Jihan bernafas lega bisa sampai lebih cepat ke kampus. Yah, meskipun dia harus mengeluarkan lebih banyak uang karena menaiki taxi.
Setelah melakukan pembayaran uang ujian, Jihan langsung menuju ke kelasnya.
"Hai Jihan." Sapa Irwan melambaikan tangan.
"Hai" Jihan tersenyum, dia duduk di samping pria dengan penampilan cupu.
Irwan teman sekelas Jihan, dia sebenarnya tampan. Hanya saja sedikit kurang pandai merawat diri.
Jihan nyaman berteman dengan mahasiswa terpintar ini, karena dengan Irwan dia tidak perlu khawatir di manfaatkan.
Seperti teman teman prianya yang lain. Cara mereka memandang Jihan saja sudah jelas bernafsu, apalagi jika mereka sudah berdekatan. Jihan sampai merinding membayangkan jika dirinya di habisi oleh mereka.
Ujian pun di mulai, Jihan mengeluarkan semua kemampuan otak nya untuk menjawab semua soal dengan baik. Dia memang tidak pintar, tapi dia juga tidak pernah mendapatkan nilai rendah.
"Sudah siap?"
Jihan mendongak, menatap seorang pria tampan dengan gaya cool berdiri di depan meja nya.
"Sudah, ini mau antar" Jawab Jihan tersenyum tipis.
"Habis ini mau kemana?" Tanya pria itu lagi.
"Hei, kenapa diam. Mau jalan bareng aku gak?" Tanya pria tampan itu lagi.
"Eh, sorry yah. Aku sudah ada janji sama, Ehm... Irwan." Tolak Jihan seraya memegang lengan Irwan.
"Batalin aja, ikut gue aja" Pria itu sedikit memaksa.
"Sorry!" Jihan menjadi kesal, dia menatap pria itu datar. Kemudian mengambil lembaran jawabannya dan mengantar ke meja dosen pengawas.
"Yuk Irwan!" Ajak nya.
Irwan menurut saja, dia sedikit kaku di hadapan pria yang kini menatapnya garang.
"Duluan bro." Ujar Irwan yang di balas dengan tatapan tajam oleh pria itu.
"Ais... Sial, culun itu selalu saja membuat rencana gue gagal!" Geram pria itu.
Sementara di luar kelas menuju ke kantin, Irwan dan Jihan berjalan beriringan.
Jihan tampak diam saja, dia masih kesal dengan setiap pria yang mendekatinya dan selalu memaksakan kehendak.
"Ehm... Jihan, kita mau kemana?" Tanya Irwan, dia merasa tidak ada janji kemana mana bersama Jihan.
"Maaf Irwan, aku sengaja berbohong untuk menghindari pria aneh itu" Jelasnya.
Irwan mengangguk mengerti, dia sedikit insecure dengan apa yang terjadi hari ini.
Jujur saja, Irwan menyukai Jihan. Tapi, melihat Jihan menolak pria yang tampan dan mapan seperti tadi membuat nyali Irwan menciut. Pria seperti itu saja dia tolak, apalagi pria seperti dirinya. Hanya bermodalkan otak.
"Irwan... Irwan, kenapa kamu lucu sekali" Batin nya menertawakan diri sendiri.
Jihan dan Irwan memasuki kantin, mereka duduk di meja pojokan. Terlihat banyak mata yang memandang mereka. Mungkin mereka berpikir Irwan dan Jihan sepasang kekasih yang tidak cocok. Padahal, mereka hanya teman biasa.
"Mau pesan apa?" tanya Irwan.
"Bakso aja deh, tapi yang pedas yah"
"Baiklah"
Irwan pun pergi memesan makanan untuk mereka, sementara Jihan memainkan ponselnya sambil menunggu.
Cling.
Sebuah pesan masuk ke ponselnya, tertera dengan jelas nama Rian sebagai pengirimnya.
Jihan sangat kaget, untuk pertama kalinya pria angkuh dan dingin itu mengirimnya pesan.
@Pak Kos Rian
Kamu di mana, cepat pulang!
"Astaga, aku ini apaan coba. Udah kaya robot mainan aja di atur atur begini" Gerutu Jihan mengacuhkan pesan itu.
Yang benar saja dia harus patuh pada pria tua itu. Dia hanya meminjam uang, bukan meminta uang. Tapi, dirinya sudah seperti hewan peliharaan saja.
Tak lama kemudian Irwan pun datang membawa dua mangkuk bakso pedas kesukaan Jihan.
"Ayo makan.." Sorak Irwan.
Jihan menerima pesanannya, dia tersenyum kecut melihat sikap Irwan.
Sebenarnya Jihan sedikit risih dekat dengannya. Bukan karena dia culun atau bagaimana, tapi Irwan terbilang sedikit kurang bersih. Pintar tapi tidak bersih tetap saja membuat kita tidak nyaman. Kemungkinan pria ini jarang mandi.
Pukul 5 sore, Jihan pulang ke kos dengan menumpangi motor FU Irwan.
"Makasih yah Irwan, kamu baik banget"
"Tidak masalah Jihan, santai saja. "
Jihan tersenyum manis, ini lah yang dia suka dari Irwan. Pria ini benar benar tulus berteman dengannya. Bukan karena Jihan cantik atau body nya yang aduhai.
Dari balkon kamar nya, seseorang memantau pergerakan Jihan dan pria yang tidak dia kenal.
Orang itu adalah Rian, bapak kos yang super overprotektif pada anak kosnya. Tangan Rian terlihat mengepal, dia tidak suka melihat Jihan dekat dengan pria lain selain dirinya.
"Apa apaan ini, pantas saja dia mengabaikan pesan Ku!" Gerutunya.
Rian segera turun dari lantai atas ketika melihat Jihan mulai memasuki pekarangan rumah.
Di samping rumah besar Rian, tepatnya di jalan setapak menuju ke deretan kamar kos, Jihan dan Rian berpapasan.
"Eh pak" Sapa Jihan menunduk sopan.
"Bagus yah kamu Jihan, pesan saya kamu abaikan, ternyata kamu bersama pria itu"
CK.
Jihan mengerutkan dahi, dia sedikit bingung mendengar penuturan Rian.
"Maksud bapak apa? Irwan itu teman saya"
"Saya tidak peduli dia mau teman atau siapapun."
"Lah terus, apa maksud dari ucapan bapak tadi?"
Deg.
Rian tertegun mengingat ucapannya sendiri. Dia terlalu menunjukkan sikap ketertarikan nya pada Jihan.
"Saya sedang menagih kesepakatan kita, kamu jangan coba kabur yah"
Rian langsung menarik pinggang Jihan, membuat gadis itu terhuyung ke depan.
Jihan panik, dia menoleh ke kiri dan kanan berharap tidak ada yang melihat aksi mereka.
"Apa yang bapak lakukan, kalau ada yang lihat bagaimana?"
"saya tidak peduli Jihan, salah kamu sendiri yang mencoba menghindari saya" Rian mencoba mencumbu Jihan, menyerang bagian sensitif di leher Jihan.
Gadis itu semakin panik, dia terus menghindari serangan bapak kos tampannya ini.
"Pak hentikan, tidak baik jika kita seperti ini di sini." Bujuk Jihan berharap Rian mengerti.
Benar saja, Rian menghentikan aksinya. Namun, pria itu malah menarik gadis itu masuk ke dalam rumahnya.
"Eh mau kemana?" pekik Jihan kaget, dia terpaksa harus berjalan cepat mengimbangi langkah besar Rian.
Astaga, Jihan benar benar di buat dag Dig dug oleh pria matang ini.
Sikapnya yang super dingin dan cuek berbanding terbalik dengan sikapnya yang sekarang.
"Kenapa dia begini sih" Rutuk Jihan.
Rian membawa Jihan. ke ruang tengah rumah nya. Baginya jika sudah di dalam rumah tentu sudah aman. Tidak akan ada yang menganggu karena hanya dirinya dan bi Warti yang ada di sini.
Rian kembali melanjutkan aksinya yang sempat tertunda sejak semalam.
"Ahh... Pak, tolong hentikan. Saya belum mandi"
"Tidak apa apa, kamu tetap wangi Jihan" Jawab Rian mencium bibir ranum milik Jihan. Sungguh gadis ini menjadi candu baginya. Tidak peduli dengan wibawanya sebagai pria angkuh dan dingin. Terpenting bagi Rian dia mendapatkan gadis ini.
Ting Tong!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments