Vania kesal

Adira pulang dengan diantarkan oleh Johan. Ella memang tidak tahu, jika Adira belum pulang. Karena setelah mengantar Vania ke rumah, dia langsung menuju butiknya.

Adira sampai bertepatan dengan Ella, melihat mertuanya mengantarkan Adira. Ella langsung memberikan tersenyum dan menyalami mertuanya.

"Baru pulang kamu nak?" tanya Johan, sedangkan Adira langsung masuk kedalam. Karena lagi malas bertemu Ibunya.

"Iya Yah, Ayah kok bisa bareng sama Adira?" sambil berjalan.

"Oo tadi, Ayah bantu Adira untuk ambilkan rapornya. Dia kan, gak punya keluarga. Selain Kakeknya." sindir Johan.

"Bu-bukan begitu Ayah, Ayahnya anak-anak hari ini keluar kota. Dan aku nemani Vania ambil rapor. Tapi, aku udah minta tolong sama Bu Mar kok Ayah." bela Ella.

"Awas kamu Adira! Kamu mempermalukan aku sama Kakekmu." batin Ella

Johan menghela napas dan menghentikan langkahnya. Dan Ella juga ikut menghentikan langkahnya.

"Kenapa, sesekali gak Vania saja yang di temani Bu Mar? Kenapa harus Adira? Berulang kali Ayah katakan. Adira anak kalian. Dia juga punya perasaan. Vania memang lebih membutuhkan kalian. Tapi seolah-olah kalian memperlakukan Adira seperti dia bukan bagian dari kalian." papar Johan kembali melangkahkan kakinya.

"Maaf Ayah ..." lirih Ella.

"Jangan minta maaf pada Ayah, minta maaf lah pada anakmu. Orang tua pun, harusnya bisa meminta maaf pada anak. Itu berguna untuk membesarkan hatinya." seru Johan.

Setelah menikmati suguhan yang disediakan. Johan akhirnya pamit. Tentu saja Vania dan Adira juga ikut untuk mengantarkan Kakek tercintanya.

"Adira, kamu cerita apa saja sama Kakek?" tanya Ella menarik tangan Adira. "Kamu udah bikin Ibu malu tahu gak?" teriak Ella. Dia memang sudah sejak tadi menahan amarah. Apalagi saat mengambil rapor Vania yang tidak sesuai harapannya.

"Aku gak cerita apapun Bu." kilah Adira.

"Dia pasti bohong Bu. Kalau gak, kenapa Kakek bisa ambil rapor mu?" tanya Vania mencoba untuk memanfaatkan suasana.

"Iya, coba kamu jelaskan, kenapa Kakek bisa ambil rapormu?" tanya Ella.

"Adira!" seru Ella karena Adira tetap bungkam.

"Karena aku cemburu sama semua teman-temanku. Bahkan banyak dari temanku mengira jika aku adalah anal dari Bu Mar, ataupun Bu Siti. Gak ada satupun dari mereka yang tahu wajah asli dari Ibu dan Ayah." teriak Adira.

"Itu bukan alasan yang masuk akal." ucap Ella.

"Jadi, menurut Ibu, apa alasan yang masuk akal?" tanya Adira. "Bahkan, Ibu gak pernah tahu aku dikelas mana. Saat rapat wali murid pun. Ibu tidak pernah datang kan? Jadi aku salah?" tanya Adira beruntun, dia langsung meninggalkan Ibu dan Vania.

Baru saja Adira melangkahkan kakinya beberapa langkah.

"Adira?" panggil Vania membuat Adira menghentikan langkahnya.

Vania langsung menarik kalung yang dipakaikan oleh Adira. Dan itu membuat Adira menjerit karena sakit.

"Dapat dari mana?"

"Bukan urusan mu." jawab Adira mencoba untuk merampas kembali kalungnya. Namun gagal karena keburu di ambil Ella.

"Dapat dari mana?" tanya Ella menekan.

"Kakek yang beri. Kembalikan punyaku." rampas Adira.

"Kenapa Kakek bisa memberimu kalung?" tanya Vania cemburu.

"Karena aku mendapatkan juara satu." jawab Adira.

"Bu ,,, aku juga mau." rengek Vania.

"Diam Vania, kamu bahkan tidak dapat juara." bentak Ella meluapkan emosi.

"Ibu ..." lirih Vania dengan mata berkaca-kaca. Bahkan meninggalkan Adira dan Ibunya.

"Wah benarkah? Aku baru tahu kalau Kakak gak dapat juara." teriak Adira sambil terkekeh, sambil berlari menaiki tangga menuju kamarnya.

"Adira, mau kemana? Ibu belum habis bicara." teriak Ella.

...🍁🍁🍁🍁🍁...

Hari ini Afandi Pulang dari luar kota. Dia membawa oleh-oleh untuk kedua anaknya. Dan khusus untuk Vania dia juga membeli kalung sesuai permintaan anak gadisnya.

"Makasih Ayah, udah beliin Vania kalung. Vania sayang Ayah." ucap Vania melirik Adira. Dia bertujuan agar Adira panas. Namun, jangankan panas, melirik saja tidak.

"Ini untuk Adira." kata Afandi menyerahkan sebuah kotak.

"Makasih Ayah." seru Adira membuka kotak yang berisikan sepatu.

"Lah, kok nomor 37 sih Yah, aku kan 39. Ini mah kekecilan." rajuk Adira.

"Oo iya kah? Ayah gak tahu ukuran sepatu mu." kekeh Afandi.

"Berarti ini punya ku. Makasih Ayah, karena telah mengingat ukuran sepatuku." seru Vania merampas sepatu Adira.

"Tapi ini punyaku." ucap Adira mencoba merebut kembali punyanya.

"Udah deh ah, lagian kamu kan gak muat. Udah seharusnya itu untuk Kakak mu. Kalau di buang kan gak mungkin." ucap Ella melihat perdebatan anak-anaknya.

"Jadi, aku gak ada apa-apa?" tanya Adira.

"Jangan cengeng. Udah gede juga. Malu sama umur." cetus Ella jengah.

"Ya udah, kamu siap-siap sana. Kita beli oleh-oleh lain untukmu." kata Afandi karena melihat mata Adira berkaca-kaca.

"Udah gak usah kemana-mana, Ayah baru pulang. Pasti capek." ujar Ella. Langsung membuat Adira yang semula hendak berdiri kembali duduk.

"Ya sudah, nanti sore kita pergi berdua ya. Ayah istirahat dulu."

Sore harinya. Adira yang memang tidak lagi mempercayai janji orang tuanya belum lah mulai bersiap-siap. Berbeda dengan Vania yang memang berencana untuk ikut. Sedang kan Ella, dia sudah ke butik karena ada beberapa klien yang harus ditanganinya langsung.

"Adira." panggil Afandi membuka kamar.

"Kok belum siap-siap." lanjutnya.

"Oo emangnya jadi?" tanya Adira yang sedang sibuk dengan ponsel pintarnya.

"Jadi, kita pergi sama Kak Vania. Tadi dia udah siap-siap."

"Ibu?"

"Ibu kembali ke butik."

"Ya udah. Ayah tunggu ya." mohon Adira langsung bergegas.

Di bawah, Vania yang melihat Afandi turun pun. Langsung memanggil Ayahnya agar duduk bersama.

"Mana Adira Yah?"

"Lagi siap-siap." ujar Afandi mendudukkan pantatnya di samping Vania. Vania langsung merebahkan kepalanya di bahu Ayahnya.

"Ayah, nanti kalau aku tamat SMA, aku mau kuliah di luar negeri. Boleh gak?"

"Bukannya gak boleh sayang. Tapi kan kamu tahu sendiri, kalau kesehatanmu tidak lah baik. Kamu kuliah dekat-dekat sini aja. Biar kamu selalu dalam pantauan kami." seru Afandi.

"Kalau gitu, aku juga gak mau, kalau nanti Adira kuliah diluar kota atau diluar negeri." rajuk Vania. Namun Afandi hanya tersenyum melihat tingkah anak sulungnya.

Tak lama kemudian Adira turun dari lantai dua. Mereka pun berangkat ke pusat belanja. Dengan Adira yang duduk di belakang.

Begitu sampai. Vania langsung mengandeng Ayahnya. Namun Adira juga gak mau kalah. Dia juga ikut mengandeng Ayahnya di sebelahnya lagi.

"Ayah, kita beli baju dulu yuk." ajak Vania.

"Tapi aku lapar Yah." rengek Adira. Dia sengaja ingin membuat Vania kesal.

"Ya udah, kita cari makan dulu." sahut Afandi.

Setelah selesai makan, mereka melanjutkan acara dengan keliling mall. Sampai akhirnya Vania kembali menarik Afandi untuk membeli baju yang kesekian kalinya. Tapi Adira kembali mematahkan harapan Vania dengan menarik Afandi ke tempat sepatu.

"Kan tadi, Ayah mau gantiin aku oleh-oleh. Jadi, Ayah harus membeli apa yang aku mau dulu ya." rayu Adira, dan di iyakan oleh Afandi.

Muka Vania langsung memerah. Padahal tadi sebelum berangkat dia ingin membuat Adira cemburu. Karena Ayahnya pasti menuruti setiap keinginannya. Namun, dia salah.

Terpopuler

Comments

Rita Riau

Rita Riau

bagus Adira bikin kakak ga ada celah untuk menzolimi mu,,

2024-04-07

0

Senja Ardiana

Senja Ardiana

Semua itu pasti ada balasannya, jadi berhati - hati lah saat akan melakukan sesuatuuu/Chuckle/

2024-03-23

0

Ani Ani

Ani Ani

Kau aja nak menang bagi orang can

2024-03-04

0

lihat semua
Episodes
1 Tidak sayang Adira
2 Lihat lah, Aku
3 Harapan Adira
4 Kebahagian Adira
5 episode 5
6 Episode 6
7 Kuatkan Aku!
8 Panggilkan Aku Nak!
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Pembagian Rapor
12 Vania kesal
13 Satria, murid baru
14 Salah Paham
15 Episode 15
16 Gagal Mendekati Satria
17 Vania, Kembali Berulah
18 Vania Kembali Berulah 2
19 Kemana Perginya Adira
20 Kemana Kamu Adira?
21 Dia Bernama Adira
22 Karena Ulahmu
23 Episode 23
24 Akhirnya Bertemu
25 Anak Yang Diabaikan
26 Hari Sial Vania
27 Se-benci Itukan?
28 Mari Bersenang-senang
29 Balaskan Sakit Hatimu!
30 Episode 30
31 Saling Memaafkan
32 Harapan Afandi
33 Episode 33
34 Perjalanan Menyenangkan Adira
35 Kakek Kasim
36 Hari Sial Vania
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Mulanya Karma Untuk Ella
40 Kamu Menyukainya?
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Satria, Tolong!
47 Episode 47
48 Yang Tersayang
49 Satria Dan Adira Berpacaran
50 Permintaan Afandi
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Story Wa
54 Ketegasan Adira
55 Pura-pura Cemburu
56 Adira, Tak Sengaja Bertemu Ibunya
57 Episode 57
58 Afandi Di Pecat
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Pindah Ke Rumah Johan
62 Sikap Tegasnya Adira
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Karma Untuk Afandi Dan Ella
66 Maaf Nak!
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Penyerahan Harta Kasim
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Meninggalnya Kakek Kasim
75 Episode 75
76 Karma Vania
77 Ella Minta Maaf
78 Episode 78
79 Ancaman Ella
80 Isi Hati Adira
81 Episode 81
82 Meninggalnya Afandi
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Bertemu Vania
86 Episode 86
87 Dituduh Maling
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Tidak sayang Adira
2
Lihat lah, Aku
3
Harapan Adira
4
Kebahagian Adira
5
episode 5
6
Episode 6
7
Kuatkan Aku!
8
Panggilkan Aku Nak!
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Pembagian Rapor
12
Vania kesal
13
Satria, murid baru
14
Salah Paham
15
Episode 15
16
Gagal Mendekati Satria
17
Vania, Kembali Berulah
18
Vania Kembali Berulah 2
19
Kemana Perginya Adira
20
Kemana Kamu Adira?
21
Dia Bernama Adira
22
Karena Ulahmu
23
Episode 23
24
Akhirnya Bertemu
25
Anak Yang Diabaikan
26
Hari Sial Vania
27
Se-benci Itukan?
28
Mari Bersenang-senang
29
Balaskan Sakit Hatimu!
30
Episode 30
31
Saling Memaafkan
32
Harapan Afandi
33
Episode 33
34
Perjalanan Menyenangkan Adira
35
Kakek Kasim
36
Hari Sial Vania
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Mulanya Karma Untuk Ella
40
Kamu Menyukainya?
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Satria, Tolong!
47
Episode 47
48
Yang Tersayang
49
Satria Dan Adira Berpacaran
50
Permintaan Afandi
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Story Wa
54
Ketegasan Adira
55
Pura-pura Cemburu
56
Adira, Tak Sengaja Bertemu Ibunya
57
Episode 57
58
Afandi Di Pecat
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Pindah Ke Rumah Johan
62
Sikap Tegasnya Adira
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Karma Untuk Afandi Dan Ella
66
Maaf Nak!
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Penyerahan Harta Kasim
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Meninggalnya Kakek Kasim
75
Episode 75
76
Karma Vania
77
Ella Minta Maaf
78
Episode 78
79
Ancaman Ella
80
Isi Hati Adira
81
Episode 81
82
Meninggalnya Afandi
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Bertemu Vania
86
Episode 86
87
Dituduh Maling
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!