Kuatkan Aku!

Setelah orangtuanya masuk kamar, Vania memilih menaiki lantai atas untuk menemui Adira. Dia ingin tahu apa yang dilakukan adiknya itu.

"Mampus ..." gumam Vania mendengar suara tangisan Adira.

Tanpa permisi, Vania langsung membuka pintu kamar Adira. Dan apesnya lagi, Adira tidak mengunci pintu kamarnya, karena dihatinya masih berharap, jika Ibu atau Ayahnya kembali datang ke kamarnya hanya sekedar untuk mengelus kepalanya.

"Kak Vania? Kenapa kesini?" ujar Adira kaget.

"Mau melihatmu. Emang gak boleh?" sinis Vania. "Kamarmu, ternyata cantik juga ya. Aku suka. Bagaimana jika kita tukar kamar aja?"

"Gak sudi." balas Adira. "Keluar lah, karena aku ingin tidur." usir Adira.

"Ingin tidur? Atau?" menjeda ucapannya.

"Apa?" cetus Adira.

"Mau meratapi nasib?" kekeh Vania.

"Asal kamu tahu ya, kamu gak akan bisa mendapatkan kasih sayang Ayah dan Ibu. Kamu itu anak yang tak diinginkan. Jadi, seharusnya kamu sadar diri." tekan Vania. "Dan jangan coba-coba merebut mereka dari aku." lanjut Vania mendekap tubuhnya.

"Dan kamu pikir, dengan pura-pura lemah didepan mereka, kamu udah bisa mendapatkan perhatian mereka? Kamu salah, mereka cuma sayang sama aku. Cuma melihat aku seorang." sinis Vania.

"Iya kah? Bukannya Ayah dan Ibu menyayangimu karena kamu penyakitan?" remeh Adira mulai kesal.

"Kamu ..." tunjuk Vania.

"Tapi benarkan? Aku dibebas kan, walau main sampai jam berapapun. Sedangkan kamu? Bahkan, pulang sekolah saja, kamu harus dijemput oleh Ibu, Ayah ataupun karyawannya Ayah. Emang kamu gak mau berjalan bebas, bersama teman-temanmu, misalnya?" cibir Adira.

Vania langsung keluar dari kamar Adira sambil menghentak-hentakkan kakinya. Dan Adira tersenyum puas karena melihat kekesalan Kakaknya.

Beberapa saat kemudian, Adira baru saja terlelap. Terdengar bunyi pintu dibuka dengan hentakan yang cukup keras.

"Apa yang kamu katakan pada Kak Vania hah?" berang Ella.

"I-ibu ..." lirih Adira ketakutan.

"Kamu tahu? Kakakmu dengan baik hati ingin melihat keadaanmu. Dia khawatir karena melihatmu pucat. Tapi kamu malah mengatakan hal yang tidak-tidak padanya? Apa sih mau mu? Kamu ingin Kakakmu mati?" teriak Ella, mengguncang-guncang tubuh Adira. "Kenapa kamu menyusahkan sekali hah?"

"Bu, tapi Kak Vania yang mulai. Dia ..."

"Harusnya kamu lebih. sabar, kamu sendiri kan tahu, jika Kak Vania itu sakit. Jadi jangan tambahkan pikirannya." potong Ella. "Sekarang turun dan minta maaflah." perintah Ella.

"Ibu kenapa sih? Apa yang selalu Kak Vania ucapkan, selalu saja Ibu anggap benar. Bahkan Ibu tak pernah mendengar penjelasan ataupun pembelaan dariku. Kenapa Ibu segitunya memperlakukan aku? Apa aku salah? Apa aku tidak boleh membela diri, atas hinaan yang Kakak lontarkan terhadapku? Apa di rumah ini, hanya perasaan dan hati Kak Vania yang harus dijaga? Apakah aku tidak punya hati? Ibu dan Ayah selalu saja mengabaikan aku." teriak Adira sambil terisak.

"Oo jadi selama ini kamu mengganggap Ibu abai terhadapmu? Jika Ibu abai, kamu tidak mungkin bisa hidup nyaman sampai sekarang. Bahkan kamu tidak bisa makan dan sekolah." sahut Ella emosi.

"Itu memang kewajiban Ibu. Ibu yang melahirkan aku. Dan sekarang Ibu juga yang membunuh batinku." lirih Adira terisak.

"Kamu kenapa begitu sih Adira? Ibu hanya tidak ingin Vania kenapa-napa. Ibu gak mau dia kembali masuk ke rumah sakit. Kamu sendiri kan tahu, jika tubuhnya lemah. Kenapa kamu begini?" jerit Ella frustasi. "Sekarang turun, dan minta maaf pada Vania." Namun Adira kembali tidur dengan menutupi seluruh tubuhnya.

Karena geram, Ella memaksa mendudukkan tubuh Adira. "Turun dan minta maaf pada Vania. Ibu tidak mau dia kenapa-napa!" paksa Ella.

"Ibu ... Ibu sadar gak, kalau sekarang aku demam. Emangnya Ibu tidak merasa, jika sekarang suhu tubuhku panas? Bahkan Bu Mar, saja tahu, jika aku pucat dan lesu dari pulang sekolah." jerit Adira menangis. "Ibu selalu saja memperhatikan keadaan Kak Vania, lihat aku Bu, aku anakmu." mohon Adira.

"Kamu cuma demam kan? Sedangkan Kakakmu? Dia bahkan pernah merasa sakit lebih dari yang kamu rasa. Kamu baru demam saja sudah ngeluh kan? Seharusnya sekarang kama sadar, jika sakit itu tidak enak. Makanya mulutmu ini dijaga." ujar Ella mencubit pipi Adira karena geram.

"Keluarlah, Bu, karena aku tetap pada pendirianku." tegas Adira kembali tidur.

"Baik, tapi jangan harap besok kamu mendapatkan uang saku dari Ibu, sebelum kamu minta maaf pada Vania." ucap Ella meninggalkan Adira.

Tadi, setelah dari kamar Adira. Vania turun dengan tergesa-gesa, dari tangga dia melihat Ibunya sedang menuju dengan teko ditangannya.

"Bu ..." panggil Vania dengan air mata yang berderai.

"Sayang, kamu kenapa? Kok dari atas." panik Ella.

"Ta-tadi a-aku ke kamar Adira. Mau melihat keadaannya, Ka-karena tadi dia kelihatan pucat." seru Vania terbata-bata. "Terus, dia mengatakan kalau kalian sayang dan kasihan sama aku karena penyakitan. Aku juga ingin sehat Bu. A-aku juga gak mau sakit Bu." tangis Vania. Ella langsung memeluk tubuh Vania yang hampir terjatuh.

"Sayang, udah-udah, itu semua gak benar. Ibu dan Ayah sayang sama Vania, karena Vania anak Ibu. Kebanggaan Ayah dan Ibu." ungkap Ella.

"Ta-tapi kata Adira..." menangis tersedu-sedu.

"Bu, kok lama sih." seru Afandi dari depan pintu kamar. "Eh, ada apa ini?" menuju ke tempat Vania dan Adira.

"Yah, tolong jagain Vania. Ibu mau negur Adira."

"Emang Adira buat salah apa?" tanya Afandi, dan Ella menceritakan seperti yang didengarkannya dari Vania.

"Itu gak benar nak! Udah, jangan nangis lagi." kata Afandi.

"Bu, aku ingin Adira minta maaf, biar dia gak mengatakannya lagi. Aku sedih Bu, sebab sakit bukanlah, pilihanku. Andai pun, bisa. Aku juga ingin seperti dia yang bebas melakukan apa saja. Aku juga tidak ingin selalu merasakan sakitnya tusukan jarum infus ditangan ku." rengek Vania.

"Sudah-sudah, kamu diam dulu ya. Jangan nangis terus-terusan. Bukannya besok kamu harus kembali ikut olimpiade? Jadi, kamu harus menjaga kesehatan. Jangan pikirkan apa yang Adira ucapkan." bujuk Ella, setelahnya dia langsung menuju ke kamar Adira.

 🍁🍁🍁🍁🍁

Keesokan harinya, dengan keadaan yang masih demam Adira turun dari kamarnya. Dia berniat menuju ke dapur untuk menikmati sarapan. Namun, di meja makan sudah ada Ibu, Ayah dan Kakaknya.

Melihat kedatangan Vania, Bu Mar langsung menghampiri Adira.

"Masih demam?" memeriksa dahi Adira. "Kok, perasaan lebih panas dari kemarin ya." ucap Bu Mar panik. "Kamu gak minum obat? Sekarang sarapan dulu ya."

"Gak ada sarapan, untuk anak yang gak tahu diri."sindir Ella dari meja makan. "Atau kalau kamu memang lapar, minta maaf dulu sama Kakakmu." Vania langsung menunduk begitu namanya disebut.

"Bu, jangan gitu. Sini Adira, kita sarapan sama-sama." panggil Afandi.

"Gak usah Ayah, aku gak lapar. Bu Mar, aku berangkat dulu ya." pamit Adira dalam tatapan kasihan dari pembantunya.

"Gak usah sekolah hari ini ya." pinta Bu Mar, karena kasihan melihat anak dari majikannya tersebut.

"Bu Mar, kerjakan dulu pekerjaanmu." teriak Ella.

"Aku olimpiade hari ini Bu. Pamit ya."

"Kumohon, kuatkan aku." batin Adira.

Terpopuler

Comments

Rita Riau

Rita Riau

ingat Vania,,, karma berlaku dan buat si ibu yg ga punya etika ,apa yang kau tanam bakal kamu tuai,,

2024-04-07

0

Ani Ani

Ani Ani

kesian dia

2024-03-04

0

Ani Ani

Ani Ani

kesian dia

2024-03-04

0

lihat semua
Episodes
1 Tidak sayang Adira
2 Lihat lah, Aku
3 Harapan Adira
4 Kebahagian Adira
5 episode 5
6 Episode 6
7 Kuatkan Aku!
8 Panggilkan Aku Nak!
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Pembagian Rapor
12 Vania kesal
13 Satria, murid baru
14 Salah Paham
15 Episode 15
16 Gagal Mendekati Satria
17 Vania, Kembali Berulah
18 Vania Kembali Berulah 2
19 Kemana Perginya Adira
20 Kemana Kamu Adira?
21 Dia Bernama Adira
22 Karena Ulahmu
23 Episode 23
24 Akhirnya Bertemu
25 Anak Yang Diabaikan
26 Hari Sial Vania
27 Se-benci Itukan?
28 Mari Bersenang-senang
29 Balaskan Sakit Hatimu!
30 Episode 30
31 Saling Memaafkan
32 Harapan Afandi
33 Episode 33
34 Perjalanan Menyenangkan Adira
35 Kakek Kasim
36 Hari Sial Vania
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Mulanya Karma Untuk Ella
40 Kamu Menyukainya?
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Satria, Tolong!
47 Episode 47
48 Yang Tersayang
49 Satria Dan Adira Berpacaran
50 Permintaan Afandi
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Story Wa
54 Ketegasan Adira
55 Pura-pura Cemburu
56 Adira, Tak Sengaja Bertemu Ibunya
57 Episode 57
58 Afandi Di Pecat
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Pindah Ke Rumah Johan
62 Sikap Tegasnya Adira
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Karma Untuk Afandi Dan Ella
66 Maaf Nak!
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Penyerahan Harta Kasim
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Meninggalnya Kakek Kasim
75 Episode 75
76 Karma Vania
77 Ella Minta Maaf
78 Episode 78
79 Ancaman Ella
80 Isi Hati Adira
81 Episode 81
82 Meninggalnya Afandi
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Bertemu Vania
86 Episode 86
87 Dituduh Maling
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Tidak sayang Adira
2
Lihat lah, Aku
3
Harapan Adira
4
Kebahagian Adira
5
episode 5
6
Episode 6
7
Kuatkan Aku!
8
Panggilkan Aku Nak!
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Pembagian Rapor
12
Vania kesal
13
Satria, murid baru
14
Salah Paham
15
Episode 15
16
Gagal Mendekati Satria
17
Vania, Kembali Berulah
18
Vania Kembali Berulah 2
19
Kemana Perginya Adira
20
Kemana Kamu Adira?
21
Dia Bernama Adira
22
Karena Ulahmu
23
Episode 23
24
Akhirnya Bertemu
25
Anak Yang Diabaikan
26
Hari Sial Vania
27
Se-benci Itukan?
28
Mari Bersenang-senang
29
Balaskan Sakit Hatimu!
30
Episode 30
31
Saling Memaafkan
32
Harapan Afandi
33
Episode 33
34
Perjalanan Menyenangkan Adira
35
Kakek Kasim
36
Hari Sial Vania
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Mulanya Karma Untuk Ella
40
Kamu Menyukainya?
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Satria, Tolong!
47
Episode 47
48
Yang Tersayang
49
Satria Dan Adira Berpacaran
50
Permintaan Afandi
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Story Wa
54
Ketegasan Adira
55
Pura-pura Cemburu
56
Adira, Tak Sengaja Bertemu Ibunya
57
Episode 57
58
Afandi Di Pecat
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Pindah Ke Rumah Johan
62
Sikap Tegasnya Adira
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Karma Untuk Afandi Dan Ella
66
Maaf Nak!
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Penyerahan Harta Kasim
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Meninggalnya Kakek Kasim
75
Episode 75
76
Karma Vania
77
Ella Minta Maaf
78
Episode 78
79
Ancaman Ella
80
Isi Hati Adira
81
Episode 81
82
Meninggalnya Afandi
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Bertemu Vania
86
Episode 86
87
Dituduh Maling
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!