Eveline telah sampai di rumah minimalis nya, ya rumah minimalis, ia tidak lagi tinggal dengan kedua orang tuanya karena suatu alasan namun kedua orangtuanya selalu mencukupi kebutuhannya.
Huft!!
Eveline menghempaskan tubuhnya di sebuah sofa di ruang keluarga setelah meletakkan belanjaan nya di meja pantry yang letaknya tidak jauh.
...Rumah Eveline...
"Tuhan!! Eve boleh iri nggak??" Gumamnya bertanya-tanya sembari menatap langit-langit rumahnya.
"Eve juga mau kayak Tamara..."
"ditelpon, diajak ketemuan, makan, jalan-jalan..." lanjut nya bergumam
Namun sesaat kemudian Ia membenarkan duduk nya dan merapikan kacamata yang sedikit kebawah.
"no!! Eve ngga boleh iri, nggak perlu kayak mereka Eve juga bisa sendiri!" pekik nya yang yang melarang dirinya untuk tidak iri kepada orang lain. Namun sedetik kemudian dengan lesu ia kembali menyenderkan punggungnya.
"Tapi pingin!!!!" gumamnya.
...----------------...
Sedangkan di salah satu ruangan yang berada disalah satu gedung tinggi di ibukota terdapat seorang laki-laki dengan wajah emosi memandang ke 6 orang di hadapannya, ia adalah Gevano Andra Mahendra adalah CEO perusahaan Gdraen Grup, sebuah perusahaan yang masuk kedalam 5 perusahaan terbesar di Asia Tenggara.
Saat ini Gevan, sapaan akrabnya sedang menatap ke 6 orang yang sedang menunduk, mereka adalah orang-orang yang bertanggung jawab di bagian divisi pemasaran.
"Katakan padaku bagaimana bisa proposal kita sama dengan Tyone grup!!!" ucap Gevan dengan nada suara tinggi.
Ke-6 orang yang berada di hadapannya tetap diam tak berkutik sama sekali dan tidak ada satupun yang berani menatap ataupun menjawab pertanyaan Gevan.
"Kalian tidak mendengar apa yang aku katakan??" Gevan geram saat tidak ada yang menjawab pertanyaan.
Jika ini bukan hal yang merugikan terlalu besar maka Gevan tidak akan semarah ini, toh marah sama dengan membuang-buang energi saja.
Namun kali ini berbeda kerjasama dengan perusahaan Netrix grup adalah impian nya dan ia berusaha keras untuk dapat bekerjasama dengan mereka namun lihat usahanya kini sia-sia karena kecerobohan seseorang.
"Kita yang meniru proposal mereka atau mereka yang meniru proposal kita??" tanya Gevan dengan raut wajah tanpa ekspresi.
Salah satu diantara mereka mengangkat wajahnya dan hal itu membuat salah satu sudut bibirnya sedikit terangkat.
"T-tuan saya rasa mereka yang meniru kita" jawabnya dengan terbata-bata.
Sedangkan ke-5 temannya yang lainnya hanya melirik dan bertanya-tanya.
Gevan menaikkan salah satu alisnya, "bagaimana bisa??"
Ia melihat kearah 5 orang temannya yang berada di samping nya dengan wajah sedikit takut.
"saya rasa.....ada seseorang yang dengan sengaja memberikan proposal kita ke mereka tuan"
"Maksud mu ada seorang penghianat begitu??" tanya Gevan sembari tersenyum smirk.
Ia menganggukkan kepalanya perlahan menjawab pertanyaan Gevan dan sedetik kemudian matanya melirik ke salah satu di antara mereka. Gevan yang melihat hal itu tersenyum smirk.
"Keluar!!" titah Gevan yang membuat ke-6 orang tersebut terkejut dan bertanya-tanya.
"kecuali kau" lanjutnya dengan menunjuk seseorang yang sedari tadi menjawab pertanyaan.
Sedangkan ke-5 orang lainnya menatap sedih kearah temannya yang tidak diperbolehkan untuk keluar.
Tak lama setelah mereka keluar, suasana hening kembali menyelimuti ruangan tersebut.
"berikan!" titah Gevan yang mendapatkan anggukkan kepala darinya.
Ia mengambil sesuatu dalam saku celananya sebuah flashdisk berwarna hitam, kemudian ia melangkahkan kakinya menuju ke arah Gevan.
Meletakkan flashdisk itu di atas meja Gevan dan kemudian melangkah mundur dan
bruk!!!
"Aishh!!! Sialan lo Gev!" ucapannya sembari menyenderkan punggungnya disalah satu sofa di ruangan Gevan.
Suasana di ruangan tersebut berubah menjadi hal yang tidak terduga.
"berisik!!"
Seseorang itu menaikkan salah satu alisnya dan berdecak kesal mendengar ucapan Gevan.
Ia Edgar Dean Danendra sepupu Gevan. Tidak ada yang mengetahui bahwa mereka adalah sepupu. Gevan meminta Edgar menjadi salah satu tim divisi pemasaran untuk berjaga-jaga apabila ada sesuatu yang tidak di inginkan seperti saat ini misalnya.
"Gila aura lo tadi bener-bener rawrr!! Mengeringkan" ucap Edgar yang tidak mendapatkan respon apapun dari Gevan.
Sedangkan Gevan sedang sibuk melihat rekaman video yang ada di flashdisk tersebut.
Brakk!!
"Si'alan!!!" pekik Gevan yang membuat Edgar menatapnya dengan sebuah smirk yang tercetak dibibir nya.
"permainannya terlalu rapi dan bagus, tapi sayangnya permainan itu terlalu mudah bagi seorang Edgar" ucapan Edgar yang mendapatkan tatapan tajam dari Gevan.
Huft!!
Gevan menyandarkan kepalanya disandarkan kursi kebesaran dengan memejamkan matanya dan berusaha mengatur emosinya.
"Lo nggak perlu khawatir selagi gue masih ada di divisi itu, gue nggak akan biarin dia lolos" ucap Edgar yang mendapatkan acungan jempol dari Gevan.
Gevan membuka matanya dan kemudian segera mengambil ponselnya, Edgar yang melihat hal itu memutar bola matanya malas pasalnya ia tau hal apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Sayang.." ucap Gevan dengan seseorang di telponnya.
Edgar berdecak kesal mendengarnya.
"nasib nasib!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Anita noer
ayo jgan berhenti nulis....smngat author
2024-05-06
0