Terjerat Pesona Bapak Kos
"Apa? Bapak sama ibu gagal panen?"
"Iya nak, bapak sama ibu minta maaf karena gak bisa bantu bayar uang kuliah kamu bulan ini. Bapak harap kamu bisa mencari pinjaman dulu menjelang bapak bisa mendapatkan uang." Tutur bapak Jihan dari kampung melalui telfon pada Jihan.
Gadis itu diam sejenak, dia merasa kasihan pada kedua orang tuanya. Selain tidak bisa membayar uang kuliah, Jihan juga khawatir kalau kedua orang tuanya itu pasti susah untuk makan di kampung bila gagal panen.
"Bapak sama ibu gak usah khawatir, Jihan akan coba cari uang di sini" ucap Jihan berusaha menenangkan kedua orang tuanya.
Setelah selesai berbicara dengan kedua orang tuanya. Jihan menjadi bingung. Entah kemana dia mencari pinjaman. Uang ujiannya harus di bayar besok pagi. Jika tidak, dia terpaksa menunggu 6 bulan untuk ujian selanjutnya. Kelulusannya bisa tertunda jika hal itu terjadi.
"Bagaimana ini??" Gumamnya sambil menggigit ujung jarinya.
Jihan mondar mandir di dalam kamar kos nya, sambil berpikir kemana ia akan mendapatkan uang. Teman temannya pasti tidak akan ada yang bisa membantu. Mencari kerja pun tidak akan mendapat uang dalam semalam sebanyak itu.
"Aiss... Kenapa harus detik detik jadwal ujian bencana ini terjadi??" erang Jihan menyesakkan dada. Dia benar benar frustasi.
Merasa panik di dalam kos, Jihan memutuskan pergi keluar sekedar mencari udara segar.
Jihan Puspitasari, gadis 19 tahun duduk di bangku kuliah semester 3 jurusan management.
Memiliki wajah cantik dan tubuh ideal idaman para pria tidak membuat Jihan bangga. Dia terlihat acuh dan terbilang menghindar ketika ada pria yang datang mendekatinya. Menurut Jihan, laki laki datang mendekatinya hanya karena nafsu. Karena itulah dia memilih tetap menjomblo sampai ada yang benar benar serius dengannya bukan karena nafsu semata.
Dug.
Tubuh Jihan terhuyung ke belakang, dia tidak sengaja menabrak seseorang saat melewati pagar kos nya.
"Kamu ini jalan kenapa gak lihat lihat sih." Tegur seorang pria membuat Jihan langsung menunduk dan meminta maaf.
"Maaf pak, saya gak lihat bapak tadi." Balas Jihan jujur.
Pria berparas tampan itu adalah Rian Alfarezi, pria 28 tahun yang menjadi pemilik kos kosan yang saat ini Jihan tempati.
Rian merupakan pria dingin dan acuh pada kegiatan anak anak kosnya. Peraturan di kos nya pun tidak lah banyak. Mereka bebas ingin melakukan apapun kecuali menggunakan barang haram dan senjata tajam.
Sangat sangat simple, dan membuat banyak mahasiswi menempati kos kosan miliknya.
Di usianya yang sudah hampir kepala 3, Rian masih hidup sendirian. Orang beranggapan dia itu tidak penyuka wanita, alias homo.
Bagaimana tidak, memiliki wajah tampan dan kekayaan yang berlimpah Rian masih saja menyandang status jomblo tanpa ada isu bermain dengan wanita mana pun.
"Saya Segede ini kamu bilang tidak melihat saya?"
"Maaf pak, mungkin efek banyak pikiran " jawab Jihan cepat, dia sedikit menunduk karena malu.
Selama ngekos di sini, Jihan tidak pernah berani menatap wajah Rian. Bahkan bertemu saja hanya di saat pertama kali dia ngekos saja. Selebihnya Jihan tidak pernah berinteraksi dengan bapak kosnya ini.
Rian menggeleng, kemudian berjalan acuh meningkatkan Jihan.
"Dasar anak zaman sekarang." Gerutunya berlalu pergi.
Jihan menggaruk tengkuk, merasa malu dan juga kesal bercampur aduk. Malu sudah menabrak bapak kos, dan kesal mendengar gerutuan bapak kos nya.
Di saat hendak melanjutkan langkahnya, sebuah pemikiran memasuki benak Jihan dan membuat dirinya melakukan sebuah aksi nekat.
"Tunggu pak!" Panggil Jihan seraya berbalik.
Mendengar panggilan anak kos nya, Rian pun menghentikan langkahnya. Kemudian perlahan berbalik menatap Jihan dengan satu alis terangkat.
"Ada apa?"
Deg Deg
Jantung Jihan berdegup kencang, hatinya mulai bimbang. Ragu untuk mengungkapkan niat hatinya.
"Kalau tidak ada yang ingin kamu bicarakan, saya akan pergi." Imbuh Rian sedikit ketus, merasa kesal di permainkan oleh anak kos nya.
"Eh tunggu pak" Cegah Jihan perlahan melangkah mendekat pada Rian.
"Itu pak.. Em, saya.."
"Berbicara lah dengan cepat, karena saya masih banyak urusan" Potong Rian.
"Eh, saya mau minjam uang sama bapak untuk membayar uang ujian semester." Jawab Jihan cepat, lalu menunduk menatap kedua tangannya yang saling meremas takut mendengar jawaban Rian.
"Kamu mau minjam uang?" ulang Rian yang di jawab dengan anggukan kepala Jihan.
"Apa begini cara seseorang meminjam?"
"Huh?" Jihan langsung mendongak, menatap wajah tampan Rian yang selama ini tak pernah jelas di pandangannya.
Beberapa detik Jihan terdiam karena terpesona dengan ketampanan bapak kos nya, namun ia segera sadar dan kembali menunduk.
"Datang ke ruangan saya nanti malam jam 8, kita akan bicarakan ini di sana." Setelah mengatakan hal itu Rian langsung berlalu masuk ke dalam rumahnya.
"Huh?"
Jihan masih tercengang, mencerna apa yang di maksud dari kalimat bapak kos nya tadi.
"Apa ini artinya dia mau meminjamkan aku uang??" Batin Jihan bingung.
"Aiss... Kenapa dia tidak langsung menjawab, aku akan memberi mu pinjaman, atau menolak permintaan ku. Kenapa harus ke ruangannya??" Jihan. mencak mencak sambil menatap rumah besar yang berada tepat di samping bangunan kos kosannya. Bisa di katakan rumah besar itu adalah rumah induk kos nya. Pekarangan rumah Rian dan kos juga satu, gerbang pagarnya juga sama.
Waktu terus berjalan, seperti yang sudah di katakan oleh bapak kos nya. Jihan mendatangi rumah Rian tepat pukul 8 malam.
Rumah yang besar, ini kali pertamanya Jihan memasuki rumah ini. Mulut nya menganga melihat interior yang elegan dan nyata banget kalau ini adalah rumah seorang pria tanpa wanita. Tidak ada terlihat hiasan bunga kecuali yang formal saja.
"Non di tunggu tuan di ruangannya" Ucap bi Warti mengangetkan Jihan.
"Mari saya antar non"
"Eh iya bi makasih"
Jihan mengikuti bi Warti menuju ke ruangan kerja Rian.
Setibanya mereka di depan sebuah pintu berwarna coklat tua.
"Ini non ruangan tuan, silahkan ketuk pintunya terlebih dahulu." Tutur bi Warti menjelaskan, kemudian berlalu pergi setelah mendapat balasan anggukan kepala dari Jihan.
Tuk!! Tuk!!
"Masuk!"
Deg.
Detak jantung Jihan semakin cepat, suara bariton itu seakan membuat nyalinya menciut. Jihan mulai merasa ragu dan takut.
Bagaimana jika dia do permainkan dan terjebak. Tidak akan ada yang bisa menolongnya.
Tapi, jika dia tidak masuk. Maka uang kuliah dan masa depannya akan hancur.
Jihan benar benar merasa dilema saat ini. Dia gugup sekaligus takut.
"Ah bodo amat lah, penting coba dulu. Semangat Jihan, tidak akan terjadi apa apa." Gumamnya berusaha tegar dan menyemangati diri sendiri.
Ceklek.
Jihan menekan knop pintu, menjulurkan kepalanya sedikit untuk melihat situasi di dalam ruangan itu.
"Masuk atau pergi saja!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
𝑸𝒖𝒊𝒏𝒂
di prolog nya 19 th knp disini 18 th 🤔
2024-02-18
0