Episode 6

"Ini, Ibu belikan baju untukmu. Jadi, jangan pernah katakan kalau Ibu selalu melupakanmu. Ini Ibu ingat." ujar Ella memberikan paper bag untuk Adira.

Adira menerima paper bag yang diberikan oleh Ibunya. "Makasih Ibu." ucap Adira.

"Kamu suka?" tanya Ella.

"Pasti suka Bu, apalagi Ibu yang pilihkan." jawab Adira.

Vania melihat adegan dua orang depannya hanya bisa memutar mata malas. Dia cemburu jika Adira bisa merebut hati orangtuanya.

"Bagaimana dengan hasil olimpiade mu?" tanya Vania sinis. Dia berharap jika Adira tidak berhasil, dan otomatis semua pujian dari orangtuanya hanya tertuju untuknya.

"Aku lolos untuk ikut ke tingkat kabupaten." sahut Adira bahagia.

"Wah benarkah? Ibu bangga pada kalian berdua. Kak Vania juga lolos. Makasih ya." kata Ella senang.

"Selamat ya Kak." ucap Adira senang.

"Heum ..."

"Vania ..." tegur Ella.

"Iya, selamat juga untukmu. Aku masuk kamar dulu. Karena capek habis dari salon dan belanja." pamer Vania.

Adira juga memasuki kamarnya. Dia menatap baju-baju yang dibelikan Ibunya. Juga ada tas dan sepatu.

"Makasih Ibu..." batin Adira senang.

Keesokan harinya, Adira datang ke sekolah masih mengunakan ojek sedangkan Vania di antarkan oleh Ibunya. Karena beda arah, itulah alasan Ella untuk tidak mengantarkan Adira.

"Ehhh, pemenang lomba udah datang." seru salah satu siswi yang merupakan rival Adira. Dia juga mengikuti lomba olimpiade, namun kalah.

"Bagaimana rasanya? Dibanggakan satu sekolah? Pasti senangkan?" ucapnya remeh. "Tapi jangan senang dulu. Tandinganmu di kabupaten pasti lebih sulit dari yang kamu bayangkan." lanjutnya lagi.

"Udah? Sekarang aku tanya sama kamu, bagaimana rasanya malu akibat kalah? Apalagi kamu kan udah pamer sana-sini dengan mengatakan kalau kamu akan menang!" cibir Adira.

"Lancang kamu ya." lanjut siswi tersebut bernama Kesya, dia hendak menampar Adira.

"Jangan main-main denganku. Atau mau aku sebarkan, jika selama ini kamu merayu guru kimia?" bisik Adira menahan tamparan Kesya.

"Kamu ..." tunjuk Kesya.

"Simpan saja energimu untuk guru tersebut." cibir Adira berjalan menuju bangkunya.

Kesya geram, sekaligus penasaran. Bagaimana bisa hal yang ditutupi serapat mungkin bisa diketahui oleh Adira.

Adira mengetahui hal tersebut saat dia jalan-jalan di alun-alun bersama Ayahnya. Dia melihat tak jauh dari tempat ia duduk, jika Kesya sedang bersandar di bahu guru tersebut. Dan bahkan sesekali sang guru mengecup pucuk kepala Kesya.

Yang Adira tahu, jika Kesya merupakan gadis yatim. Dan guru tersebut masih muda, juga belum menikah. Namun, kalau disekolah hubungan mereka layak seperti seorang guru dan murid.

...🍁🍁🍁🍁🍁...

Tanpa memberitahu Ayah dan Ibunya, sepulang sekolah, Vania mengajak gengnya untuk datang kerumahnya . Dia ingin mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan kemenangannya.

"Bu Mar, tolong siapkan cemilan untuk aku dan teman-teman. Dibawa ke kamar ya Bu."

"Emang ada acara apa Vania?" tanya Bu Mar.

"Udahlah, gak usah banyak tanya. Yang penting siapin aja apa yang aku katakan. Pembantu aja, sok belagu." ujar Vania kesal.

"Baik." jawab Bu Mar.

Tak berapa lama, Adira juga pulang sekolah. Dia telat karena ojek yang biasa di naikinya tidak datang untuk menjemputnya.

"Bu Mar," panggil Adira lesu.

"Eh, kenapa pucat sekali?" tanya Bu Mar khawatir.

"Gak apa Bu, cuma kecapean dan lemas aja."

"Kamu demam nak." memegang dahi Adira.

"Bu, kok belum di antar sih." teriak Vania dari pintu kamarnya.

"Eh iya, bentar Vania."

"Oya, kamu jangan sesekali keluar dari kamar. Karena aku gak mau jika teman-temanku tahu jika aku punya adik. Apalagi adiknya modelan kamu." ucap Vania menghampiri Adira. "Kamu dengar kan?" mencengkram bahu Adira.

"Sudah

Hari sudah sore, Afandi dan Ella baru saja tiba di rumah. Saat mereka tiba, tidak terlihat ada Adira di ruang keluarga. Hanya ada Vania yang sibuk dengan ponsel pintarnya.

"Adira mana? Ibu bawakan martabak manis."

"Yee kesukaanku. Makasih Bu." ucap Vania. "Adira kayaknya dikamar deh Bu, dari tadi habis pulang sekolah gak keluar-keluar. Padahal tadi ada temanku datang kesini, mereka juga ingin bertemu sama Adira saat aku menceritakan kalau aku punya seorang adik, yang juga menang olimpiade." bohong Vania.

"Kok Adira gitu sih. Ya sudah kamu makan aja sendiri. Nanti kalau ia lapar pasti keluar dari kamarnya." ujar Ella kesal.

Saat mereka memulai untuk makan malam, Adira tak kunjung keluar dari kamarnya. Namun, tak satupun diantara mereka yang mengingat Adira. Apalagi Vania yang sibuk bercerita tentang guru-guru yang bangga terhadapnya disekolah.

Menyadari Adira tak juga kunjung keluar kamar, Afandi hendak melihatnya.

"Ayah mau kemana?" tanya Vania melihat Ayahnya bangkit.

"Mau lihat Adira dulu." sahut Afandi.

"Udahlah Yah, mungkin dia merasa bersalah sama Vania, karena tadi dia kan gak keluar saat teman Vania datang." larang Ella.

Akhirnya Afandi pun, kembali ke tempat semula.

Karena sudah kelaparan, Adira keluar dari kamarnya menuju dapur. Dia melewati Ayah, Ibu dan juga Vania yang berada diruang keluarga.

"Kamu sakit? Kok pucat gitu." tanya Afandi.

"Halah, itu pasti karena kelaparan." sahut Ella. Bahkan dia tidak menatap Adira.

"Oo benarkah? Ya udah kamu makan aja dulu." ucap Afandi melanjutkan tontonannya. Sedangkan Vania hanya tersenyum sinis.

Adira melihat nasi yang berada di magicom, hanya sedikit. Dan tersisa satu potong ikan. Untuk sayur mayur sudah habis. Karena sangat lapar, Adira pun makan dengan menu tersebut.

Setelah makan, Adira pun ikut nimbrung bersama keluarganya. Namun, Vania langsung pura-pura sesak saat melihat kedatangan Adira. Dia tidak mahu jika orangtuanya memperhatikan Adira yang masih pucat.

"Dira, ambilkan inhaler di kamar Vania." ujar Ella panik, begitu juga dengan Afandi.

"Cepetan, kok lelet amat sih." teriak Ella.

Setelah memberikan inhaler Adira pun memasuki kamarnya, dia menyayangkan dirinya yang hanya demam. Masih dengan doa yang sama, Adira berharap keajaiban agar dia merasakan sakit.

"Sudah Yah, Bu... Aku gak apa-apa. Mungkin karena kecapean aja karena kedatangan teman-teman." lirih Vania.

"Makanya, kenapa Ibu melarang kamu membawa teman-teman, karena Ibu gak mau kamu kenapa-napa sayang." memeluk Vania, sembari mengelus lembut punggungnya. Dan Vania hanya tersenyum karena kemenangannya.

Terpopuler

Comments

Rita Riau

Rita Riau

ni orang tua bego bin songong,, lihat ntar pasti nyesel dan si Vania bakalan rusak karena pergaulan,,

2024-04-07

0

Ani Ani

Ani Ani

kurang ajar

2024-03-04

0

NurAzizah504

NurAzizah504

Bapaknya pun bego kali. Apa kata Vania langsung diturutin

2024-01-06

0

lihat semua
Episodes
1 Tidak sayang Adira
2 Lihat lah, Aku
3 Harapan Adira
4 Kebahagian Adira
5 episode 5
6 Episode 6
7 Kuatkan Aku!
8 Panggilkan Aku Nak!
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Pembagian Rapor
12 Vania kesal
13 Satria, murid baru
14 Salah Paham
15 Episode 15
16 Gagal Mendekati Satria
17 Vania, Kembali Berulah
18 Vania Kembali Berulah 2
19 Kemana Perginya Adira
20 Kemana Kamu Adira?
21 Dia Bernama Adira
22 Karena Ulahmu
23 Episode 23
24 Akhirnya Bertemu
25 Anak Yang Diabaikan
26 Hari Sial Vania
27 Se-benci Itukan?
28 Mari Bersenang-senang
29 Balaskan Sakit Hatimu!
30 Episode 30
31 Saling Memaafkan
32 Harapan Afandi
33 Episode 33
34 Perjalanan Menyenangkan Adira
35 Kakek Kasim
36 Hari Sial Vania
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Mulanya Karma Untuk Ella
40 Kamu Menyukainya?
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Satria, Tolong!
47 Episode 47
48 Yang Tersayang
49 Satria Dan Adira Berpacaran
50 Permintaan Afandi
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Story Wa
54 Ketegasan Adira
55 Pura-pura Cemburu
56 Adira, Tak Sengaja Bertemu Ibunya
57 Episode 57
58 Afandi Di Pecat
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Pindah Ke Rumah Johan
62 Sikap Tegasnya Adira
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Karma Untuk Afandi Dan Ella
66 Maaf Nak!
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Penyerahan Harta Kasim
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Meninggalnya Kakek Kasim
75 Episode 75
76 Karma Vania
77 Ella Minta Maaf
78 Episode 78
79 Ancaman Ella
80 Isi Hati Adira
81 Episode 81
82 Meninggalnya Afandi
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Bertemu Vania
86 Episode 86
87 Dituduh Maling
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Tidak sayang Adira
2
Lihat lah, Aku
3
Harapan Adira
4
Kebahagian Adira
5
episode 5
6
Episode 6
7
Kuatkan Aku!
8
Panggilkan Aku Nak!
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Pembagian Rapor
12
Vania kesal
13
Satria, murid baru
14
Salah Paham
15
Episode 15
16
Gagal Mendekati Satria
17
Vania, Kembali Berulah
18
Vania Kembali Berulah 2
19
Kemana Perginya Adira
20
Kemana Kamu Adira?
21
Dia Bernama Adira
22
Karena Ulahmu
23
Episode 23
24
Akhirnya Bertemu
25
Anak Yang Diabaikan
26
Hari Sial Vania
27
Se-benci Itukan?
28
Mari Bersenang-senang
29
Balaskan Sakit Hatimu!
30
Episode 30
31
Saling Memaafkan
32
Harapan Afandi
33
Episode 33
34
Perjalanan Menyenangkan Adira
35
Kakek Kasim
36
Hari Sial Vania
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Mulanya Karma Untuk Ella
40
Kamu Menyukainya?
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Satria, Tolong!
47
Episode 47
48
Yang Tersayang
49
Satria Dan Adira Berpacaran
50
Permintaan Afandi
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Story Wa
54
Ketegasan Adira
55
Pura-pura Cemburu
56
Adira, Tak Sengaja Bertemu Ibunya
57
Episode 57
58
Afandi Di Pecat
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Pindah Ke Rumah Johan
62
Sikap Tegasnya Adira
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Karma Untuk Afandi Dan Ella
66
Maaf Nak!
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Penyerahan Harta Kasim
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Meninggalnya Kakek Kasim
75
Episode 75
76
Karma Vania
77
Ella Minta Maaf
78
Episode 78
79
Ancaman Ella
80
Isi Hati Adira
81
Episode 81
82
Meninggalnya Afandi
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Bertemu Vania
86
Episode 86
87
Dituduh Maling
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!