Setelah ikut campur dalam percobaan penculikan, Raul tidak bisa untuk tidak merasa gelisah.
Apalagi selain menggagalkan penculikan itu, Raul juga bertarung dengan pemimpin mereka.
Di benak Raul, ia takut jika para berandalan itu akan mencarinya dan menyebabkan masalah untuk keluarganya.
Itu sebabnya selama beberapa hari ini, Raul tidak berani keluar rumah. Ia memilih untuk menghabiskan seluruh waktunya menjadi pelayan di restoran milik keluarganya.
Tapi sepertinya kegelisahan Raul sia-sia, karena beberapa hari ini semuanya berjalan lancar dan tidak ada masalah apa pun yang menimpanya.
Raul juga tidak melihat ada orang-orang mencurigakan yang melewati kediamannya atau orang tak dikenal yang mencarinya.
Satu-satunya orang yang mendatanginya adalah Aaron.
Ia mengunjungi restoran milik keluarga Raul untuk makan siang sekaligus untuk memperlihatkan kepada Raul bahwa dia sudah mulai bekerja sebagai kurir.
Orang tua Raul sempat bingung karena motor yang digunakan Aaron sangat mirip dengan motor milik Raul. Namun setelah diberi penjelasan oleh Raul, mereka memuji kedermawanan Raul dan mendoakan yang terbaik untuk karir Aaron.
Dua sahabat itu kemudian membicarakan banyak hal sebelum Aaron pamit untuk melanjutkan pekerjaannya.
Hari itu berjalan lancar dan hasil penjualan restorannya cukup baik yang membuat Raul dan keluarganya merasa puas.
Namun ternyata, semua kedamaian yang dirasakan Raul beberapa hari terakhir ini adalah tanda datangnya malapetaka.
Saat Raul dan ayahnya sedang menutup toko, tiba-tiba mereka didatangi sekelompok orang tak dikenal.
Saat Raul memperhatikan, ternyata kelompok itu adalah kelompok yang sama dengan yang mencoba menculik gadis yang ditolong Raul waktu itu.
Pria bertato yang berdiri di paling belakang, dengan suara menggelegar memanggil Raul.
"Oi, bocah! Aku akan memberimu dua pilihan! Ikut kami dengan patuh atau ikut kami dengan paksaan!"
Anak buah pria bertato yang berdiri di depannya melakukan berbagai gestur yang membuat bulu kuduk Raul merinding.
Ada membunyikan jari, mengelus-elus kepalan tangan, hingga memainkan tongkat di tangannya.
Melihat ada sekelompok orang yang mencari masalah dengan anaknya, ayah Raul maju melindungi anaknya
"Siapa kalian? Mengapa kalian mencari anakku?"
Pria bertato yang melihat ayah Raul berdiri dengan sikap melindungi, tersenyum dan menjawabnya
"Lebih baik jika kau menyingkir, Pak Tua. Kami punya urusan dengan anakmu, jadi tolong jangan ganggu pekerjaan kami."
Meski sudah diberi peringatan, tapi Ayah Raul sama sekali tidak gentar. Ia bahkan hendak melangkah maju menghadapi mereka sebelum dihentikan oleh Raul.
"Ayah, biarkan aku yang menangani ini."
"Tapi-!"
"Ayah, lindungi Ibu saja di dalam."
Ayah Raul khawatir jika terjadi apa-apa pada anaknya, tapi Raul terus meyakinkannya.
"Tenanglah. Aku akan baik-baik saja. Jadi percayalah padaku."
Melihat mata anaknya yang dipenuhi tekad membuat ayah Raul mundur dan masuk ke dalam restoran, menemani istrinya.
"Bagus! Kau memilih pilihan yang tepat! Ayo, ikuti kami."
Saat pria bertato itu mau membalikkan badan, Raul berkata, "Siapa bilang aku akan mengikuti kalian?"
Raul mengacungkan jari tengah kepada pria bertato itu.
Pria bertato yang tadinya bersikap tenang menjadi naik darah.
Ia mengintruksikan bawahannya untuk menangkap Raul terlepas dari apa metode yang akan mereka gunakan.
'Kau membuat kesalahan besar karena memprovokasiku, bocah.'
'Seharusnya kau menurut saja saat aku memintanya dengan baik-baik.'
'Karena semuanya sudah seperti ini, jangan harap mendapat pengampunanku.'
Pria bertato itu menyilangkan lengannya saat ia menyaksikan anak buahnya mengerubungi Raul layaknya semut yang berjumpa manisan.
Mereka mengelilingi Raul dari segala arah.
Raul, yang sedang dalam posisi tidak menguntungkan, mempertahankan sikap tenangnya meski jantungnya berdebar tak karuan.
Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan selanjutnya.
Ia dengan impulsif memprovokasi bos gangster di depannya, dan sekarang, ia sedang dihadapkan pada hasil dari tindakan konyolnya tersebut.
Raul dalam hati berharap jika polisi tiba-tiba muncul lagi entah dari mana, tapi ia sadar bahwa tidak mungkin kebetulan yang sama akan terjadi dua kali.
Ia ingin menyerah dan mengikuti mereka seperti yang mereka suruh, tapi pilihan itu sudah mustahil untuk dilakukan sekarang.
Satu-satunya yang bisa Raul lakukan saat ini adalah melawan. Ia harus melawan untuk mengulur waktu sampai bala bantuan datang. Meski ia tidak tahu bala bantuan macam apa yang akan datang dan siapa yang memanggilnya.
Saat ini, Raul benar-benar menyerahkan takdirnya pada keberuntungan.
Raul melihat sekitar, mencari sesuatu yang bisa dijadikan senjata untuk melawan.
Tepat saat Raul sedang berpikir begitu, ayahnya dari dalam restoran melemparkan sekop kepadanya.
"Raul! Tangkap ini!"
Raul dengan sigap menangkap sekop itu.
Raul bertanya-tanya di dalam hatinya, 'Dari mana ayah mendapatkan sekop ini?' Tapi dari mana asalnya tidak penting, yang penting adalah bahwa ia sudah memiliki senjata di tangannya sekarang.
Raul melakukan kuda-kuda layaknya prajurit yang siap menyerang.
Melihat postur Raul, para berandalan itu tertawa.
"Bwahahaha! Kau pikir sekop itu bisa membantumu?! Kau terlalu naif, bung!"
Salah satu dari berandalan itu menertawai Raul.
Raul tahu jika sekop yang dipegangnya belum tentu bisa membawanya lepas dari situasi ini, tapi setidaknya memiliki pegangan lebih baik daripada tidak sama sekali.
Para berandalan itu mencoba mendekat selangkah demi selangkah ke Raul, namun setiap kali mereka melakukan itu, Raul mengayunkan sekopnya sekencang yang ia bisa.
Merasakan bahaya dari ayunannya, mau tak mau para berandalan itu berhati-hati untuk tidak mengenainya.
Walaupun Raul sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi semakin lama waktu berjalan, semakin terpojok dia.
Saat ini punggung Raul sudah menyentuh tembok, yang artinya hanya tinggal menunggu waktu saja bagi Raul untuk ditangkap oleh mereka.
Terpepet oleh keadaan, Raul mengambil kursi di sampingnya dan melemparnya secara asal pada mereka.
Terkejut oleh tindakan tiba-tiba Raul, seorang berandalan tidak mampu menghalau kursi yang terbang ke arahnya dan kursi itu menghantam kepalanya.
Hal itu menyebabkan aliran darah segar menetes keluar melalui kulit wajahnya.
Karena keributan yang semakin besar, orang-orang di sekitar tempat kejadian berkerumun dan merekam semua hal yang terjadi di sana.
Para berandalan yang melihat temannya terluka, menghiraukan kerumunan warga dan menyerang Raul secara membabi buta.
Raul yang terdesak, mengayunkan sekop yang dipegangnya secara brutal.
Sekop yang diayunkannya beberapa kali mengenai kepala dan tangan para berandalan, namun mereka tidak menurunkan tensi serangannya.
Akhirnya, pertahanan Raul berhasil diterobos dan dia menerima pemukulan dari para berandalan tersebut.
Raul hanya bisa bertahan, menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Saat berandalan itu sedang ganas-ganasnya menyerang Raul, pria bertato yang merupakan bos mereka berteriak.
"Hentikan!"
Para berandalan yang mendengar teriakan bos mereka menghentikan penyerangan mereka.
"Bos besar menyuruh kita untuk kembali. Misinya dibatalkan."
"Tapi, Bos-!"
"Diam!"
Salah satu bawahannya menyatakan keberatannya, namun segera dipotong oleh pria bertato itu.
"Ayo kembali. Kita sudah menarik perhatian terlalu banyak."
Para berandalan itu dengan enggan mengikuti pria bertato kembali ke markas mereka.
Tapi sebelum mereka sempat meninggalkan lokasi, Raul dengan luka lebam di sekujur tubuhnya, melemparkan sekopnya ke arah mereka sebagai perlawanan terakhir.
Sekop yang terbang itu, sekali lagi menghantam kepala salah satu berandalan itu yang menyebabkan kepalanya bocor.
Melihat rekannya terkapar, mereka berniat untuk menghajar Raul sekali lagi sebagai balas dendam, tapi mereka dihentikan oleh bos mereka.
"Hentikan."
Pria bertato itu melihat kondisi anak buahnya.
"Cepat bawa dia ke klinik. Dia butuh perawatan."
Pria bertato menatap Raul, orang yang menyebabkan bawahannya terluka.
"Akan kuingat apa yang kau lakukan hari ini. Jika bos besar tidak memanggilku sekarang, sudah kucopot tanganmu saat ini juga."
Raul yang mendengar ancaman pria bertato, mengacungkan jari tengah kepadanya sebagai tanggapan.
Dia memasang senyum meledek di wajahnya yang membuat pria bertato itu geram.
Tapi pria bertato itu mampu menahan amarahnya dan pergi meninggalkan Raul yang penampilannya cukup menyedihkan.
Memastikan kalau para berandalan itu sudah pergi, orang tua Raul segera mendekati Raul untuk mengecek kondisinya.
Raul tidak menderita luka berarti selain luka lebam di beberapa titik.
Ibu Raul mengambil kotak P3K untuk merawat luka Raul.
Aksi heroik Raul yang terekam oleh banyaknya kamera warga yang menonton penyerangan itu, viral di internet.
[Viral! Seorang pemuda tampan dengan gagah berani melawan para gangster yang mencoba mengusik bisnis orang tuanya!]
[Satu lawan lima, siapa takut?!]
[Pemuda tampan di jalan xxx berhasil mengusir komplotan gangster yang mencoba memalak orang tuanya!]
[Aksi heroik pemuda yang mempertahankan restoran keluarganya menuai banyak pujian dari masyarakat!]
Berbagai judul megah menghiasi banyak media online maupun media cetak.
Wajah Raul saat ini terpampang di semua surat kabar lokal.
Para pria iri dengan keberanian Raul sementara para wanita terpesona oleh wajah tampannya.
Berkat pertarungan itu, Raul menjadi topik pembicaraan hangat seisi kota.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Rizky Fadillah
kecewa aku
2024-05-20
1