Lihat lah, Aku

Setelah menenangkan dan memastikan Adira makan. Bu Mar mengajak Adira tidur. Dan Adira malah mengajak Bu Mar, untuk tidur sekamar. Bahkan Adira menangis kembali di pelukan Bu Mar.

"Bu Mar, kenapa Ayah dan Ibu tidak menyayangi aku." tanya Adira setelah dia agak tenang. Bu, juga merupakan panggilan untuk Bu Mar, karena Ella tidak ingin mengajarkan anak-anaknya memanggil asisten dengan panggilan Mbok, ataupun sejenisnya.

"Siapa yang bilang begitu? Mereka sayang Adira kok. Buktinya mereka khawatir pada Adira. Makanya menyuruh Bu ?ar nginap di sini." bela Bu Mar. Bu Mar bukan tidak tahu. Jika Adira, di bedakan oleh orang tuanya. Namun, dia bukan lah, orang yang suka bergosip jadi bagaimana kehidupan rumah tuannya tidak akan pernah di ceritakan pada siapa pun.

"Tapi, kenapa mereka tidak menelpon ku. Atau membawaku sekalian?" memeluk Bu Mar.

"Itu karena mereka tidak tega mendengar mu menangis. Nanti saat mereka menelepon mu langsung, kamu pasti nangis kan? Lagipula, anak-anak tidak baik tinggal di rumah sakit. Berbeda dengan Kak Vania, dia memang butuh perawatan di rumah sakit." jelas Bu Mar sambil mengusap kepala Adira.

Setelah mengeluarkan seluruh isi hatinya pada Bu Mar. Akhirnya Adira bisa tidur dengan nyenyak. Tentu saja di dekapan Bu Mar.

"Sungguh kasihan nasib mu nak." batin Bu Mar. Air matanya pun ikut menetes melihat Adira yang nyaman dengan pelukannya.

Seminggu telah berlalu. Vania sudah lebih sehat. Sekarang saatnya masuk sekolah. Kebetulan Vania sudah kelas satu SMP sedangkan Adira masih kelas enam SD. Adira turun sambil berlari dari tangga lantai dua. Dia berniat pergi sekolah bersama dengan Ayah dan Kakaknya.

"Ayah, ikut ya."

"Kamu naik ojek di depan saja. Lagian sekolah kamu beda arah sama Kak Vania. Nanti Ayah putarnya kejauhan kalau kerja." tolak Afandi.

"Baiklah." ujar Adira memilih keluar rumah dengan lesu.

"Sarapan dulu." teriak Ella yang baru muncul dari dapur, saat melihat Adira berjalan ke arah keluar.

"Kalau tidak sarapan, maka tidak mendapatkan uang jajan." sambung Ella, Dan Adira langsung menghentikan langkahnya dan itu membuat Ella tersenyum. Karena ancamannya berhasil. Begitu juga dengan Afandi. Dia langsung menuju ke arah Adira.

"Baiklah, aku tidak jajan hari ini." ucap Adira tanpa menoleh dan membuat langkah Afandi terhenti.

"Dira ..." lirih Afandi. Namun Adira tetap berlalu keluar. Dia sengaja memelankan langkahnya di halaman rumah. Karena masih berharap jika orang tuanya mengejarnya untuk memberikan uang jajan. Namun, sampai saat dia sampai di jalanan dekat pangkalan ojek, tidak satu orang pun keluar dari rumahnya.

"Tega ..." ucap Adira tersenyum tipis.

Adira langsung menaiki ojek tersebut. Kebetulan di saku bajunya ada uang simpanannya. Dan itu cukup untuk bayar ojek pulang dan pergi.

🍁🍁🍁🍁🍁

Malam harinya, Ella selalu memastikan Vania tidur dengan nyaman. Apalagi kamar Vania bersebelahan dengan kamarnya. Sedangkan kamar Adira ada di lantai dua. Dia juga pernah ingin melihat dan memastikan keadaan Adira. Namun sayang, Adira selalu saja mengunci pintu kamarnya.

Malam ini, setelah mengambil kunci serep yang dulu sempat hilang. Ella menuju lantai dua. Dia merasa jika sekarang Adira mulai menjauhinya. Lagi pula, Ella juga sadar, semua itu gara-gara dia yang selalu mengabaikan Adira.

Gelap, pandangan pertama yang di lihat Ella. Dia baru tahu kalau anaknya menyukai tidur dalam keadaan gelap. Perasaan dulu dia pernah membeli lampu tidur untuk Vania dan juga Adira.

Ella merogoh saku bajunya, di menyalakan lampu senter yang berada di ponselnya. Karena untuk menghidupkan lampu, dia takut Adira terbangun. "Kenapa berserakan sekali." gumam Ella melihat banyaknya kertas yang berserakan.

Ella mengutip beberapa kertas, yang terlihat penuh coretan. Di kertas tersebut tertulis aku benci kalian. Ella paham betul, jika tulisan tersebut pasti tertuju untuknya.

"Maaf ..." bisik Ella mengelus dan mencium pucuk kepala Adira.

Adira, yang mendapatkan sentuhan dari Ibunya terjaga. Dia menikmati setiap sentuhan Ibunya tanpa bersuara. Setelah Ella keluar, tangis Adira pecah. Dia baru merasakan kembali sentuhan yang telah lama di rindukan.

Di kamar, Ella menceritakan apa yang di temukan dari kamar Adira. Bahkan, untuk lampu tidur yang tidak bisa digunakan lagi, Ella tidak tahu. Padahal, untuk Vania, Ella sudah mengantikan yang lainnya.

"Bagaimana, kalau Adira beneran membenci kita." isak Ella pada suaminya.

"Tidak mungkin Bu. Mungkin saja, kertas-kertas itu di tujukan ada teman-temannya yang lain." ujar Afandi menenangkan istrinya.

Pagi harinya, Ella memanggil Adira untuk sarapan bersama, dan Afandi juga menawarkan diri untuk mengantarkan Adira. Tentu saja, Adira merasakan jika orang tuanya telah menyayanginya lagi.

Hari ini, di lalui Adira dengan perasaan gembira. Apalagi, saat oang sekolah Ibunya juga menyiapkan beberapa makanan kesukaannya tidak lupa juga makanan kesukaan Vania.

"Untuk hadiah ulang tahun mu kemarin, nanti malam Ayah ngajak kita ke mall, dan kamu boleh memilih hadiah apapun kesukaan mu." ucap Ella setelah membereskan dapur.

"Baik lah, terimakasih Ibu." ujar Adira senang.

"Kamu juga siap-siap ya sayang. Dan kamu juga boleh memilih apapun." kata Ella pada Vania.

Mendengar ucapan Ibunya Adira langsung berkata. "Bu, boleh gak, kalau kita perginya bertiga aja. Sama seperti saat Ibu dan Ayah merayakan hari spesial Kak Vania. Aku yang di larang ikut oleh Kak Vania." lirih Adira.

"Ooo .... Jadi kamu mau balas dendam?" cetus Vania.

"Bukan Kak, aku cuma ingin menghabiskan waktu bersama Ibu dan Ayah. Sama halnya dengan Kakak." bela Adira.

"Dan kamu, mau ngerebut Ibu dan Ayah? Aku udah cukup mengalah ya dari pagi. Ibu dan Ayah hanya menatap mu. Ayah juga mengantar mu sekolah, sampai-sampai aku hampir telat. Dan Ibu memasak makanan kesukaan mu, tapi aku gak bisa mencicipinya karena alergi." teriak Vania.

"Tapi Ibu juga memasak makanan kesukaan Kak Vania." bantah Adira.

"Memang iya, tapi karena melihat makanan kesukaanmu, aku jadi eneg, tahu gak?"

"Ta-tapi ..."

"Sudah sudah ,,, Adira kamu makan di kamar aja ya. Jangan bertengkar. Nanti sakit Kakak mu kambuh." bela Ella.

Vania tersenyum sinis melihat kepergian Adira. Dan dia terlintas ide untuk membatalkan kepergian Adira dan orang tuanya nanti malam.

"Padahal, aku juga ingin membeli Adira kado Bu. Aku sengaja menyisihkan sedikit demi sedikit uang jajan ku." isak Vania setelah melihat Adira memasuki kamarnya.

"Sudah-sudah ... Ibu juga gak mungkin meninggalkan mu sendiri. Ibu takut kamu kenapa-napa. Sekarang kamu makan ya." ujar Ella mengelus rambut panjang anaknya.

🍁🍁🍁🍁🍁

Sore harinya Afandi pulang kerja. Dia langsung menyuruh anak dan istrinya siap-siap. Mereka akan berjalan lebih awal untuk menghindari kemacetan, berhubung hari ini akhir pekan.

Adira, langsung bergegas memasuki kamarnya. Dia bersenandung dan berputar-putar di dalam kamarnya. Adira merasa hari ini adalah hari kebahagiannya. Dia langsung memilih baju terbaik yang di milikinya. Sebelumnya, tentu saja Adira sudah mandi terlebih dahulu.

Baru saja, Adira hendak turun tangga, terlihat Ayah dan Ibunya berlari sambil membopong tubuh Vania.

"Ayah, Ibu ..." lirih Adira menjatuhkan bobot badannya sambil terisak. "Sekali saja, lihat lah aku. Anak mu." isak Adira dengan air mata yang mengalir.

Terpopuler

Comments

Rita Riau

Rita Riau

ini orang tua egois,,, persis kisah Senja matahari di nonel sebelah,,
dimana kedua orangtuanya tak menginginkan kehadiran,,,

2024-04-07

1

Ani Ani

Ani Ani

betul betul ayah dan ibutak ada perasan

2024-03-04

1

Ev No

Ev No

si Vania pura",,Thor buat Adira keras hati abaikan Bae ortu nya pilih diam

2024-03-04

2

lihat semua
Episodes
1 Tidak sayang Adira
2 Lihat lah, Aku
3 Harapan Adira
4 Kebahagian Adira
5 episode 5
6 Episode 6
7 Kuatkan Aku!
8 Panggilkan Aku Nak!
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Pembagian Rapor
12 Vania kesal
13 Satria, murid baru
14 Salah Paham
15 Episode 15
16 Gagal Mendekati Satria
17 Vania, Kembali Berulah
18 Vania Kembali Berulah 2
19 Kemana Perginya Adira
20 Kemana Kamu Adira?
21 Dia Bernama Adira
22 Karena Ulahmu
23 Episode 23
24 Akhirnya Bertemu
25 Anak Yang Diabaikan
26 Hari Sial Vania
27 Se-benci Itukan?
28 Mari Bersenang-senang
29 Balaskan Sakit Hatimu!
30 Episode 30
31 Saling Memaafkan
32 Harapan Afandi
33 Episode 33
34 Perjalanan Menyenangkan Adira
35 Kakek Kasim
36 Hari Sial Vania
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Mulanya Karma Untuk Ella
40 Kamu Menyukainya?
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Satria, Tolong!
47 Episode 47
48 Yang Tersayang
49 Satria Dan Adira Berpacaran
50 Permintaan Afandi
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Story Wa
54 Ketegasan Adira
55 Pura-pura Cemburu
56 Adira, Tak Sengaja Bertemu Ibunya
57 Episode 57
58 Afandi Di Pecat
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Pindah Ke Rumah Johan
62 Sikap Tegasnya Adira
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Karma Untuk Afandi Dan Ella
66 Maaf Nak!
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Penyerahan Harta Kasim
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Meninggalnya Kakek Kasim
75 Episode 75
76 Karma Vania
77 Ella Minta Maaf
78 Episode 78
79 Ancaman Ella
80 Isi Hati Adira
81 Episode 81
82 Meninggalnya Afandi
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Bertemu Vania
86 Episode 86
87 Dituduh Maling
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Tidak sayang Adira
2
Lihat lah, Aku
3
Harapan Adira
4
Kebahagian Adira
5
episode 5
6
Episode 6
7
Kuatkan Aku!
8
Panggilkan Aku Nak!
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Pembagian Rapor
12
Vania kesal
13
Satria, murid baru
14
Salah Paham
15
Episode 15
16
Gagal Mendekati Satria
17
Vania, Kembali Berulah
18
Vania Kembali Berulah 2
19
Kemana Perginya Adira
20
Kemana Kamu Adira?
21
Dia Bernama Adira
22
Karena Ulahmu
23
Episode 23
24
Akhirnya Bertemu
25
Anak Yang Diabaikan
26
Hari Sial Vania
27
Se-benci Itukan?
28
Mari Bersenang-senang
29
Balaskan Sakit Hatimu!
30
Episode 30
31
Saling Memaafkan
32
Harapan Afandi
33
Episode 33
34
Perjalanan Menyenangkan Adira
35
Kakek Kasim
36
Hari Sial Vania
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Mulanya Karma Untuk Ella
40
Kamu Menyukainya?
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Satria, Tolong!
47
Episode 47
48
Yang Tersayang
49
Satria Dan Adira Berpacaran
50
Permintaan Afandi
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Story Wa
54
Ketegasan Adira
55
Pura-pura Cemburu
56
Adira, Tak Sengaja Bertemu Ibunya
57
Episode 57
58
Afandi Di Pecat
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Pindah Ke Rumah Johan
62
Sikap Tegasnya Adira
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Karma Untuk Afandi Dan Ella
66
Maaf Nak!
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Penyerahan Harta Kasim
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Meninggalnya Kakek Kasim
75
Episode 75
76
Karma Vania
77
Ella Minta Maaf
78
Episode 78
79
Ancaman Ella
80
Isi Hati Adira
81
Episode 81
82
Meninggalnya Afandi
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Bertemu Vania
86
Episode 86
87
Dituduh Maling
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!