendela.
Dalam benak Gevan seharusnya yang menggunakan cincin tersebut adalah Tamara sang kekasih bukan Eveline sahabat Tamara.
Jika saja Gevan tidak takut akan ancaman Eveline, Gevan tidak akan mau menikahi nya walaupun Gevan sadar apa yang ia lakukan pada Eveline sangat kurang ajar, namun itu semuanya juga kesalahan Eveline.
"Perempuan licik"
...----------------...
Beberapa saat kemudian akhirnya mobil yang mereka berdua kendarai berhenti disebuah rumah besar.
Eveline memandang takjub ketika melihat bagaimana rumah tersebut, namun hal itu tidak bertahan lama karena mendengar suara pintu mobil tertutup dengan keras.
Ya, Gevan sudah turun terlebih dahulu namun bukan untuk membukakan pintunya melainkan meninggalkannya begitu saja, bukan seperti di novel-novel atau drama yang dimana sang pria akan membuka pintu untuk sang wanita dan kemudian di lanjutkan adegan romantis.
Eveline menggelengkan kepalanya perlahan memaklumi perilaku Gevan yang jauh berbeda dari sebelumnya.
Eveline tidak mau memikirkan hal-hal yang membuat nya pusing dan akhirnya Eveline turun dari mobil dan berjalan masuk kedalam rumah tersebut.
Melangkahkan kakinya kesebuah lingkungan yang baru dengan senyuman dan sebuah mimpi indah mengenai keluarga kecilnya
"Tinggallah disini..." ujar Gevan yang membuat Eveline mengalihkan perhatian kearah Gevan.
"Ini rumah mu dan selamanya akan menjadi milik mu..." Gevan melanjutkan ucapannya yang membuat Eveline mengerutkan keningnya bingung.
"Apa maksud mu Gevan?"
"Selama kau menjadi istriku maka tinggallah disini dan aku akan ke-----"
"apa maksud mu?? Kita suami istri dan kita akan tinggal bersama dirumah ini!! tidak ada bantahan Gevan!!" Eveline memotong ucapan Gevan, Eveline tau apa yang akan dikatakan oleh Gevan karena itu ia lebih dahulu memotong ucapannya.
"Atau kau mau Tamara tau soal kita??" tanya Eveline sembari tersenyum Puas dan hal itu membuat Gevan mengepalkan kedua tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments