Semenjak kejadian Rian masuk ke dalam kamarnya, Jihan membeli gembok yang tidak bisa di bobol, kemudian memasangnya ke pintu kamar kos miliknya.
Jihan tidak mau kejadian itu terjadi untuk yang kedua kalinya.
Bukan hanya itu, Jihan juga terkesan menghindari Rian. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di luar, kemudian pulang ketika Ria tidak ada.
Dia berusaha mencari pekerjaan paru waktu agar bisa segera melunasi hutang pada bapak kos mesumnya itu.
Jihan duduk di bangku taman kampus, termenung memikirkan bagaimana nasibnya selanjutnya. Sudah Satu Minggu dia mencari pekerjaan, namun masih belum ia dapatkan.
"Bagaimana aku bisa terlepas dari pria ini???"
"Pria siapa?"
Deg.
Jihan segera menoleh, Irwan sudah duduk di sampingnya.
" Sejak kapan kamu ada di sini?" tanya Jihan panik, dia takut Irwan mendengar keluh kesahnya.
"Baru saja, uhm.. Siapa yang kamu maksud Jihan?"
"Bukan siapa siapa, kamu datang kesini ada apa?" Tanya Jihan mengalihkan pembicaraan.
Irwan hanya menghela nafas, dia merasa Jihan menyembunyikan sesuatu. Namun, Irwan tetap tersenyum pada Jihan.
"Tadi kebetulan lewat BAK, pak Suryo ngasih ini nih" jawab Irwan menjelaskan seraya menunjukkan surat yang tadi di titipkan padanya untuk Jihan.
"Apa ini?" Jihan menerima surat itu, lalu segera membukanya.
Mata yang di hiasi oleh bulu bulu yang lentik terlihat tidak berkedip membaca isi surat. Hatinya semakin remuk, otaknya semakin kalut.
Hutang pada Rian belum bisa ia angsur, sekarang surat cinta dari bagian keuangan pun datang.
"Astaga, bagaimana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu..." Erang Jihan mulai frustasi.
Irwan menatap iba pada gadis itu, tapi dia tidak bisa berbuat apa apa. Andai saja dia sudah bayar SPP, maka akan Irwan pastikan dia membantu Jihan. Sayangnya dia juga belum bayar SPP, dan uangnya hanya cukup untuk membayar SPP dirinya sendiri.
"Maaf yah Jihan, aku gak bisa bantu kamu." Ungkap Irwan sedikit berat hati.
Jihan menoleh, dia tersenyum simpul dan mengerti keadaan Irwan.
"Tidak masalah, aku akan memikirkan bagaimana mendapatkan uang, kamu tenang saja" balas Jihan.
Mereka duduk beberapa menit di taman, setelah itu Jihan memutuskan untuk pulang ke kos nya.
"Mau aku antar gak?" tawar Irwan.
"Gak usah, aku lagi pengen sendirian sorry." Tolak Jihan lembut. Kemudian pergi meninggalkan Irwan menuju ke gerbang kampus.
Sedangkan Irwan, dia hanya bisa menatap kepergian Jihan. Terlalu sadar diri, Irwan terpaksa pasrah jika di tolak oleh Jihan.
Jihan pulang menggunakan ojek online, dia sampai tepat pukul 5 sore. Terlihat pekarangan rumah bapak kos nya sangat sepi. Para penyewa kos di sini rata rata anak kuliahan dan orang pekerja lajang. Mereka biasa pulang hampir larut malam. Hanya Jihan yang selalu pulang di sore hari.
"Hei.." Sapa seseorang.
Nisa menoleh, kemudian tersenyum pada wanita paru baya ya g terlihat awet muda.
"Kamu kos di sini?" tanya wanita itu.
"Iya Bu, saya menempati kamar no 15. Palong ujung itu." Jihan menunjuk kamarnya.
"Oh yang ada gemboknya?"
"Iya Bu" Jihan sedikit kikuk, karena hanya kamarnya yang di beri gembok, besar lagi.
"Kok di gembok? pernah kemalingan?"
"Engga kok Bu" Jihan menggeleng cepat. " Waspada aja Bu, apalagi yang punya kan cowo, masih lajang lagi. Pasti dia memiliki kunci ganda."
"Ehm bukan suuzon atau memfitnah, ini pesan ibu saya saja Bu" Jelas Jihan agar wanita itu tidak salah paham dan berpikir buruk tentang pemilik kos.
"Bagus itu, jadi cewe harus memiliki kewaspadaan yang tinggi" Balas wanita yang Jihan tidak tahu adalah ibu dari bapak kos nya.
"Oh iya, ibu siapa yah. Kok saya baru lihat?"
Fio tersenyum, dia ya g sedang berjalan jalan di sekitar rumah putranya tertarik dengan gadis yang pulang lebih awal di bandingkan dengan wanita lainnya yang kos di kosan putranya.
"Saya ibu dari pemilik rumah ini."
Duarr...
Bak di sambar petir, Jihan merasa hidupnya dalam ambang kematian.
Baru saja dia bercerita soal kewaspadaannya yang seolah olah menuduh bapak kos nya cabul, meskipun itu kenyataannya. Ternyata dia bercerita pada ibu orang tersebut.
Fio tersenyum hangat, dia tahu Jihan merasa tidak enak dengan perkataan nya tadi. Dengan santai Fio mengusap bahu Jihan.
"Santai saja nak, jika ibu menjadi kamu. Ibu juga akan melakukan hal yang sama."
Jihan tercengir tak enak hati,dia benar benar merasa bersalah pada wanita ini.
Dari dalam rumah, Rian terus memperhatikan interaksi antara mamanya dan wanita pujaannya.
"Cukup akra " gumamnya tersenyum senang.
"Nah itu putra saya"
"Pak Rian?" kaget Jihan, Rian berjalan kearah mereka.
"Bapa" ulang Fio.
"Tuh kan Rian, kamu sudah di panggil bapak sama anak kuliahan, tapi kamu masih belum mau menikah." Celetuk Fio.
Jihan malah semakin salah tingkah, apalagi tatapan mata Rian yang begitu taj seolah ingin menusuk ke jantungnya.
"Maaf Bu, bukan karena ketuaan, karena pemilik kos jadi kami memanggil pak."
"Tidak apa apa, sudah wajar kok di panggil bapak. Biar dia sadar dan menikah" Balas Fio mencibir Rian.
Rian hanya memutar mata malas mendengar ocehan sang mama. Matanya kembali menatap Jihan yang kebetulan juga melihat kearahnya.
"Jihan, sudah waktunya membayar uang kos."
"Huh? tanggal berapa sekarang pak?" lagi lagi Jihan kaget, dia tidak tahu apakah ibu dan anak ini di ciptakan untuk mengagetkan dirinya saja.
"Tanggal 15 Jihan, anak lain sudah pada menyetor, hanya kamu saja yang belom." Rian terlihat tegas dan dingin. Fio sampai merinding melihat bagaimana cara putranya meminta sewa kos.
"Sopan lah sedikit Rian, bagaimana mungkin kamu meminta sewa dengan cara seperti itu!"
"Kalau terus begini, kamu tidak akan menikah. Cobalah lembut sedikit pada wanita!" omel Fio seraya memukul bahu Rian.
"Mama apa apaan sih,memang begini cara Rian memintanya. Lihat tu, kos nya penuh semua,gak ada yang kabur!" Protes Rian seraya menunjukkan kesuksesannya dalam mengelola dan mengembangkan usaha kecil ini.
"Bodo amat lah, yuk Jihan kamu ikut Tante saja. Di sini sendirian tanpa teman mengobrol rasanya tidak seru." Fio menarik lengan Jihan untuk ikut bersamanya dengannya.
"Tapi Tan, pak Rian nya?"
"Udah, biarkan saja dia. "
Jihan terpaksa mengikuti Fio ke halaman belakang rumah Rian. Di sana terlihat banyak buah buahan dan juga bunga.
Jihan berdecak kagum, dia tidak menyangka di belakang kos nya terdapat kebun dan taman bunga seindah ini.
"Kamu terlihat terkejut, apa kamu tidak pernah ke sini?"
Jihan menggeleng, dia memang tidak pernah datang ke sini. Bahkan dia baru tahu kalau ada tempat seindah ini di belakang rumah Rian dan di belakang bangunan kos nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments