Kesepakatan

Ragu ragu Jihan memasuki ruangan kerja Rian. Suhu ruangan yang dingin mulai merasuk ke kulit tangannya yang terbuka, karena saat ini Jihan mengenakan kaos oblong lengan pendek.

"Selamat malam pak" Sapa Jihan kikuk.

"Duduk!" Titah Rian tanpa mengalihkan pandangan matanya dari layar laptop.

Jihan berdiri di depan meja kerja Rian, meraut kedua tangannya yang saling meremas. Kegugupan melanda relung hatinya. Baru kali ini dia berada di ruangan berdua dengan bapak kos nya.

Cukup lama mereka terjebak di dalam suasana sepi dan diam. Akhirnya Rian menutup laptop kemudian menatap Jihan dengan tatapan tajam.

"Ke-kenapa bapak menatap saya seperti itu?" tanya Jihan semakin menunduk.

Bukannya menjawab, Rian malah beranjak dari duduknya, kemudian menghampiri Jihan yang masih menunduk. Detak jantungnya semakin cepat seiring bertambah dekatnya Rian dengan dirinya.

"Ini, baca dan tanda tangan."

Jihan melihat lembaran kertas yang Rian letakkan di atas meja bersama sebuah pena.

Untuk beberapa saat Jihan terdiam, dia masih belum. mengerti apa yang bapak kosnya ini maksud.

"Apa maksudnya pak?"

"Baca biar ngerti!" Tegas Rian seakan menyudutkan mental Jihan.

Gadis itu pun langsung meraih kertas itu dan membaca satu persatu yang tertulis di dalamnya.

Mata Jihan melotot melihat total yang bisa di pinjamkan oleh bapak kos kepada dirinya. Namun, yang lebih membuat mata Jihan melotot adalah syarat yang harus dia penuhi.

"Tidak, saya itu mau meminjam pak bukan jual diri!" hardik Jihan tidak terima dengan kesepakatan ini.

Rian menoleh, menatap tajam kearahnya. Dia tidak suka mendengar siapapun berteriak kepada dirinya.

Dengan satu kali tarikan, tubuh Jihan langsung menempel dan terkurung di dalam pelukan Rian. Hembusan hangat deru nafas pria tampan itu dapat Jihan rasakan menerpa kulit lehernya.

Jihan semakin gugup, jaraknya dengan bapak kos nya terlalu dekat.

"Le-paskan saya pak" Cicit Jihan berusaha melepaskan diri dari Rian.

Bukannya menuruti permintaan Jihan, Rian malah semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Jihan.

"Tidak ada paksaan Jihan, semua tergantung pada keputusan mu. Jika ingin lanjut kuliah, silahkan tanda tangan, dan jika tidak silahkan pergi." Bisik Rian tepat di telinga Jihan, di akhir kalimatnya Rian sengaja menghembuskan nafas hangatnya ke ceruk leher Jihan. Sehingga membuat bulu kuduk Jihan seketika meremang.

Setelah itu, Rian pun melepaskan tubuh sintal Jihan.

Kini pilihan ada di tangannya Jihan. Dia harus memilih kuliah atau harga dirinya.

Di dalam surat perjanjian itu, Rian akan memberikan Jihan pinjaman berapa pun yang dia butuhkan. Namun, dengan imbalannya Jihan harus rela bila Rian mencumbunya.

"Pak, saya tidak mungkin melakukan.." Ucapan Jihan terhenti, dia tidak sanggup melanjutkan ucapannya.

Namun, Rian mengerti apa yang gadis itu takutkan.

"Tenang saja, aku tidak akan melakukan lebih dari cumbuan"

"Hanya mencium mu saja" Imbuhnya.

Ada rasa lega di hati Jihan, namun dia masih tetap ragu untuk menandatangani surat itu.

"Jika tidak mau ya sudah.." Rian mengambil surat itu dari tangan Jihan.

"Ehh..." Cepat cepat Jihan mengambilnya kembali. Lalu, dengan kecepatan kilat dia langsung menandatangani surat itu.

"Tidak masalah, toh tidak akan menjadi masalah jika hanya berciuman. Demi masa depan ku" batinnya.

Rian tersenyum smirk, rencananya mulai berhasil. Dia menyimpan surat itu dengan rapi dan aman di dalam laci meja kerjanya.

Kemudian, Rian langsung meraih ponselnya dan mengirimkan sejumlah uang sesuai yang tertera di kertas tadi.

10.000.000

"Sudah, uangnya sudah masuk" ucapnya menunjukkan struk bukti pengiriman berhasil.

Jihan langsung memeriksa rekening nya. Benar saja, sejumlah uang bernilai sangat besar baginya sudah masuk. Dalam sekejap mata ia sudah memiliki banyak uang.

"Terimakasih pak"

Rian tidak menjawab, dia kembali mendekati Jihan.

Gadis itu gugup, langkah itu semakin dekat dan tap. Rian berdiri di hadapannya.

Jihan semakin tak karuan, dia tidak pernah berada dekat dengan pria seperti ini sebelumnya. Jantung nya seakan ingin lepas.

"Oh my God, apa dia ingin sekarang???" panik Jihan dalam hati.

"Aku sudah melakukan apa yang menjadi tugas ku di surat itu. Sekarang giliran kamu." Rian menarik pinggang Jihan merapat ke tubuhnya, membuat gadis itu semakin gugup.

"A-apa harus sek-"

Belum sempat Jihan menyelesaikan kalimatnya, Rian sudah membungkam bibirnya. Gadis yang selama ini menarik perhatiannya.

Rian memang pria dewasa yang hampir kepala 3. Dia sama sekali tidak berniat ingin menikah, dia hanya ingin hidup sendiri setelah mengalami patah hati.

Bukan tidak bisa move on, tapi Rian sudah tidak percaya lagi dengan wanita.

Namun, ketika bertemu dengan gadis belia yang baru lulus SMA satu tahun lalu, membuat gejolak di dada Rian kembali memburu.

Apa dia jatuh hati? Entah lah, pria itu merasa nyaman dan ingin memiliki gadis itu seutuhnya. Di tambah lagi pria itu tahu jika Jihan gadis yang polos dan masih bersegel.

Selama satu tahun ini Rian menyelidiki latar belakang Jihan, dan dia sudah yakin bahwa gadis itu sangat baik dan cocok untuk dirinya.

Ciuman itu berawal biasa saja, tidak ada balasan dari Jihan. Hanya Rian yang terus mengecap bibir yang mendadak menjadi candu baginya.

"Hmm...Ehm..." Lenguh Jihan ketika Rian mulai menjalankan aksinya dalam menyenangkan wanita.

Tangan Rian terus memeluk tubuh Jihan semakin erat, satu tangannya lagi mulai merambat keatas.

Jihan sadar, dia berusaha mencegah tangan Rian.

"Ja-ngan pak, ini gak bisa." Cegah Jihan di sela sela aktivitas nya bersama dengan Rian.

"Stt... Ahh, pa stop" Lenguhan kembali keluar dari bibir Jihan ketika ciuman itu merambat ke leher jenjangnya. Rian benar benar di buat mabuk kepayang, dia tidak bisa menahan diri ketika sudah mencumbu gadis ini. Sungguh Jihan menjadi candu baginya, berbeda dengan gadis yang dulu menjadi tambatan hatinya.

"Gila, ini sungguh gila" batin Rian.

Jihan mulai terlena, ciuman Rian membuatnya mabuk kepayang. Ini adalah pengalaman pertama bagi gadis itu. Pengalaman yang luar biasa membuat dirinya tidak terkendali.

Saat akan menarik leher baju Jihan ke bawah untuk menggapai belahan buah melon nya yang ranum, tiba tiba sebuah ketukan di pintu ruangannya terdengar.

Tok!! Tok!!

Deg.

Jihan langsung membuka matanya lebar, mendorong Rian yang hampir menjilat belahan dadanya.

"Kelewat batas pak!" Protesnya menjauh dan memperbaiki posisi leher baju kaosnya.

Deru nafas keduanya terlihat memburu, Jihan merutuki dirinya yang hampir mabuk kepayang di buat oleh bapak kos.

Saat Rian akan mendekatinya lagi, Jihan mengingatkan bahwa ada seseorang di luar sana.

"Pak ada orang!"

Kedua tangan Rian mengepal, kegiatannya sangat tanggung. Nafsunya sudah berada di ubun ubun.

"Sial!" Umpat Rian menggeram.

Dengan cepat pria itu membuka pintu dan melihat bi Warti berdiri di depan pintu. Wanita paru baya itu terlihat gugup melihat tuannya yang terlihat marah.

"Maaf tuan, ada tamu di depan." Cicit Bu Warti menunduk takut.

"Wah ada tamu, saya permisi dulu pak, bi" Ujar Jihan menggunakan kesempatan ini untuk kabur. Secepat kilat gadis itu langsung keluar melalui pintu samping agar tidak bertemu dengan tamu bapak kos nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!