Panggilkan Aku Nak!

Adira telah menyelesaikan semua jawaban untuk pertanyaan, dari soal olimpiade-nya. Bahkan sekarang, dia minta izin pada pengawas untuk istirahat karena keadaannya yang semakin lemah. Dan dengan arahan dari pengawas, Adira dibawa keruang kesehatan yang berada di gedung tersebut.

"Kamu dehidrasi, makanya minum air putih yang banyak ya." ucap perawat yang jaga disana. "Ini obat dan vitamin untukmu. Jangan lupa diminum ya. Dan jangan pernah tinggalkan sarapan, karena sepertinya kamu sudah masuk gejala maag, perut bagian ini sakitkan?" lanjutnya dengan menekan perut bagian kiri atas.

"Iya, belakangan ini ulu hati juga merasa nyeri. Walaupun tidak selalu, tapi kadang-kadang aku merasakannya." keluh Adira.

"Kedepannya, jangan pernah telat makan ya. Dan selalu mencukupi nutrisi di tubuhmu. Dan lebih penting lagi jangan stress ya. Karena stress merupakan punca segala penyakit." peringat perawat.

Adira pun, diizinkan untuk istirahat diruang tersebut sampai semua pengikut lomba selesai.

Dengan dijemput oleh guru dari pihak sekolahnya, Adira diantarkan sampai kerumahnya. Masih dalam keadaan lesu, Adira berjalan memasuki pekarangan rumahnya.

"Eh Adira, bagaimana lombanya?" sapa Bu Siti sedang menyapu halaman.

"Lancar Bu Siti, aku masuk dulu ya. Mau istirahat." pamit Adira meninggalkan Bu Siti.

Adira menuju dapur karena merasa haus. Dia melihat Bu Mar sedang menata aneka jenis makanan di meja makan.

"Kok banyak banget Bu?" tanya Adira membuat Bu Mar kaget. Karena dia tidak tahu jika Adira ada di dapur.

"Ooo hari ini, Ibu kedatangan teman-temannya. Kamu makan ya, udah Ibu siapin. Tadi, sengaja Ibu pisahin untukmu." kekeh Bu Mar.

"Wah makasih ya Bu. Tapi kayaknya aku gak lapar Bu. Nanti aja ya." tolak Adira.

"Ya udah, ini kamu bawa ke kamar ya. Nanti kalau lapar tinggal makan aja. Terus pintu kamarnya kamu kunci aja dari dalam." Bu Mar memberi ide.

"Makasih Bu." memeluk Bu Mar karena terharu akan kebaikannya.

Adira pun membawa piring pemberian Bu Mar, tak lupa dia juga mengunci pintu sesuai perintah dari Bu Mar.

Sampai dikamar, Adira hanya menatap sendu ke arah piring yang dibawanya. Dia enggan memakan makanan tersebut, karena Adira bertekad akan membuat dirinya mengalami penyakit maag. Dan dia juga sudah membuang obat yang tadi diberikan oleh perawat yang jaga di ruang kesehatan, saat pulang sekolah.

"Semoga kamu terus kuat Adira, kita berjuang sama-sama ya." gumam Adira menyemangati dirinya sendiri.

...🍁🍁🍁🍁🍁...

Dibawah sudah berkumpul teman-teman arisan dari Ella, mereka sudah menikmati makanan yang telah disajikan oleh Bu Mar, tak henti-hentinya mereka memuji jika makanan yang disediakan oleh Ella selalu saja mengunggah selera.

"Oya, anak keduamu kemana ya? Kok gak kelihatan." tanya teman Ella bernama Dewi. Karena dia sudah melihat Vania, sebab dia juga ikut makan bersama.

"Kayaknya belum pulang deh, mereka berdua kan beda sekolah." jawab Ella.

"Kamu beruntung ya, mempunyai dua orang anak yang pintar-pintar. Bahkan, aku dengar Vania menang olimpiade. Dan tadi dia juga ikut lagi, tingkat kabupaten kalau gak salah." lanjut Dewi.

"Kok kamu tahu?" tanya teman Ella lainnya.

"Iyalah, anak kami kan satu sekolah, walaupun beda kelas." jawab Dewi. "Tapi aku heran deh La, kenapa kamu gak menyekolahkan anak keduamu disekolah yang sama dengan Vania."

"Ya, karena teman-teman Adira saat SMP, banyak yang lanjut di sekolahnya sekarang." sahut Ella berbohong.

"Oo kirain kenapa. Anak kedua mu, kayaknya berbeda ya. Gak kayak Vania." bisik mereka.

"Agak sombong, cuek gitu. Terus, kayak gak ada sopan santunnya sama orang tua. Masak kita datang dia gak pernah sekalipun ikut bergabung. Beda sama Vania yang hubble." lanjut mereka.

Ella hanya mengepal tangan geram. Bagaimanapun saat ada orang lain yang menjelekkan anaknya, hatinya ikut sakit. Namun, dia hanya bisa diam menangapi peryataan teman-temannya.

Tak lama kemudian, teman-teman Ella pamit pulang. Baru Ella bisa bernapas lega. Melihat jam sudah menuju pukul lima sore, Ella baru teringat jika ia belum melihat kehadiran Adira. Dia langsung menuju dapur untuk bertanya sama Bu Mar.

"Bu Mar, Adira-nya udah pulang belum?"

"Udah Bu, dia di kamarnya."

"Oo ya sudah." seru Ella berlalu.

"Bu, Adira masih demam." kata Bu Mar takut.

"Cuma demam kan? Aku mau istirahat dulu." pamit Ella.

Adira merasa kedinginan. Namun dia masih tersenyum, karena berharap orangtuanya bisa melihat jika ia juga bisa sakit. Namun, sampai malam menjelang, jangankan ke kamar. Memanggilnya hanya untuk sekedar makan malam pun tidak.

Menjelang tengah malam, Afandi memasuki kamar putrinya, dia baru saja pulang. Dan tadi sore mendapatkan WA dari Bu Siti, jika Adira masih sakit saat pulang sekolah.

"Adira ..." desis Afandi memegang dahi Adira.

"Ayah ..." Adira membuka mata berat. "Cuma mimpi ..." lirihnya melanjutkan tidurnya.

"Maaf nak..." seru Afandi. Langsung membuat Adira tersenyum.

Nak ... Sapaan yang sangat Adira ingin dengarkan selain sayang dari mulut orangtuanya. Namun, nyatanya dia hanya bisa mendengar dari alam mimpi. Itulah yang Adira pikirkan.

Afandi melirik ke nakas yang ada di kamar Adira. Sepiring nasi masih utuh berada di sana. Dan Afandi dapat menduga jika Adira tidak makan sedikitpun.

"Adira, bangun!" ujar Afandi.

"Ayah,,," lirih Adira mencoba untuk membuka matanya. "Ayah di sini? Ada apa?" tanya Adira.

"Udah makan?" tanya Afandi basa-basi.

"Tidak lapar Yah ..." lirih Adira memandang piring di nakas. "Ayah baru pulang?"

"Iya, dan Ayah langsung kesini. Ingin melihat keadaanmu. Kita makan berdua yuk?" ajak Afandi.

"Makasih Ayah, karena udah kesini. Tapi aku gak lapar. Aku senang Ayah kesini." tidur di paha Afandi.

Afandi dengan lembut mengelus rambut panjang dari Adira. "Ayah udah beli martabak kesukaan kalian. Kita makan ya." bujuk Afandi kekeuh.

"Itu kesukaan Kak Vania Ayah, aku tidak terlalu menyukainya." gumam Adira.

"Oo iya kah? Ayah pikir kamu juga menyukainya. Karena kamu pernah ikut memakannya." sahut Afandi kikuk.

"Karena Ayah dan Ibu pernah mengatakan pada Adira, jangan pernah protes pada makanan yang kalian beli. Dan aku juga pernah meminta Ayah atau Ibu membelikan makanan kesukaan ku, tapi kalian lupa atau beralasan kasihan Kak Vania, karena dia tidak menyukai makanan tersebut." jawab Adira jujur.

"Maaf, lain kali Ayah belikan. Memangnya apa makanan kesukaanmu?"

"Bahkan Ayah juga melupakannya." gumam Adira bangkit dari paha Ayahnya, dan kembali tidur ke tempatnya semula.

"Pangsit?" tebak Afandi.

"Masih kesukaan Kak Vania Ayah. Aku mau tidur, Ayah keluar lah." usir Adira karena kecewa pada Ayahnya. "Tolong matikan lampunya." memejamkan mata tanpa peduli Ayahnya masih duduk di atas kasurnya.

"Maaf ..." bisik Afandi mengecup pipi Adira sekilas, itupun setelah memastikan jika anaknya tidur pulas. Terbukti dengan terdengarnya dengkuran halus dari Adira.

Terpopuler

Comments

Rita Riau

Rita Riau

kenapa ya kebanyakan orang tua yang durhaka sama anak,,, nasib Adira sama persis dengan Senja yg selalu disakiti oleh ibu,,, hanya ayah yg punya hati sedikit

2024-04-07

1

Ani Ani

Ani Ani

terluka hati nya

2024-03-04

1

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Ada sesuatu yang ditutupi kayaknya

2024-01-19

0

lihat semua
Episodes
1 Tidak sayang Adira
2 Lihat lah, Aku
3 Harapan Adira
4 Kebahagian Adira
5 episode 5
6 Episode 6
7 Kuatkan Aku!
8 Panggilkan Aku Nak!
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Pembagian Rapor
12 Vania kesal
13 Satria, murid baru
14 Salah Paham
15 Episode 15
16 Gagal Mendekati Satria
17 Vania, Kembali Berulah
18 Vania Kembali Berulah 2
19 Kemana Perginya Adira
20 Kemana Kamu Adira?
21 Dia Bernama Adira
22 Karena Ulahmu
23 Episode 23
24 Akhirnya Bertemu
25 Anak Yang Diabaikan
26 Hari Sial Vania
27 Se-benci Itukan?
28 Mari Bersenang-senang
29 Balaskan Sakit Hatimu!
30 Episode 30
31 Saling Memaafkan
32 Harapan Afandi
33 Episode 33
34 Perjalanan Menyenangkan Adira
35 Kakek Kasim
36 Hari Sial Vania
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Mulanya Karma Untuk Ella
40 Kamu Menyukainya?
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Satria, Tolong!
47 Episode 47
48 Yang Tersayang
49 Satria Dan Adira Berpacaran
50 Permintaan Afandi
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Story Wa
54 Ketegasan Adira
55 Pura-pura Cemburu
56 Adira, Tak Sengaja Bertemu Ibunya
57 Episode 57
58 Afandi Di Pecat
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Pindah Ke Rumah Johan
62 Sikap Tegasnya Adira
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Karma Untuk Afandi Dan Ella
66 Maaf Nak!
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Penyerahan Harta Kasim
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Meninggalnya Kakek Kasim
75 Episode 75
76 Karma Vania
77 Ella Minta Maaf
78 Episode 78
79 Ancaman Ella
80 Isi Hati Adira
81 Episode 81
82 Meninggalnya Afandi
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Bertemu Vania
86 Episode 86
87 Dituduh Maling
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Tidak sayang Adira
2
Lihat lah, Aku
3
Harapan Adira
4
Kebahagian Adira
5
episode 5
6
Episode 6
7
Kuatkan Aku!
8
Panggilkan Aku Nak!
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Pembagian Rapor
12
Vania kesal
13
Satria, murid baru
14
Salah Paham
15
Episode 15
16
Gagal Mendekati Satria
17
Vania, Kembali Berulah
18
Vania Kembali Berulah 2
19
Kemana Perginya Adira
20
Kemana Kamu Adira?
21
Dia Bernama Adira
22
Karena Ulahmu
23
Episode 23
24
Akhirnya Bertemu
25
Anak Yang Diabaikan
26
Hari Sial Vania
27
Se-benci Itukan?
28
Mari Bersenang-senang
29
Balaskan Sakit Hatimu!
30
Episode 30
31
Saling Memaafkan
32
Harapan Afandi
33
Episode 33
34
Perjalanan Menyenangkan Adira
35
Kakek Kasim
36
Hari Sial Vania
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Mulanya Karma Untuk Ella
40
Kamu Menyukainya?
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Satria, Tolong!
47
Episode 47
48
Yang Tersayang
49
Satria Dan Adira Berpacaran
50
Permintaan Afandi
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Story Wa
54
Ketegasan Adira
55
Pura-pura Cemburu
56
Adira, Tak Sengaja Bertemu Ibunya
57
Episode 57
58
Afandi Di Pecat
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Pindah Ke Rumah Johan
62
Sikap Tegasnya Adira
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Karma Untuk Afandi Dan Ella
66
Maaf Nak!
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Penyerahan Harta Kasim
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Meninggalnya Kakek Kasim
75
Episode 75
76
Karma Vania
77
Ella Minta Maaf
78
Episode 78
79
Ancaman Ella
80
Isi Hati Adira
81
Episode 81
82
Meninggalnya Afandi
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Bertemu Vania
86
Episode 86
87
Dituduh Maling
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!