Episode 10

Adira sampai lebih dulu daripada Vania. Ia melihat jika Ella sibuk di dapur bersama Bu Mar. Namun, Ella langsung menuju ke kamar, karena dia enggan berinteraksi dengan Ibunya.

Sebelumnya, Vania sudah mengabarkan pada Ibunya, kalau dia masuk dalam tiga besar di lomba olimpiade. Dan meminta izin untuk merayakannya bersama teman-temannya.

Tentu saja Ella mengizinkannya, karena dia tidak ingin terlalu mengekang putri sulungnya. Walaupun banyak pesan yang disampaikan pada Vania. Agar jangan kecapean serta harus menjauhi makanan-makanan yang tidak mendukung untuk kesehatannya.

Karena ingin membuat Vania bahagia. Ella berinisiatif pulang lebih awal dari butik. Ia ingin membuat kejutan untuk Vania. Karena Vania pernah mengatakan ingin seperti Adira yang makan di taman belakang seperti halnya sedang piknik.

Setelah menyiapkan makanan dan tempat. Ella menghubungi suaminya untuk pulang lebih awal. Dan Afandi menyetujuinya, apalagi memang kerjaannya tidak terlalu banyak.

Sore hari Vania pulang dengan di antar oleh teman-temannya. Dia disambut oleh Ella didepan pintu. Dengan menutup mata, Vania dituntun menuju ke taman belakang. Disana sudah tersedia beberapa makanan, cemilan dan juga minuman.

"Wah ... Makasih banyak ya Bu." seru Vania senang memeluk Ibunya dengan erat.

Tak lama kemudian Afandi pulang dengan membawa dua buket sekaligus. Vania yang melihat hal tersebut langsung bersorak gembira.

"Ini untukmu sayang. Selamat ya nak." ucap Afandi menyerahkan satu buket dan memeluk Vania.

"Satu untuk siapa?" tanya Vania heran.

"Untuk Adira, dia dimana?" tanya Afandi.

"Di kamar Yah, lagian ini kan acara untuk Vania Yah. Adira juga gak menang kok. Tadi Bu Mar kasih tahu sama Ibu." jelas Ella.

"Iya Yah, aku hanya ingin merayakan hari bahagiaku bersama Ayah dan Ibu. Ini permintaanku sebagai hadiah atas keberhasilanku." mohon Vania. Dan karena tidak tega melihat Vania memohon dengan mata berkaca. Afandi pun, menyetujuinya.

Vania sangat bahagia karena orangtuanya mau menuruti setiap keinginannya. Andai saja Adira tidak pernah ada. Mungkin hidupnya bisa sempurna.

...🍁🍁🍁🍁🍁...

Adira turun kebawah hendak menemui Bu Mar ataupun Bu Siti. Dia bosan, karena terus-terusan berada dikamar.

saat dia ke dapur dan melihat keluarganya bersenang-senang tanpanya. Air mata Adira kembali menetes.

Padahal, dia sudah sering diperlakukan berbeda. Namun, selalu saja sakit saat melihatnya.

Dengan memberanikan diri, Adira menghampiri keluarganya.

"Wih, ada acara apa ini? Kok gak ajak-ajak sih Bu." seru Adira menahan sesak dan mencoba agar air matanya tidak jatuh. "Padahal, aku ada di atas loh Bu." lanjutnya.

"Eh ... Ini cuma acara kecil-kecilan saja kok. Sebagai bentuk rasa syukur atas masuknya tiga besar Kak Vania dalam lomba olimpiade." jawab Ella merasa sungkan.

"Ya, harusnya aku juga diajak Bu. Memang sih gak menang. Tapi kan, aku juga senang melihat Kak Vania menang. Emang kalian gak merasa kurang, kalau akunya gak ada?"

"Sudah-sudah, gak usah ribut-ribut. Silahkan duduk." perintah Afandi. Kemudian dia sendiri bangkit untuk mengambil buket yang dibelinya untuk Adira.

"Yah ... Makanannya aja hampir habis." keluh Adira tersenyum. Dia senang melihat muka Vania memerah dan tangannya yang terkepal.

"Kenapa kamu mengacau acara ku?" bisik Vania pada Adira.

"Maaf, jika Kakak gak suka dengan kehadiran aku. Aku tahu, memang aku kalah dalam pertandingan. Tapi, aku kesini juga ingin ikut merayakan kemenangan Kakak." ungkap Adira pura-pura sedih. "Maaf jika aku menjadi pengacau di acara Kakak." lirih Adira mencoba bangkit.

"Siapa yang bilang kamu pengacau Adira?" tanya Afandi berada tepat dibelakang Adira. "Ini untukmu, karena telah berjuang dalam olimpiade. Ya, walaupun kamu belum menang, setidaknya kamu sudah berusaha." ucap Afandi.

"Tapi, Kak Vania bilang, aku mengacaukan acaranya."

"Vania, jangan gitu. Cepat minta maaf pada adikmu." perintah Afandi langsung membuat Vania merenggut.

"Sudah lah Yah, gak usah di besar-besarkan. Cuma masalah kecilkan?" bela Ella langsung membuat Vania tersenyum penuh kemenangan.

Hari-hari terus berjalan, sampai akhirnya besok adalah hari pembagian rapor untuk siswa atas nilai-nilai mereka selama enam bulan terakhir. Sekarang adalah pembagian rapor untuk kenaikan kelas.

Menurut pemberitahuan dari pihak sekolah, setiap murid harus didampingi orang tua atau wali saat mengambil rapor nanti. Itu semua dilakukan agar dapat memberitahu pada orang tua dari masing-masing murid akan sifat dan nilai anak mereka selama setahun terakhir.

Vania sudah memberitahu pada Ibunya, jika besok adalah pembagian rapornya. Dan dia juga meminta agar Ibunya dapat hadir untuk menemaninya. Tentu saja Ella dengan senang hati menemani putri kesayangannya.

Sedangkan Adira, baru saja memberitahu saat sedang makan malam. Namun, Ella menolak dengan alasan menemani Vania. Sedangkan Afandi harus keluar kota guna untuk melihat hasil pembangunan cabang dari supermarketnya.

"Bagaimana, kalau kamu ditemani sama Bu Mar atau Bu Siti aja?" tawar Ella.

"Emang selalu begitu kan? Dan nanti kalian juga menghabiskan waktu untuk jalan-jalan. Memang aku anak siapa sih Bu, Ayah? Aku heran deh, kenapa selalu aku yang mengalah?" tanya Adira tersenyum sambil menghapus jejak air matanya.

"Lancang kamu Adira. Ibu yang mengandung mu, Ibu lah, yang menahan setiap rasa sakit saat melahirkan mu. Dan tangan Ibu lah yang merawat mu. Dan sekarang kamu bertanya kamu anak siapa? Durhaka kamu Adira." teriak Ella.

"Sudah Bu, sudah. Adira kamu masuk lah ke kamar." usir Afandi halus.

"Benar-benar gak tahu balas budi." sinis Vania.

"Cukup ... Aku udah bersabar denganmu ya Kak Vania. Aku sudah cukup sabar. Aku muak Bu. Aku muak Ayah. Kenapa harus selalu aku yang mengalah? Kenapa harus aku yang selalu salah? Aku benci kalian. Aku benci ..." jerit Adira meninggalkan meja makan.

"Kalau kamu beneran benci. Keluar lah, dari rumahku." usir Ella emosi.

"Bu udah. Adira masuk lah ke kamar. Kamu juga Vania, jangan memanas-manasi keadaan."

"Maaf Ayah." seru Vania menunduk.

Adira berlari memasuki kamarnya. Di dalam kamar dia meluapkan emosi dengan menghamburkan semua perlengkapan sekolahnya. Tak lupa, dia juga menarik seprei dari kasurnya.

"Aku lelah Bu, aku lelah karena selalu mengalah." lirih Adira.

Karena sudah lelah menangis, Adira akhirnya tertidur. Dia meringkuk di lantai, bahkan tanpa selimut untuk menyelimutinya.

Hampir dini hari setelah memastikan istrinya tidur, Afandi ingin memasuki kamar Adira untuk melihat keadaan Adira. Dia ingin membesarkan hati putri bungsunya tersebut. Namun baru saja dia membuka pintu, terlihat Vania dengan wajah ketakutannya hendak mengetuk pintu.

"Ayah takut ..." ujar Vania, karena tadi sempat adanya petir.

"Udah-udah, gak apa-apa ... Jangan takut, kan kita aman di rumah." ucap Afandi menepuk-nepuk punggung Vania.

"Ayah mau kemana? Ikut ..." rengek Vania.

"Ayah mau ke kamar Adira, mau lihat keadaannya ..." ucap Afandi jujur, dan Vania mengepalkan tangan geram.

Terpopuler

Comments

Rita Riau

Rita Riau

ku ingin ibu si Vania yg dibikin nyesel karena ulah Vania,,,

2024-04-07

0

Ani Ani

Ani Ani

ada yang sakit hati

2024-03-04

0

Dimas Satria Wahyu Nugroho

Dimas Satria Wahyu Nugroho

kasih karma lah sedikit Thor buat Vania,,,apa sekalian buat dia ga' bisa apa2

2024-01-10

1

lihat semua
Episodes
1 Tidak sayang Adira
2 Lihat lah, Aku
3 Harapan Adira
4 Kebahagian Adira
5 episode 5
6 Episode 6
7 Kuatkan Aku!
8 Panggilkan Aku Nak!
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Pembagian Rapor
12 Vania kesal
13 Satria, murid baru
14 Salah Paham
15 Episode 15
16 Gagal Mendekati Satria
17 Vania, Kembali Berulah
18 Vania Kembali Berulah 2
19 Kemana Perginya Adira
20 Kemana Kamu Adira?
21 Dia Bernama Adira
22 Karena Ulahmu
23 Episode 23
24 Akhirnya Bertemu
25 Anak Yang Diabaikan
26 Hari Sial Vania
27 Se-benci Itukan?
28 Mari Bersenang-senang
29 Balaskan Sakit Hatimu!
30 Episode 30
31 Saling Memaafkan
32 Harapan Afandi
33 Episode 33
34 Perjalanan Menyenangkan Adira
35 Kakek Kasim
36 Hari Sial Vania
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Mulanya Karma Untuk Ella
40 Kamu Menyukainya?
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Satria, Tolong!
47 Episode 47
48 Yang Tersayang
49 Satria Dan Adira Berpacaran
50 Permintaan Afandi
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Story Wa
54 Ketegasan Adira
55 Pura-pura Cemburu
56 Adira, Tak Sengaja Bertemu Ibunya
57 Episode 57
58 Afandi Di Pecat
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Pindah Ke Rumah Johan
62 Sikap Tegasnya Adira
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Karma Untuk Afandi Dan Ella
66 Maaf Nak!
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Penyerahan Harta Kasim
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Meninggalnya Kakek Kasim
75 Episode 75
76 Karma Vania
77 Ella Minta Maaf
78 Episode 78
79 Ancaman Ella
80 Isi Hati Adira
81 Episode 81
82 Meninggalnya Afandi
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Bertemu Vania
86 Episode 86
87 Dituduh Maling
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Tidak sayang Adira
2
Lihat lah, Aku
3
Harapan Adira
4
Kebahagian Adira
5
episode 5
6
Episode 6
7
Kuatkan Aku!
8
Panggilkan Aku Nak!
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Pembagian Rapor
12
Vania kesal
13
Satria, murid baru
14
Salah Paham
15
Episode 15
16
Gagal Mendekati Satria
17
Vania, Kembali Berulah
18
Vania Kembali Berulah 2
19
Kemana Perginya Adira
20
Kemana Kamu Adira?
21
Dia Bernama Adira
22
Karena Ulahmu
23
Episode 23
24
Akhirnya Bertemu
25
Anak Yang Diabaikan
26
Hari Sial Vania
27
Se-benci Itukan?
28
Mari Bersenang-senang
29
Balaskan Sakit Hatimu!
30
Episode 30
31
Saling Memaafkan
32
Harapan Afandi
33
Episode 33
34
Perjalanan Menyenangkan Adira
35
Kakek Kasim
36
Hari Sial Vania
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Mulanya Karma Untuk Ella
40
Kamu Menyukainya?
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Satria, Tolong!
47
Episode 47
48
Yang Tersayang
49
Satria Dan Adira Berpacaran
50
Permintaan Afandi
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Story Wa
54
Ketegasan Adira
55
Pura-pura Cemburu
56
Adira, Tak Sengaja Bertemu Ibunya
57
Episode 57
58
Afandi Di Pecat
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Pindah Ke Rumah Johan
62
Sikap Tegasnya Adira
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Karma Untuk Afandi Dan Ella
66
Maaf Nak!
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Penyerahan Harta Kasim
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Meninggalnya Kakek Kasim
75
Episode 75
76
Karma Vania
77
Ella Minta Maaf
78
Episode 78
79
Ancaman Ella
80
Isi Hati Adira
81
Episode 81
82
Meninggalnya Afandi
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Bertemu Vania
86
Episode 86
87
Dituduh Maling
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!