Harus bertanggung jawab!

Brak!

Jordan menggebrak meja, berita soal kelumpuhan putranya sudah tersebar. Entah siapa yang telah membocorkan kondisi putranya ke khalayak ramai.

"Cari tahu, siapa yang sudah menyebarkan berita ini!"

"Baik boss." balas salah seorang pria berbaju hitam. Dia adalah asisten Jordan.

Berita ini sudah tersebar luas, banyak wartawan yang ingin tahu soal kecelakaan Rian dan kepastian kondisi Rian yang sebenarnya.

Di lain tempat, Celsi dan seorang pria tertawa melihat berita yang ada. Yah, mereka lah yang telah menyebar berita ini.

Celsi memeluk lengan pria itu, dia menunjukkan senyum senang karena sudah berhasil menjatuhkan reputasi Rian.

Pria itu adalah teman dekat Rian, dia memiliki rasa iri pada Rian karena selalu mendapatkan apapun yang dia inginkan.

"Terimakasih Jerico, kamu benar benar hebat. Dalam sekejap Rian akan hancur. Menjadi pria lumpuh pasti akan menyulitkan hidupnya." Ucap Celsi, mereka tertawa bersama.

"Kamu tenang saja, apapun yang Rian punya saat ini. Aku akan mengambilnya."

"Dan kita akan hidup bersama." sambung Celsi, tangannya semakin memeluk erat lengan Jerico.

Hari demi hari, perkembangan kondisi Rian semakin membaik. Namun, tanda tanda pria itu akan siuman masih belum ada.

"Tante, ayo makan lah dulu. Tante belum makan sejak tadi pagi!" bujuk Jihan.

Fio menggelengkan kepalanya, dia tidak memiliki selera makan. Jangankan rasa lapar, rasa tubuhnya saja dia tidak bisa merasakannya lagi kecuali rasa sedih melihat sang putra masih terbaring lemah.

Alat alat medis sudah tidak terpasang lagi, hanya infus di sebelah tangan kanannya saja yang terpasang.

Rian sudah baik baik saja, hanya menunggu waktu dia melewatkan masa komanya.

"Tante,."

"Sudah lah Jihan, kalau kamu lapar makan lah. Jangan memperhatikan diriku saja, sedangkan kamu belum makan sejak kemarin." Balas Fio, dia menatap Jihan dengan tatapan sulit diartikan.

"Tan-"

"Sudah diam, jika kamu hanya bisa bicara. Lebih baik kamu pulang saja."

Deg.

Sontak mata Jihan melebar, Fio mengusirnya dari rumah sakit.

Tidak, tentu saja Jihan tidak mau pergi dari sana. Dia ingin melihat perkembangan Rian, rasa bersalah di hatinya tidak akan membuat hidupnya tenang.

"Tidak Tante, aku akan tetap di sini. Aku ingin merawat dan menjaga pak Rian. "

Jihan menunduk, air matanya mengalir begitu deras.

"Ini semua salah ku, jika bukan karena aku pak Rian tidak akan mengalami hal ini."

"Benar!" Fio berdiri dari duduknya, berhadapan dengan Jihan. Jarak keduanya sangat dekat.

"Kamu memang harus bertanggung jawab Jihan!" Tegas Fio.

Jihan menatapnya, hatinya semakin rapih mendengar fakta yang Fio ucapkan.

"Karena kamu, Rian terancam lumpuh. Bahkan sekarang berita sudah tersebar luas. Putra ku sudah di kandang rendah dan tidak berguna."

"Ini karena kamu!"

Ceklek

Jordan masuk ke dalam ruangan, dia mendengar semua percakapan istrinya dan Jihan. Jordan tentu tidak suka mendengar perkataan istrinya yang menyalahkan Jihan.

"Sudah cukup ma, tidak ada yang salah di sini, ini adalah takdir!"

Fio menggeleng, dia tidak terima dengan ucapan suaminya. Dia tetap menyalahkan Jihan atas semuanya. Menurut Fio, jika Jihan tidak pergi malam itu, maka dia tidak akan meminta putranya kembali dan mengalami kecelakaan ini.

"Kamu harus bertanggung jawab Jihan!" hardik Fio lagi, dia hendak menyerang Jihan yang beruntung di tarik oleh Jordan dan di sembunyikan di belakang tubuhnya.

"Ma cukup ma!"

Fio menatap suaminya, dia tidak menyangka suaminya malah membela gadis itu.

Mereka mulai berdebat antara suami istri. Membuat Jihan merasa semakin bersalah.

"Sudah cukup om, Tante. Jangan berdebat lagi. Aku mohon." Lirihnya, dia sudah tidak bisa menahan situasi ini lagi. Tekanan di hatinya sudah terlalu besar,dan dia tidak mau menambahnya lagi dengan membiarkan Jordan dan Fio bertengkar.

"CK, apa kamu bilang. Ini semua gara gara kamu."

"Iya Tante, aku tahu semua ini gara gara aku. Karena itu aku di sini, aku akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi sama pak Rian."

"Jihan.."

"Tidak om, Tante Fio memang benar, ini adalah kesalahan aku. Jadi, biarkan aku yang bertanggung jawab pada pak Rian. Mungkin aku tidak memiliki uang, tapi aku akan mengurusnya seumur hidup ku. Jika ada kemungkinan sembuh, aku akan merawatnya hingga dia sembuh." Tutur Jihan panjang lebar, air mata senantiasa menyaksikan setiap ucapannya.

"Aku pegang ucapan kamu!" balas Fio.

Wanita paru baya itu kembali ke kursi jaga, dia duduk dan menggenggam tangan Rian.

"Sekarang mama gak khawatir lagi, kamu tidak akan sendirian." Batinnya.

Benar, Fio memang sengaja menyudutkan Jihan. Setelah melihat berita yang tersebar, Fio yakin akan banyak yang ingin mencelakai atau mengejek putranya. Lebih parahnya lagi kemungkinan besar putranya tidak akan ada yang mau dan menjadi bujangan hingga mati.

Fio tentu tidak akan mau bola hal itu terjadi. Dia harus mendesak Jihan agar bertanggung jawab atas semua ini. Dia ingin Jihan bersama dengan putranya. Sejauh ini, hanya gadis inilah yang memiliki hati yang tulus terhadap putranya. Meskipun Fio tahu awal mula kedekatan mereka di sebabkan oleh uang.

Jordan menatap iba pada Jihan, dia tidak bisa berbuat banyak. Dia tidak bisa terlalu tegas pada istrinya. Karena saat ini Fio dalam keadaan tertekan. Jorda takut istrinya malah stres dengan keadaan ini.

"Nak,," Jordan memegang bahu Jihan.

"Iya om, maaf" sahut Jihan tak enak menatap Jordan dengan mata berkaca kaca. Jadi, Jihan segera menghapus air matanya kemudian tersenyum pada Jordan.

"Jangan sok kuat, aku tahu isi hati mu." Gerutunya.

Jihan hanya menghela nafas berat, kemudian mengambil makanan yang tadi ia tawarkan pada Fio.

Lalu, gadis itu memakan setengah dari makanan itu dengan terpaksa. Dia harus memaksa mulutnya menelan makanan itu. Setelahnya, Jihan kembali mendekati Fio dan menyodorkan setengah makanan dari ya.

"Makan lah Tante, aku sudah memperhatikan diriku sendiri."

"Tidak!" tolak Fio dengan nada dingin.

Jihan tidak menyerah, dia mengambil kursi satu lagi. Meletakkan kursi itu di samping Fio duduk. Menarik sedikit lengan kursi yang Fio duduki agar wanita itu berputar menghadap kearahnya.

"Makan lah sedikit, menjaga pak Rian bukan lah hal yang muda. Meskipun hanya duduk, tapi tubuh tetap membutuhkan tenaga. Aaa" Jihan menyodorkan sesuai nasi di depan mulut Fio.

"Ak-"

Belum sempat Fio menolak, Jihan sudah memasukkan makanan itu ke dalam mulut Fio ketika wanita itu membuka mulut untuk menolaknya.

"Kau!!"

Jordan menahan senyum melihat apa yang Jihan lakukan. Dia jadi semakin yakin pilihan putranya adalah yang terbaik.

"Makan lah yang banyak, aku akan menyuapi mu!" Balas Jihan. dengan nada datar. Kini dialah yang memegang kendali. Bahkan Fio tak bisa berkutik ketika Jihan terus memasukkan makanan ke dalam mulutnya hingga makanan itu habis.

"Minum, aku akan ke kamar mandi dulu!" Titahnya dengan ekspresi datar.

"Aiss... Kenapa dia yang menjadi galak, harusnya aku!" gerutu Fio kesal, dia tetap meminum segelas air yang sudah Jihan sediakan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!