Salah Paham

Vania terngiang-ngiang pada ucapan Zaskia. Sampai akhirnya, dia pun memutuskan untuk menerima tawaran dari Zaskia. Apalagi selama ini, dia memang belum pernah dekat dengan sosok lawan jenis.

Dan menurut penilaiannya, Satria mungkin salah satu tipe yang dia cari selama ini. Selain wajah yang ganteng. Dia juga terlihat seperti orang berada. Dan juga terlihat pintar, buktinya dia bisa menjawab beberapa pertanyaan selama jam pelajaran berlangsung.

"Baiklah, aku terima tantangan mu tadi." seru Vania saat semua murid sudah keluar. Sekarang mereka tinggal berdua dikelas. Karena sudah jam pulang sekolah.

"Wah benarkah? Aku memberimu batas waktu sampai kita sebelum lulus SMA." ucap Zaskia. Dan Vania mengangguk setuju.

Hari ini, Afandi menjemput Vania, karena Ella sedang sangat sibuk. Saat dia menunggu Vania keluar dari gerbang. Dia melihat seseorang, dan Afandi langsung turun untuk menghampirinya.

"Anak pak Beni kan?" tanya Afandi.

"Eh Om,,, kok disini?"

"Iya, anak om juga sekolah disini."

"Ayah, ayo ..." panggil Vania dari dekat mobil.

"Iya iya, bentar." teriak Afandi. "Kamu nunggu jemputan? Atau mau pulang sama-sama aja yok?" ajak Afandi.

"Gak usah, aku nunggu angkot aja om." tolaknya.

Kemudian Afandi pun, pamit mau mengantarkan Vania pulang.

"Ayah kenal Satria?" tanya Vania saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Dia penduduk baru di komplek rumah kita. Semalam orang tua Satria dan Satria datang ke rumah kita. Namun, kamu udah masuk kamar. Begitu juga dengan Adira." jelas Afandi. "Kok kamu tahu namanya Satria?"

"Ya, karena di satu kelas sama aku Yah." balas Vania.

"Oo bagus lah, kalian bisa temenan." ucap Afandi.

"Loh, mau kemana Yah?" tanya Vania, melihat Ayahnya melewati jalan masuk ke arah rumahnya.

"Mau jemput Adira, kayaknya belum pulang deh. Soalnya hari ini kamu pulangnya cepetan kan?"

"Tapi aku mau istirahat Ayah." rengek Vania. Namun tidak digubris oleh Afandi.

Akhirnya mereka sampai di sekolah Adira. Setelah menunggu beberapa saat. Afandi melihat Adira keluar bersama seorang temannya.

"Adira."

Merasa terpanggil, Adira pun, menoleh ke arah sumber suara. Begitu juga dengan Ifana.

"Bentar ..." seru Adira menghampiri Ayahnya di seberang jalan. Sedangkan Ifana hanya menatap sosok yang berada di mobil tersebut.

"Ayah, kenapa ke sini?"

"Ya jemput kamu lah, masak itu aja gak tahu. Oo pura-pura gak tahu." sahut Vania. Tetapi jangankan untuk menjawab. Meladeni ucapan Vania saja.

"Ayah datang untuk menjemput mu." ujar Afandi tersenyum.

"Tapi, hari ini aku ada tugas kelompok Ayah. Itu aku udah di tungguin sama temanku." menunjuk Ifana yang terus menatap mereka. "Tapi makasih ya Yah, karena udah meluangkan waktu untuk ku." ujar Adira senang.

"Tuh kan, aku bilang juga apa. Buang-buang waktu aja. Bagusnya tadi kita langsung pulang." cetus Vania dari dalam mobil.

"Ya udah, hati-hati. Ini uang tambahan untuk kamu." ujar Afandi mengeluarkan beberapa lembar uang merah. Dan Adira menerimanya dengan senang hati. Kemudian dia juga pamit, mau pergi bersama teman-temannya.

"Siapa?" tanya Ifana, saat Adira sudah berada di hadapannya.

"Ada lah." sahut Adira tersenyum.

Adira dan beberapa orang temannya, sekarang berada di taman, kebetulan taman tersebut tidak lah, jauh dari sekolah mereka. Dan juga, terdapat banyak gazebo untuk orang-orang istirahat sambil lesehan.

Sebelum ke taman, masing-masing mereka membeli makanan dan minuman. Dan sekarang mereka sedang diskusi tentang pelajaran sejarah.

"Eh, tahu gak? Tadi, aku ada lihat siswi di sekolah kita bersama Om-om." seru Kesya membuka obrolan di sela belajar.

"Wah benarkah? Siapa?" sambut lainnya antusias.

"Adalah, kalian juga pada kenal kok. Dan kalian pasti gak nyangka, kalau tahu siapa orangnya." ungkap Kesya lagi.

"Udah lah, jangan ngegosip mulu kerjaan mu. Ini lagi kerja kelompok. Bukan ngerumpi kelompok." seru Ifana. Yang tahu kemana arah pembicaraan Kesya.

"Heh Ifana, aku ngomongnya fakta ya. Bukan ngerumpi yang gak bener. Apalagi fitnah." sinis Kesya.

"Udah lah, Kesya. Nanti aja ngegosip-nya. Sekarang kerjakan dulu tugas ini." lerai salah seorang murid cowok yang jengah mendengar pembicaraan para cewek.

"Adira, cara dapat duit instan gimana sih?" tanya Kesya saat Adira membereskan buku-bukunya. Karena sudah selesai.

"Kerja. Gak ada yang instan di dunia ini." jawab Adira sekenanya.

"Wah iya kah? Kalau kamu kerja apa? Perasaan tas mu, bukan tas murahan."

"Aku gak kerja. Yang kerja itu orang tua aku. Emang napa?"

"Aku gak percaya deh. Masak kamu yang ke sekolahnya selalu pake ojek. Bisa beli barang-barang mahal. Atau jangan-jangan." men-jeda ucapannya.

"Udah deh Key, hobi amat sih ngajak ribut mulu." papar Ifana.

"Jangan-jangan apa? Mau ngomong apa?" tantang Adira.

"Udah Adira. Yok kita pulang. Udah selesai semuanya kan?" tanya Ifana menarik tangan Adira.

"Guys, kalian mau tahu? Siap siswi sekolah kita yang jadi simpenan om-om?"

"Emang siapa?" tanya yang lainnya.

"Adira." ujar Kesya, membuat Adira syok. Dan Ifana, menepuk dahinya.

"Dan aku punya buktinya." memperlihatkan bukti vidio di ponselnya.

Melihat reaksi teman-temannya yang menutup mulut tak percaya. Adira langsung merebut ponsel Kesya.

"Kalian lihat sendiri kan? Adira menerima banyak uang dari Om-om tersebut. Kalian pasti bisa menyimpulkan sendiri. Sejauh mana hubungannya sama Om-om itu." sindir Kesya menatap Adira dengan sinis.

"Wah Adira, kami gak percaya loh. Kalau kamu nakal juga." seru salah seorang murid cowok. "Satu jamnya berapa sih? Bisa lah, ya. Harga teman." lanjutnya lagi.

"Kamu mau mengelak seperti apa lagi sih Adira? Atau kamu mau nangis? Pindah sekolah misalnya?" tanya Kesya tersenyum penuh kemenangan.

"Udah diam. Kita dengarkan dulu penjelasan Adira." ujar Ifana. Karena dia sendiri juga penasaran.

"Aku baru tahu, jika kamu sangat menikmati, jika aku malu ataupun kesusahan. Atau kamu juga mau, jika aku melakukan hal yang sama seperti yang kamu lakukan?" tantang Adira.

"A-apa maksudmu?" panik Kesya.

"Kamu pasti paham. Tenang lah, aku gak seburuk yang kamu kira." ujar Adira.

"Oya, kalian mau ikut aku gak? Untuk membuktikan siapa lelaki yang memberikan aku uang."

"Jangan bertele-tele Adira. Cepat jelaskan." ujar seorang cewek.

"Aku gak mau menjelaskan. Karena kalian juga gak akan percaya. Aku akan memberikan bukti. Agar kalian semua paham. Dan tidak mudah percaya sama gosip murahan." jelas Adira.

Dan mereka semua setuju untuk mengikuti Adira. Karena semua mereka sangat penasaran tentang bukti yang ingin di tunjukan oleh Adira.

Setelah melewati beberapa menit di perjalanan. Akhirnya mereka sampai di depan supermarket.

"Masuk lah, belanja saja sepuasnya. Aku traktir." seru Adira saat mereka sudah turun dari sepeda motor.

"Kamu mau traktir kita pakai uang haram? Gak sudi." cetus Kesya.

"Adiramart? Ini punyamu?" tanya Ifana yang membaca papan nama. Dan semua orang mengikuti ke arah dimana papan nama tersebut di pasang.

"Ayok kita masuk." ajak Adira mengandeng tangan Ifana.

Kasir dan para pekerja lainnya tersenyum ramah ke arah Adira. Mereka semua mengenal Adira sebagai anak dari bos mereka.

"Ambil aja, apa pun yang kalian mau. Aku mau ke atas dulu. Atau kalian mau ikut?"

"Ya, kami semua akan ikut. Karena kami tidak ingin kamu bohongi." ungkap Kesya.

Terpopuler

Comments

Ani Ani

Ani Ani

Anak pun pandaigosib

2024-03-05

0

Muliana

Muliana

iya nih, kesya nih mana paham

2024-01-15

0

Teteh Lia

Teteh Lia

4 iklan buat ayah Affandi, karena di part ini udah banyak pro Adira.

2024-01-15

1

lihat semua
Episodes
1 Tidak sayang Adira
2 Lihat lah, Aku
3 Harapan Adira
4 Kebahagian Adira
5 episode 5
6 Episode 6
7 Kuatkan Aku!
8 Panggilkan Aku Nak!
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Pembagian Rapor
12 Vania kesal
13 Satria, murid baru
14 Salah Paham
15 Episode 15
16 Gagal Mendekati Satria
17 Vania, Kembali Berulah
18 Vania Kembali Berulah 2
19 Kemana Perginya Adira
20 Kemana Kamu Adira?
21 Dia Bernama Adira
22 Karena Ulahmu
23 Episode 23
24 Akhirnya Bertemu
25 Anak Yang Diabaikan
26 Hari Sial Vania
27 Se-benci Itukan?
28 Mari Bersenang-senang
29 Balaskan Sakit Hatimu!
30 Episode 30
31 Saling Memaafkan
32 Harapan Afandi
33 Episode 33
34 Perjalanan Menyenangkan Adira
35 Kakek Kasim
36 Hari Sial Vania
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Mulanya Karma Untuk Ella
40 Kamu Menyukainya?
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Satria, Tolong!
47 Episode 47
48 Yang Tersayang
49 Satria Dan Adira Berpacaran
50 Permintaan Afandi
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Story Wa
54 Ketegasan Adira
55 Pura-pura Cemburu
56 Adira, Tak Sengaja Bertemu Ibunya
57 Episode 57
58 Afandi Di Pecat
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Pindah Ke Rumah Johan
62 Sikap Tegasnya Adira
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Karma Untuk Afandi Dan Ella
66 Maaf Nak!
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Penyerahan Harta Kasim
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Meninggalnya Kakek Kasim
75 Episode 75
76 Karma Vania
77 Ella Minta Maaf
78 Episode 78
79 Ancaman Ella
80 Isi Hati Adira
81 Episode 81
82 Meninggalnya Afandi
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Bertemu Vania
86 Episode 86
87 Dituduh Maling
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Tidak sayang Adira
2
Lihat lah, Aku
3
Harapan Adira
4
Kebahagian Adira
5
episode 5
6
Episode 6
7
Kuatkan Aku!
8
Panggilkan Aku Nak!
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Pembagian Rapor
12
Vania kesal
13
Satria, murid baru
14
Salah Paham
15
Episode 15
16
Gagal Mendekati Satria
17
Vania, Kembali Berulah
18
Vania Kembali Berulah 2
19
Kemana Perginya Adira
20
Kemana Kamu Adira?
21
Dia Bernama Adira
22
Karena Ulahmu
23
Episode 23
24
Akhirnya Bertemu
25
Anak Yang Diabaikan
26
Hari Sial Vania
27
Se-benci Itukan?
28
Mari Bersenang-senang
29
Balaskan Sakit Hatimu!
30
Episode 30
31
Saling Memaafkan
32
Harapan Afandi
33
Episode 33
34
Perjalanan Menyenangkan Adira
35
Kakek Kasim
36
Hari Sial Vania
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Mulanya Karma Untuk Ella
40
Kamu Menyukainya?
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Satria, Tolong!
47
Episode 47
48
Yang Tersayang
49
Satria Dan Adira Berpacaran
50
Permintaan Afandi
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Story Wa
54
Ketegasan Adira
55
Pura-pura Cemburu
56
Adira, Tak Sengaja Bertemu Ibunya
57
Episode 57
58
Afandi Di Pecat
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Pindah Ke Rumah Johan
62
Sikap Tegasnya Adira
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Karma Untuk Afandi Dan Ella
66
Maaf Nak!
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Penyerahan Harta Kasim
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Meninggalnya Kakek Kasim
75
Episode 75
76
Karma Vania
77
Ella Minta Maaf
78
Episode 78
79
Ancaman Ella
80
Isi Hati Adira
81
Episode 81
82
Meninggalnya Afandi
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Bertemu Vania
86
Episode 86
87
Dituduh Maling
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!