Harapan Adira

Di perjalanan, Afandi dan Ella seakan lupa tentang perjanjiannya dengan Adira. Mereka panik dan khawatir dengan keadaan Vania. Tadi Vania di temukan pingsan di lantai, dekat lemari oleh Ella.

"Bu ..." lirih Vania memegang kepalanya.

"Sabar ya nak, sebentar lagi kita sampai ke rumah sakit." ujar Ella yang memangku kepala Vania.

"Apa yang kamu rasakan sayang." tanya Afandi dari belakang setir.

"Cuma pusing Yah... Aku gak apa-apa." keluh Vania.

"Gak apa-apa bagaimana? Tadi kamu pingsan nak." sahut Ella.

"Aku gak apa-apa Bu, Ayah. Kita pulang aja ya. Kasihan Adira." lirih Vania, membuat Afandi dan Ella mengingat janji mereka.

"Tapi,,, kita mampir sebentar aja ya. Kita ke klinik aja, biar cepat. Kita cek keadaan kamu. Lagian Adira pasti paham." kata Afandi tegas.

Vania langsung tersenyum menang. Akhirnya niatnya untuk membatalkan rencana orang tuanya berhasil.

🍁🍁🍁🍁🍁

Adira memasuki kamar dan menguncinya. Tak lupa pula dia mengganjal pintunya dengan kunci buatan dari kayu, karena mewanti-wanti agar Ibunya tidak bisa masuk. Bukan apa-apa. Karena dia hanyalah ingin sendiri, meluapkan rasa kecewanya sendiri.

Adira langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur, tanpa mengantikan pakaiannya. Dia menangis dalam diam. Mengingat bagaimana Vania tersenyum penuh kemenangan ke arahnya.

"Andai harapanku bisa terkabulkan, tolong berikan aku penyakit yang lebih parah dari Kak Vania. Agar aku merasakan bagaimana mereka memelukku dan memperlakukan aku layaknya anak mereka sendiri." lirih Adira memejamkan matanya.

Jam sembilan malam, Afandi, Ella dan Vania sampai rumah. Kebetulan tadi pasien di klinik agak ramai. Afandi langsung menemani Vania masuk kamar. Sedangkan Ella, ingin melihat Adira di kamarnya.

Krik ,,, Ella mencoba membuka pintu kamar Adira. Namun, terkunci dari dalam, kemudian dia pergi mengambil kunci serep yang disimpannya tak jauh dari kamar Adira.

"Kenapa gak bisa dibuka." gumam Ella saat mencoba mendorong pintu kamar tersebut. "Adira, ini Ibu. Tolong bukain pintunya ya." bujuk Ella sambil mengetuk pintu kamar Adira.

Di dalam, Adira yang mengetahui Ibunya mencoba membuka pintu hanya duduk diam. Dia ingin menunggu, sejauh mana usaha Ibunya untuk membujuknya. Sejauh mana usaha Ibunya untuk berusaha membukakan pintu kamarnya.

"Adira, tolong bukain pintunya. Ibu mau bicara." masih mencoba mengetuk pintu. "Adira, Ibu tahu kamu pasti belum tidur. Bukain pintunya."

Setelah mencoba beberapa kali, akhirnya Ella menyerah. Dia mengganggap jika Adira sudah ketiduran, makanya tidak mau membukakan pintu untuknya.

Ella langsung turun dari lantai dua, dia memasuki kamar Vania. Di Sana terdapat Afandi yang masih duduk berbincang-bincang dangan Vania.

"Bagaimana dengan Adira Bu?" tanya Afandi melihat istrinya masuk.

"Sepertinya dia ketiduran." jawab Ella. "Kamu istirahat ya sayang. Ibu sama Ayah masuk kamar dulu." ucap Ella mengecup kening Vania. Kemudian disusul oleh Afandi.

Keesokan harinya, kebetulan hari minggu. Adira bangun dengan malas. Karena semalam dia menangis sampai ketiduran. Apa lagi saat melihat usaha ibunya seperti acuh tak acuh dalam merayunya.

Jam sudah menuju pukul sepuluh pagi, namun Adira belum juga keluar dari kamarnya. Dia enggan menatap wajah menjengkelkan dari saudarinya. Namun, karena sudah tidak tahan dengan perutnya yang terus-terusan minta di isi. Akhirnya Adira memutuskan untuk turun.

"Kemana semua orang?" gumam Adira melihat keadaan rumah yang sepi.

Adira langsung menuju dapur, disana ada Bu Mar yang lagi masak, dan Bu Siti sedang bersih-bersih.

"Kok sepi." tanya Adira.

"Eh, Adira baru bangun? Tadi Ibu sama Bapak kayaknya masuk kamar lagi deh." seru Bu Siti, memperhatikan penampilan Adira dengan mata sembab.

Ella memang menyuruh agar ART memanggil Vania dan Adira dengan sebutan nama, tanpa embel-embel di belakangnya.

"Ooo, Kak Vania?" tanya Adira lagi.

"Masuk kamar juga." balas Bu Mar yang mendengar pertanyaan Adira. "Adira mau makan? Bentar ya, Bu Mar siapkan dulu. Tadi, sebelum kesini Bu Siti membeli lontong sayur, khusus untuk Adira. Ya, kan Bu?" tanya Bu Mar, di angguki oleh Bu Siti.

Adira bersorak senang. Karena lontong merupakan salah satu menu sarapan favoritnya. Namun, dia jarang mendapatkannya. Karena kalau pagi urusan sarapan, Ibunya lah yang menyiapkannya.

"Habis dari ini, Bu Mar mau ke pasar. Mau belanja mingguan. Adira mau ikut?" tawar Bu Mar.

"Mau Bu, lagian aku bosan di rumah terus." seru Adira. "Tapi ..." mengingat harus meminta izin pada orang tuannya.

"Ibu sudah memberi izin kok, begitu juga dengan Bapak. Mereka memberi izin pada Bu Mar." kata Bu Mar seolah tahu apa yang dipikirkan oleh Adira.

Setelah sarapan, Adira langsung berlari ke kamarnya untuk bersiap-siap. Sekarang disini lah, mereka. Di pasar yang sesak dan juga becek. Namun, Adira tidak mempermasalahkan itu. Baginya yang penting bisa jalan-jalan menikmati dunia luar. Tidak melulu rumah dan sekolah.

Setelah merasa belanjaannya cukup. Bu Mar pun membawa Adira ke sebuah kedai. Mereka mampir untuk menikmati bakso. Adira cukup senang saat bakso berada di hadapannya. Dia melahap habis makanan tersebut tanpa tersisa. Bu Mar, bisa melihat pancaran kebahagiaan dari gadis kecil di sampingnya.

"Kita pulang ya." ajak Bu Mar.

Sore harinya, Afandi, Ella dan Vania sedang menikmati minuman dan aneka cemilan yang di siapkan Bu Mar sebelum pulang. Mereka duduk di teras samping, dekat dengan ruang keluarga. Sedangkan Adira hanya menonton televisi di ruang keluarga. Dia malas bergabung dengan orang tuanya. Apalagi ada Vania di antara mereka.

Afandi bangkit dari duduknya. Dia duduk di samping Adira. Namun, Adira yang sedang fokus menonton tidak menghiraukan Ayahnya yang ikut duduk di sampingnya.

"Maaf ya untuk yang semalam." ujar Afandi merangkul pundak Adira.

Deg ,,, Mengingat kejadian semalam, entah kenapa mood Adira langsung berubah. Matanya langsung berembun. Namun, dia mati-matian menahan agar air matanya tidak tumpah. Apalagi bayangan senyum Kakaknya selalu saja terbayang.

"Sekarang siap-siap lah, karena kita akan berangkat sekarang juga." perintah Afandi.

"Gak usah Yah. Aku sudah bosan." lirih Adira beranjak sambil menekan remote untuk mematikan siaran televisi.

Afandi hanya menatap anaknya yang menjauh. Kemudian dia memilih untuk menyusul Adira ke kamarnya.

Vania yang sejak tadi menyadari Ayahnya mendekati Adira, hanya mengepalkan tangan geram. Pasalnya dia tidak ikhlas kalau kasih sayang dari orang tuanya terbagi. Dia hanya ingin menikmatinya sendiri. Mungkin karena dia terbiasa di manja dan juga disayang.

"Adira, Ayah masuk ya." pinta Afandi membuka setengah pintu. Namun, Adira tidak peduli. Dia sibuk dengan buku-bukunya.

Walau tanpa izin. Afandi tetap memaksa masuk. Dia melihat dengan jelas. Jika Adira menghapus air matanya dengan cepat.

Terpopuler

Comments

Land19

Land19

nyesek banget aku Thor 😭😭😭
tega banget mereka ya Allah .

aaaakkkkkhhhh!!!!!!!!
😡😡😡😡😡

2025-01-06

0

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

kalian orang pilih kasih...hedeeehhh

2025-01-05

0

Yani Fitriaa

Yani Fitriaa

adira yang sabar ya sayangggg

2025-01-14

0

lihat semua
Episodes
1 Tidak sayang Adira
2 Lihat lah, Aku
3 Harapan Adira
4 Kebahagian Adira
5 episode 5
6 Episode 6
7 Kuatkan Aku!
8 Panggilkan Aku Nak!
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Pembagian Rapor
12 Vania kesal
13 Satria, murid baru
14 Salah Paham
15 Episode 15
16 Gagal Mendekati Satria
17 Vania, Kembali Berulah
18 Vania Kembali Berulah 2
19 Kemana Perginya Adira
20 Kemana Kamu Adira?
21 Dia Bernama Adira
22 Karena Ulahmu
23 Episode 23
24 Akhirnya Bertemu
25 Anak Yang Diabaikan
26 Hari Sial Vania
27 Se-benci Itukan?
28 Mari Bersenang-senang
29 Balaskan Sakit Hatimu!
30 Episode 30
31 Saling Memaafkan
32 Harapan Afandi
33 Episode 33
34 Perjalanan Menyenangkan Adira
35 Kakek Kasim
36 Hari Sial Vania
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Mulanya Karma Untuk Ella
40 Kamu Menyukainya?
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Satria, Tolong!
47 Episode 47
48 Yang Tersayang
49 Satria Dan Adira Berpacaran
50 Permintaan Afandi
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Story Wa
54 Ketegasan Adira
55 Pura-pura Cemburu
56 Adira, Tak Sengaja Bertemu Ibunya
57 Episode 57
58 Afandi Di Pecat
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Pindah Ke Rumah Johan
62 Sikap Tegasnya Adira
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Karma Untuk Afandi Dan Ella
66 Maaf Nak!
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Penyerahan Harta Kasim
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Meninggalnya Kakek Kasim
75 Episode 75
76 Karma Vania
77 Ella Minta Maaf
78 Episode 78
79 Ancaman Ella
80 Isi Hati Adira
81 Episode 81
82 Meninggalnya Afandi
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Bertemu Vania
86 Episode 86
87 Dituduh Maling
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Pengumuman!
92 Pengumuman Novel Baru
93 Pengumuman Novel Baru
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Tidak sayang Adira
2
Lihat lah, Aku
3
Harapan Adira
4
Kebahagian Adira
5
episode 5
6
Episode 6
7
Kuatkan Aku!
8
Panggilkan Aku Nak!
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Pembagian Rapor
12
Vania kesal
13
Satria, murid baru
14
Salah Paham
15
Episode 15
16
Gagal Mendekati Satria
17
Vania, Kembali Berulah
18
Vania Kembali Berulah 2
19
Kemana Perginya Adira
20
Kemana Kamu Adira?
21
Dia Bernama Adira
22
Karena Ulahmu
23
Episode 23
24
Akhirnya Bertemu
25
Anak Yang Diabaikan
26
Hari Sial Vania
27
Se-benci Itukan?
28
Mari Bersenang-senang
29
Balaskan Sakit Hatimu!
30
Episode 30
31
Saling Memaafkan
32
Harapan Afandi
33
Episode 33
34
Perjalanan Menyenangkan Adira
35
Kakek Kasim
36
Hari Sial Vania
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Mulanya Karma Untuk Ella
40
Kamu Menyukainya?
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Satria, Tolong!
47
Episode 47
48
Yang Tersayang
49
Satria Dan Adira Berpacaran
50
Permintaan Afandi
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Story Wa
54
Ketegasan Adira
55
Pura-pura Cemburu
56
Adira, Tak Sengaja Bertemu Ibunya
57
Episode 57
58
Afandi Di Pecat
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Pindah Ke Rumah Johan
62
Sikap Tegasnya Adira
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Karma Untuk Afandi Dan Ella
66
Maaf Nak!
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Penyerahan Harta Kasim
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Meninggalnya Kakek Kasim
75
Episode 75
76
Karma Vania
77
Ella Minta Maaf
78
Episode 78
79
Ancaman Ella
80
Isi Hati Adira
81
Episode 81
82
Meninggalnya Afandi
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Bertemu Vania
86
Episode 86
87
Dituduh Maling
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Pengumuman!
92
Pengumuman Novel Baru
93
Pengumuman Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!