Kecewa

Semenjak kejadian itu, baik Fio maupun Rian di hindari oleh Jihan. Dia benar benar kecewa,mereka sangat tega melakukan hal ini kepadanya.

Tampa terasa sudah 1 Minggu Jihan tidak bertemu dengan Rian. Dia berusaha menyibukkan diri di kampus atau di luar. Kemudian pulang ketika Rian tidak berada di rumah.

Sedangkan Fio, Jihan selalu memperhatikan sekitarnya agar tidak bertemu dengan wanita itu. Dia masih sangat kecewa dengannya.

"Gimana, apa dia sudah mau bertemu dengan mu?" tanya Fio pada putranya.

Rian hanya menggeleng, dia masih belum bertemu dengan sang pujaan hati.

"Sepertinya dia sangat kecewa kepadaku" lirih Rian. Entah darimana Jihan mendapat uang,dia langsung mengembalikan uang Rian yang pernah ia pinjam.

"Ini semua salah mama."

"Loh kok mama, kamu yang mainnya gak baik tuh!"

"Apaan, aku main sampai dia keenakan, tapi cara mama yang membuat dia marah."

"Tapi kamu kan enak juga "

"Ya iya sih, tapi kan mama mesti diskusi dulu sama aku."

"Diskusi apanya, kamu saja tidak memberitahukan mama kalau dia calon mu."

Rian terdiam, ini memang salahnya yang tidak memberitahu pada kedua orang tuanya.

Ting tong...

"Mama ngundang teman?" tanya Rian sinis, dia paling tidak suka jika mamanya mengajak teman temannya main ke rumah milik dirinya.

Fio menggeleng, dia tidak mengundang siapapun datang ke sini.

"Lalu, siapa tamu itu?" tanya Rian lagi.

"Mana mama tahu, orang ini rumah kamu."

Rian memanggil bi Warti, meminta art nya untuk membuka pintu dan melihat siapa tamu yang tidak di undang itu.

Tak berapa lama, terdengar suara cempreng Celsi terdengar dari depan. Dia tersenyum lebar saat mendapati Fio dan Rian duduk bersama di sofa.

"Hai Tante, hai Rian" sapa Celsi sok lugu.

"Mau apa kamu ke sini?" Rian menatapnya dengan tatapan tajam.

"A-aku.." Celsi tampak gugup, apalagi Fio tampak tidak membantu nya.

"Tante, aku datang ke sini mau meminta maaf atas kesalahan mama ku."

"Oh benarkah?"

"Iya Tante, mama sudah salah bicara. Aku tidak berpikir dia akan melakukan hal seperti itu. Maafkan mama Tante"

Fio tampak biasa saja, dia sudah tidak terlalu mengubris Celsi. Fio memang tegas dan melihat bibit bebet bobot jika berteman atau mencari calon untuk anaknya. Tapi, orang yang tulus dan berbudi baik adalah yang paling Fio utamakan.

"Baiklah"

Sontak Celsi tersenyum senang,dia langsung memeluk Fio yang terlihat enggan membalas pelukan nya.

"Terimakasih Tante, mama pasti senang mendengar ini. Oh iya apa Tante punya waktu besok, kata mama dia mau mengundang Tante makan siang." Ucap Celsi,sesekali matanya menatap Rian yang tidak mau menatap kearahnya.

"Maaf Celsi, mungkin lain kali."

Celsi mengangguk pelan, tidak apa apa mereka cuek kepadanya. Terpenting baginya Fio sudah mau memaafkan mamanya dan sebentar lagi Rian pasti akan ikut menerimanya.

Dari luar, Jihan baru saja pulang dari kampus. Dia tampak lelah, beberapa hari ini sibuk mengerjakan tugas teman temannya agar mendapat uang.

"CK, kalian benar benar orang kaya tidak memiliki pendirian" decak Jihan kesal, ada nada marah dari nada suaranya itu. Dia melihat Rian dan Fio tengah duduk bersama seorang gadis yang Jihan kenal.

Dia pernah melihat gadis itu beberapa kali bersama Rian dan bahkan ketika kencan dulu.

Jihan meninggalkan halaman rumah Rian, dia terlihat kecewa.

Saat Jihan pergi, Rian melihat kehadirannya.

"Astaga, Jihan?" desis Rian langsung beranjak mengejar wanita itu.

"Jihan?" panggil Rian.

Mendengar namanya di panggil, Jihan langsung berjalan cepat masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu.

Brak brak

"Jihan buka pintu nya!!"

"Jihan!!"

Jihan tidak mendengarkan, dia menutup telinganya agar tidak mendengar suara Rian memanggil namanya.

"Sayang!" panggil Rian lagi.

Jihan menggeleng, dia kelewat kecewa. Setelah dirinya hancur seperti ini, Rian malah enak enaknya bersama wanita lain.

Kecewa? yah Jihan sudah mulai merasakan cinta di hatinya Tumbu untuk sang bapak kos.

Perlakuannya yang lembut meskipun sedikit mesum, tapi Jihan menyukainya. Dia sangat tersiksa menahan rindu belaian pria itu.

Namun, Jihan juga memiliki harga diri. Dia tidak mau harga dirinya di injak injak seperti ini.

"Baiklah, jika kamu masih marah pada ku, aku akan menunggu kamu sampai tidak marah lagi."

Perlahan Jihan mendengar langkah kaki Rian menjauh dari kamar kos nya.

Jihan terduduk di lantai, bersandar pada pintunya.

"Aku tidak akan terperdaya lagi, aku juga sudah membayar hutang ku."

Fio diam saja melihat kepergian putranya, dia berharap Rian bisa berbicara dengan Jihan dan mau memaafkan Rian.

"Tante, Jihan itu siapa?" tanya Celsi penasaran, dia mendengar Rian memanggil nama itu tadi.

"Bukan siapa siapa" jawab Fio datar.

Celsi tersenyum senang, dia pikir Jihan adalah kekasih Rian.

Hari itu Celsi berusaha mencari perhatian Fio. Dia terus mengajak Fio berbicara agar wanita itu kembali respek kepadanya.

Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Fio sudah terlanjur kecewa. Dia juga tidak suka dengan orang orang serakah seperti mama Celsi. Hanya menghargai sesama wanita, makanya Fio meladeni Celsi berbicara.

Rian masuk ke dalam rumahnya dengan lesu.

"Apa masih belum?" tanya Fio. Rian menggeleng, membuat Fio mendesah lemas.

Celsi yang mendengar percakapan itu di buat bingung. Entah apa yang kedua orang ini bicarakan. Hal ini juga membuat Celsi penasaran dan dia yakin ada hubungannya dengan yang namanya Jihan itu.

"Siapa Jihan itu? apa dia wanita yang Rian suka?" batin Celsi. Tidak akan, dia tidak akan membiarkan siapapun merebut calon suaminya.

Celsi pamit pulang, sebelum pulang dia melihat sekeliling rumah Rian dan juga deretan kos yang sebagian besar di huni oleh wanita.

"CK, apa mereka semua saingan ku?" Celsi tersenyum miring, dia tidak akan kalah dengan rakyat jelantah, dia yang seorang model tentu akan memenangkan hati Rian.

Celsi berjalan menuju ke mobilnya, tanpa sengaja dia melihat seorang gadis keluar dari sebuah kamar. Wajahnya sangat cantik, tubuhnya juga aduhai. Di antara semua wanita di sini, hanya wanita itu yang paling mencolok.

Dia adalah Jihan, gadis itu baru saja selesai mandi.

"Hai."

Jihan menoleh, dahinya mengerut melihat gadis cantik berdiri tak jauh darinya dengan senyum mengembang.

"Ngapain dia ke sini?" pikir Jihan sewot, dia tahu gadis ini adalah pacarnya Rian. Rasa cemburunya sangat membara, apalagi mengingat dia yang di khianati oleh Rian.

Oh bukan, tapi di jebak oleh Rian. Dia bukan siapa siapa tapi malah merasa di khianati, CK. Jihan tertawa sendiri di dalam hatinya. Sekuat mungkin dia berusaha untuk bersikap biasa saja pada wanita ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!