Lepas tengah malam, Raul kembali ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, ia sudah ditunggu oleh ayahnya di teras.
Melihat putranya pulang dengan lesu, ayah Raul tidak berkata apa-apa. Ia hanya diam dan merangkul Raul masuk ke dalam rumah.
Setelah mandi dan berganti baju, Raul duduk di meja makan untuk makan malam yang sudah disiapkan ibunya sebelumnya.
Ayah Raul duduk menemaninya di sana.
Meskipun mereka berdekatan, tapi mereka tidak berbicara.
Raul fokus melahap makanannya sementara ayahnya dengan tenang mengamatinya.
Sedikit banyaknya, ayah Raul tahu apa yang dilakukan putranya di luar sana, karena tetangganya telah memberitahunya kalau dia melihat Raul berkumpul bersama anggota Night Crawl di jalan.
Mendengar kabar kalau anaknya bergaul dengan anggota gangster sebenarnya cukup mengejutkannya, tapi tidak sampai membuat ayahnya merasa khawatir.
Tatapan yang diberikan Raul kepada ayahnya saat ia didatangi oleh Elias dan kawan-kawan pada waktu itu bukanlah tatapan orang lemah, melainkan tatapan orang yang memiliki tekad dan keberanian yang kuat.
Itu sebabnya ayahnya tidak begitu khawatir karena ia percaya bahwa Raul akan baik-baik saja.
Tapi melihat putranya pulang dengan lesu dan beberapa kali bengong saat makan membuat ayahnya berpikir bahwa ada kejadian yang mungkin telah membuat putranya terguncang.
"Apakah ada sesuatu yang terjadi saat kau bermain di luar sana?"
Ayah Raul tidak tahan lagi saat melihat putranya tersiksa seperti itu dan akhirnya menanyakannya secara terbuka.
"Um..."
Raul berpikir apakah ia harus memberitahu ayahnya atau tidak, dan setelah mempertimbangkannya selama beberapa detik, akhirnya ia memutuskan untuk menceritakan segalanya kepada ayahnya.
Ayah Raul mendengarkan dengan saksama cerita putranya.
Sejujurnya, ayah Raul tidak menyangka kalau putranya akan ikut campur dalam urusan organisasi dunia bawah, karena putranya yang ia besarkan selama ini adalah seorang anak yang berhati lembut dan bukan tipe orang yang akan melakukan pertarungan geng di jalanan.
Tapi yang membuat ayah Raul lebih tidak menyangka adalah fakta kalau putra semata wayangnya ini ternyata bertarung dengan baik dan bahkan mengalahkan enam orang sekaligus lalu menghajar bos musuhnya sendirian.
Ayah Raul awalnya tidak percaya, apalagi beberapa hari yang lalu putranya itu menjadi bulan-bulanan gangster yang menyatroni restorannya.
Tapi melihat tangan Raul memiliki beberapa luka, ditambah dengan mental putranya agak terganggu, membuat ayahnya mau tak mau mempercayainya.
"Jadi, kau merasa bersalah karena seseorang mencoba menyelamatkanmu dengan mengorbankan dirinya sendiri? Apalagi rupanya orang itu adalah orang yang pernah kau lukai sebelumnya, hm?"
"Iya."
Ayah Raul akhirnya mengerti alasan mengapa putranya pulang-pulang menjadi seperti ini.
Melihat seseorang sekarat karena mencoba menyelamatkannya tentu akan membuat hati siapa pun terguncang.
Terkhususnya Raul, yang mana ia diselamatkan karena kecerobohannya sendiri yang menurunkan penjagaannya karena berpikir kalau musuhnya sudah tidak berdaya lagi.
Akhirnya, kesalahan fatalnya itu mengakibatkan nyawa seseorang yang tidak bersalah berada di garis antara hidup dan mati.
Raul merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi pada Bob, dan rasa bersalahnya itu semakin besar saat ia menyaksikan satu per satu orang di bawah komandonya terkapar saat ditembaki oleh para petinggi Bloodhound.
Selain itu, Elias juga kritis gara-gara Raul terlalu percaya diri membiarkan Elias yang berurusan dengan bosnya sementara ia melakukan pertarungan satu lawan enam untuk mengetes seberapa baik kemampuan [Beladiri] yang dimilikinya.
Menurut Raul, ada terlalu banyak korban yang berjatuhan karena kegagalannya sebagai seorang pemimpin.
Jika ia mampu menyusun rencana yang lebih baik, mempertimbangkan lebih banyak faktor, menyingkirkan egonya untuk pamer, mengurus bos musuh dengan tangannya sendiri dan tidak memberi ampunan kepada orang yang berniat membunuh rekannya, mungkin jumlah korban yang ada bisa diminimalisir dan semua anggota pasukannya bisa menyelesaikan pertarungan tanpa cedera apa pun.
Namun sekarang, banyak di antara anggota pasukannya yang mengalami luka tembak. Bahkan beberapa di antaranya dalam kondisi kritis.
Di awal, Raul merasa tidak memiliki beban dan melakukan segalanya seolah itu bukan apa-apa karena yakin kalau segalanya akan berjalan sesuai perhitungannya.
Tapi ternyata ia salah.
Satu kesalahan bisa berakibat fatal, dan parahnya lagi, ia melakukan banyak kesalahan dalam waktu yang berdekatan.
Meremehkan bos musuh, mengampuni lawan, menurunkan penjagaan dan hanya diam menyaksikan pasukannya ditembaki oleh musuh.
Sebagai pemimpin, tidak seharusnya Raul kehilangan ketenangannya dan terganggu karena apa yang dilihatnya.
Raul sangat menyesal dan merasa sangat bertanggung jawab atas semua yang menimpa para pasukannya.
Raul tidak bisa melupakan perasaan itu yang membuat dirinya terus merosot.
Melihat Raul kembali termenung membuat ayahnya akhirnya menyampaikan pendapatnya.
"Menurut Ayah, ini bukanlah hal yang bisa dihindari. Lagi pula, semuanya bisa terjadi dalam perang, kan? Dan kita juga tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan oleh musuh."
Perkataan ayahnya masuk ke dalam telinga Raul, tetapi tidak mencapai hatinya.
"Jika kau merasa bersalah, itu bagus. Karena sebagai seorang pemimpin, penting untuk memiliki rasa tanggung jawab terhadap bawahannya."
Ayah Raul terus mengatakan pemikirannya atas apa yang terjadi pada putranya.
"Selain itu, Ayah yakin kalau orang yang menghalau pelurunya untukmu, tidak ingin melihatmu terpuruk seperti ini. Pasti ada alasan mengapa ia mengorbankan dirinya untukmu."
Ayah Raul mendekatkan kursinya kepada Raul.
"Ayah tidak tahu mengapa kau sampai terlibat dalam perselisihan antar organisasi seperti itu. Tapi, kau harus ingat, kau bukanlah bagian dari mereka. Kau hanya orang biasa. Ketika orang biasa memimpin sebuah organisasi dalam pertarungan jalanan, tentu hal wajar jika ia melakukan beberapa kesalahan. Lagi pula, kau tidak tahu bagaimana cara dunia bawah bekerja, kan?"
Kali ini, Raul merespon dengan menatap wajah ayahnya.
"Adalah hal yang baik ketika kita langsung mendapatkan pelajaran di awal daripada tidak mendapatkan pelajaran sama sekali. Dengan melakukan kesalahan, kita akan tahu apa kekurangan diri kita dan kita akan belajar dari itu. Kita juga bisa memperbaiki diri kita dan menjadi orang yang lebih baik lagi ke depannya."
Ayah Raul merangkul anaknya.
"Oleh sebab itu, jangan terlalu membenamkan dirimu dalam penyesalan. Lagi pula, tidak ada yang namanya perang tanpa jatuhnya korban, kan? Itulah konsekuensi dari yang namanya perang."
Ayah Raul bangkit dan meninggalkan Raul di dapur sendirian.
Ayah Raul merasa bahwa dirinya sudah memberikan ceramah yang cukup untuk putranya. Sisanya, ia hanya perlu membiarkan putranya merenungkannya. Entah apakah putranya akan bangkit atau semakin terpuruk, semuanya tergantung pada dirinya sendiri. Tugasnya sebagai ayah sudah selesai.
Di dapur, Raul membenamkan dirinya dan merenungi setiap perkataan ayahnya selama beberapa saat sebelum kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
...****************...
Keesokan harinya, Raul dijemput oleh Ted untuk datang ke Night Club.
Alex yang melihat kedatangan Raul merasa lega karena raut wajah Raul hari ini sudah lebih cerah daripada kemarin yang terlihat suram.
'Sepertinya dia sudah berdamai dengan dirinya sendiri.'
Setelah itu, Alex menjelaskan kepada Raul soal hasil dari perang kemarin.
Night Crawl berhasil mengambil kembali uang mereka yang dirampas oleh Bloodhound, dan lebih dari itu, mereka mendapat bonus dengan mengambil alih dua bisnis mereka, yaitu arena bertarung Bloodhound Ring dan dua bar.
Mereka juga sukses mengumpulkan semua uang yang disimpan oleh Bloodhound.
Tadinya, mereka ingin membagikannya dengan Scarlet dan juga pengawal khusus, tapi mereka menolaknya, jadi Alex memutuskan untuk memberikannya kepada Raul yang telah menjadi pihak paling berjasa dalam perang ini.
Tapi Raul menolaknya, merasa tidak pantas karena telah menyebabkan banyak korban.
Namun, Alex tetap memaksanya.
"Hei, dengarkan aku. Jika bukan karenamu, jumlah korban yang kita derita pasti akan lebih banyak dari ini."
Alex menatap mata Raul.
"Jika tidak ada dirimu, kita yang hanya memiliki enam puluh orang yang siap bertarung, sudah tidak diragukan lagi akan menjadi mangsa yang empuk bagi mereka!"
Alex mendekatkan dirinya pada Raul.
"Jika tidak ada kau, akulah yang akan mati, bukan Jean!'
Apa yang dikatakan Alex benar.
Walaupun ada beberapa hal di mana Raul melakukan kesalahan, tapi jika tidak ada Raul, maka yang seharusnya bubar tadi malam bukanlah Bloodhound, tapi Night Crawl.
Kata-kata Alex berhasil membuat Raul merasa lebih baik.
Tapi kemudian...
"Bos! Kita mendapat kabar dari rumah sakit kalau Bob sudah tiada!"
*Bruakk!
Ted, yang mendengar kabar kematian adiknya, terduduk lemas di lantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments