HAYM - 09

Eveline menutup wajahnya dengan kedua tangannya, saat ini ia berada didalam kamarnya di sofa bulat kesayangan dengan posisi duduk bersila.

"Arghh!!!!! Sial!!!!...." teriaknya yang terdengar memilukan sembari menggosok-gosok wajahnya, gemas.

".....Kok sakit ya?" gumamnya dan kemudian mengubah posisi duduknya dengan menopang dagu.

"udah tau dia bucin banget sama Tamara, tapi kenapa aku tetap suka sama dia??!!" gumamnya bertanya-tanya kepada dirinya.

"huft!! Eveline stop suka sama dia" lanjutnya bergumam.

sesaat setelah mengatakan itu Eveline menggelengkan kepalanya perlahan, "kayaknya nggak bisa deh," ia merasa sangat putus asa saat ini.

"Tapi kenapa nggak bisa??" ucapnya bertanya-tanya.

"pasti bisa Eve, stop suka sama dia". Eveline dengan semangat meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia pasti bisa melupakan perasaan itu.

...----------------...

2 Minggu kemudian, Gevan dan Eveline tidak pernah bertemu satu sama lain karena kesibukan mereka masing-masing dan sepertinya hal ini membawa keberkahan tersendiri bagi Eveline.

Saat ini di perusahaan Gevan, Gevan duduk di kursi kebesarannya dengan kacamata yang bertengger manis di pangkal hidungnya, serta lembaran kertas yang begitu menumpuk dihadapannya.

Tok!

tok!

Tok!

"Masuklah" kata Gevan.

"maaf tuan saya menganggu anda" ucap Tyo, sekretaris Gevan.

Jika biasanya seorang sekretaris adalah perempuan maka berbeda dengan sekretaris Gevan, ia sengaja memilih seorang pria menjadi sekretaris karena Tamara yang memintanya dan Gevan menuruti kemauan Tamara.

Gevan melihat sekilas dan kemudian berdehem sebagai jawabannya, kemudian kembali ke pada tumpukan kertas yang ada di mejanya.

"Tuan, anda mendapatkan undangan dari perusahaan Netrix grup," kata Tyo sembari meletakkan sebuah undangan dia atas meja Gevan.

Gevan meletakkan kertas yang ia pegang dan kemudian mengalihkan perhatian ke arah undangan tersebut dan mengambilnya.

"pernikahan??" Gevan mengangkat salah satu alisnya.

Tyo mengangguk kepalanya, "benar tuan, undangan pernikahan". Gevan hanya menganggukkan kepalanya kecil dan kemudian meletakkan kembali undangan tersebut.

"Baiklah aku akan datang, persiapkan segalanya" Titah Gevan yang langsung mendapatkan anggukkan kepala dari Tyo.

Sesat setelah Tyo meninggalkan ruangan, Gevan melepaskan kecamatan nya dan menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi sembari jari-jarinya mengetuk mejanya perlahan.

Ia diam sejenak dan entah apa yang ia pikirkan namun sesaat kemudian ia mengambil ponselnya.

"apa dia mau??" gumamnya memikirkan sesuatu.

"Tamara tidak akan suka jika aku mengajak nya ke pesta itu....."

"Apa perlu aku aja Eveline saja? Lagi pula dia suka datang ke pesta-pesta" lanjutnya dan sepertinya ia sudah mengambil keputusan.

...Eveline ...

^^^^^^"ikutlah dengan ku ke pesta pernikahan rekan kerja ku" ^^^^^^

"Hah?"

"kapan"

^^^^^^"nanti malam, aku jemput jam 7, bersiaplah"^^^^^^

...----------------...

Eveline yang melihat pesan dari Gevan hanya bisa mengerutkan keningnya bingung,

"Gila!! malam ini??" gumamnya yang tidak percaya dengan apa yang ia baca.

"Kenapa dia nggak ngajak Tamara aja sih??" ia bertanya-tanya mengapa Gevan tidak mengajak sang kekasih dan memilih mengajak ku.

"Sepertinya sulit......niatnya move on tapi kalau kayak gini ceritanya pasti sulit," gumamnya yang terdengar pilu.

...----------------...

Pukul 19:00 waktu setempat.

Sebuah mobil sedan berhenti tempat didepan rumah Eveline. Dan seseorang pria berjas hitam turun dari mobil tersebut.

"aku sudah di depan" ucap Gevan kepada lawan telponnya.

klek!!

Suara kunci membuat Gevan mengalihkan pandangannya kearah suara tersebut dan melihat seorang perempuan dengan gaun pesta berwarna hitam dengan menampilkan pundak putih dan mulusnya.

Gevan menelan ludah nya sendiri ketika melihat hal itu dan dengan segera ia menggeleng-gelengkan kepalanya guna menghilangkan pikiran tersebut.

"hai!" sapa Eveline sembari tersenyum.

"Cantik." cicit Gevan.

"hah??" Eveline tertegun mendengar apa yang diucapkan oleh Gevan namun ia berpura-pura tidak mendengar ucapan tersebut.

Gevan tersenyum canggung dan merutuki kebodohannya sendiri, "Tidak, ayo" ucap Gevan sembari membukakan pintu mobilnya dan mempersilahkan Eveline masuk terlebih dahulu.

Eveline tersenyum dan kemudian masuk kedalam mobil Gevan dan sesaat kemudian disusul oleh Gevan masuk kedalam.

"Tyo jalan!" titah nya dan dengan segera kendaraan itu meninggalkan halaman rumah Eveline.

Sebenernya dalam hati Eveline, ia sedang menimbang sesuatu yang menurut nya sulit.

"apa aku harus pindah rumah??" batinnya bertanya-tanya.

Pasalnya Gevan sudah tau alamat rumah nya dan setelah ini ia yakin bahwa teman-teman akan tau tempat tinggalnya.

Eveline sengaja tidak memberitahukan kepada teman-teman dimana ia tinggal dan yang teman-temannya tau bahwa ia tinggal bersama orang tuanya.

Sedangkan Gevan yang berada di samping nya juga tengah memikirkan sesuatu yang entah mengapa membuatnya mengeluarkan keringat, Tyo yang melihat akan hal itu mengerutkan keningnya.

"Tuan baik-baik saja?" tanyanya yang membuat Eveline mengalihkan pandangannya ke arah Gevan.

Gevan gelagapan mendengar pertanyaan yang dilontarkan Tyo namun ia berusaha untuk tetap tenang, "aku baik-baik saja, perhatikan jalannya" ucapnya.

"Kau yakin??" tanya Eveline yang membuat Gevan tersenyum dan mengangguk. Setelah itu Eveline kembali mengalihkan pandangannya menatap keluar jendela.

Terpopuler

Comments

Anita noer

Anita noer

ceritax bikin org penasaran....bhsax bagus....kek ikut merasakan yg dirasakan si tokoh utamax....eveline

2024-05-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!