pergi

Karina mengajak kedua orang tuanya untuk pulang."Kenapa terburu-buru,bagaimana Karin,Bara masih mau bersamamu kan?",tanya Maya penuh harap.

Karina menggeleng,"Kenapa?,sok sekali Bara itu,sudah lumpuh saja masih belagu",ucap Maya kesal.

"Karina juga tidak mau jadi madu ma",ucap Karina membuat Maya reflek menoleh putri semata wayang nya itu.

"Apa salah nya jadi madu,kan bukan pelakor",ucap Maya kesal.

"Karina mau ke Paris ma,pa",ujar Karina.

"Aduh,aduh itu lagi,biaya disana mahal Karin",ucap Maya.

"Disana Karina kan tidak hanya belajar tapi juga bekerja ma",ucap Karina,agar diizinkan pergi.

"Biarkan saja kenapa sih ma,"ucap Sadewa membela putrinya.

"Aku tidak mau jauh dari Karina,pa,"ucap Maya beralasan.

"Kan bisa ikut dengan Karin ma",ucap Karina.

"Biayanya tidak ada Karin,perusahaan papa mu kolaps,bangkrut",ucap Maya menyindir suaminya.

"Ma",tegur Sadewa.

"Memang benar kok,mama saja sampai menjual perhiasan mama untuk buat bayar arisan",ucap Maya.

"Makanya berdoa agar perusahaan papa kembali stabil,"ucap Sadewa

"Doa saja tidak cukup pa,mama itu butuh duit",ucap Maya.

"Karin,coba kamu bujuk Bara untuk investasi ke perusahaan papa,soalnya nomor papa diblokir",ucap Sadewa.

"Dana yang dijanjikan Bara itu belum cair pa?",tanya Maya.

"Belum ma,"jawab Sadewa.

"Coba kamu hubungi Bara Karin,"ucap Sadewa.

"Nanti akan Karin coba hubungi pa,soalnya tadi malam chat Karin juga tidak dibalas",ucap Karina.

"Ini pasti ulah Rindu,dasar gadis kampung tidak tau diri",ucap Maya,seharusnya posisi itu untyk Karina agar putrinya itu tak harus susah-susah bekerja,ongkang-ongkang kaki saja uang sudah mengalir.

"Ma",tegur Sadewa kesekian kalinya.

"Memang benar kok pa,waktunya dia itu balas budi,bukan sok enggak kenal gitu, mentang-mentang jadi menantu orang kaya kita diabaikan",kesal Maya.

"Memangnya Rindu itu siapa ma?",tanya Karina,karena seperti pernah melihat gadis itu.Sadewa ean Maya saling pandang sekilas kemudian Maya mendahului Sadewa berbicara.

"Gadis yang mendonorkan ginjalnya untuk mu",ucap Maya.

"Waktunya Karin dong ma,yang balas budi,bukan dia",ucap Karina.

"Mana ada seperti itu,ginjalnya itu tak lebih berharga dari tas mama",ucap Maya.

"Tapi kan berarti untuk hidup Karin ma",ucap Karina menghembuskan nafas perlahan.

"Tapi dia itu sudah menukar nya dengan hidup bersama tunanganmu Karin,itu bukan harga yang seimbang ingat itu,dia harus membayar lebih",ucap Maya berusaha menghasut Karina agar lebih gigih lagi mengejar Bara.

"Bagaimana kalau dia meminta ginjalnya kembali dan akan mengembalikan Bara untuk ku?",ucap Karina.

"Apa dia bilang seperti itu?",tanya Maya.

"Tidak,hanya seumpama",ucap Karina.

"Berani dia bilang seperti itu awas saja,gadis kampung saja belagu,tapi tidak mungkin juga dia bilang seperti itu,gadis serakah lihat saja wajahnya",ucap Maya selalu kesal saat mengingat senyum Rindu.

"Ma,sudah",tegur Sadewa.

"Apa sih pa,"ucap Maya

"Sudah ma",ucap Sadewa

"Tapi kalau dilihat-lihat Rindu ini mirip dengan...

Ucap Karina dipotong oleh Maya.

"Mirip dengan siapa?,tidak ada",ucap Maya bertepatan dengan mereka sampai kediamannya.

"Mengenai Paris,Karin akan tetap pergi ma,pa,tanpa atau restu kalian Karin tetap berangkat",ucap Karina sebelum turun dari mobil.

"Anak mu itu pa",gerutu Maya kesal,Sadewa tidak menanggapi dan segera masuk kedalam rumah.

Karina pergi menuju kamarnya,potret dirinya dan Bara,"Aku mencintaimu,tapi cintamu bukan untuk ku",ucap Karina mengusap wajah Bara dalam foto,kemudian dia mengambil ponselnya terdapat notifikasi bila ada dana masuk dalam rekeningnya.

"Terimakasih",gumam Karina mengirim pesan ke kontak ponselnya.

Karina segera mengemas apa yang diperlukan,mungkin Paris tempat dimana dia bisa move on dari Bara.

Karina segera memesan tiket,mengingat perlakuan Bara kepada gadis bernama Rindu membuat dadanya sesak,"Melepas ternyata sesakit ini",gumam Karina meremas dadanya.

Rumah Bara.

Pagi hari.

"Apa acara resepsinya tetap dilaksanakan bun?",tanya Rindu,saat didapur membantu Farah menyiapkan sarapan.

"Iya,ayah Bara ingin mengumumkan pernikahan putra kebanggaannya dan juga ingin memberitahukan bahwa pemimpin perusahaan digantikan oleh Bara",ucap Farah,sambil mengintruksi menantu nya mengambil bumbu.

"Tapi kondisi Bara kan sedang tidak baik-baik saja,mengenai pernikahan kita bukannya media sudah tau ya",ucap Rindu,sebab saat konferensi pers semua stasiun tv hadir,itu berarti satu negara sudah tau bukan,untuk apa resepsi lagi.

"Itukan media dalam negeri Rindu,sedangkan kolega dalam luar negeri belum ada yang tau",ujar Farah,Rindu menganga.

"Tidak perlu kaget,tapi untuk perusahaan biarkan ayah dulu yang memimpin bun",ucap Bara yang tiba-tiba berada didapur menyusul Rindu.

"Ck,kamu ini,ayah mu itu senang sekali saat tau kamu sudah menikah,itu artinya pensiun dini baginya karena kamu yang akan meneruskannya",ucap Farah menatap lekat putranya itu.

"Kalau begitu aku juga ingin cepat buat anak..

"Uhuk,uhuk",Rindu tersedak minum saat Bara menyinggung soal anak,Farah menepuk punggung Rindu.

"Dasar omes",ucap Farah mengatai Bara.

"Enggak ada yang salah kan bun,sudah sah ini",ucap Bara,mendekati Rindu yang duduk dikursi makan.

"Bagaimana sayang,kapan kita produksinya?",tanya Bara sedikit berbisik.

"P-produksi apa sih",ucap Rindu ikut berbisik takut didengar Farah.

"Aku menunggumu tadi malam",ucap Bara berbisik.

"Kalau mau mesra-mesraan dikamar jangan disini",sindir Farah.

"Ayo istriku,kita kekamar",ajak Bara,Farah menggeleng kecil.

"Aku mau bantu ibun dulu",ucap Rindu segera beranjak kembali membantu Farah.

Dikamar Bara.

Rindu sudah memandikan Bara,senyum merekah menghiasi bibir Bara.

"Cantik sekali istriku ini",puji Bara saat Rindu menyisir rambutnya.

"Dengan mbak Karina,cantikan mana?",tanya Rindu.

"Kok bahas Karina,cemburu atau insecure?,semua itu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing,Karina hanya masalalu,kamu masa depan ku",ucap Bara memandang Rindu lewat pantulan cermin meja rias Rindu,Rindu mengangguk,Bara mengambil ponsel pintarnya.

"Mas,aku sama ibun mau pergi keluar sebentar",ucap Rindu meminta izin.

"Apa tadi?",tanya Bara

"Aku sama ibun mau pergi ke salon kata Ibun,aku perlu perawatan",ucap Rindu mengulang perkataannya.

"Bukan itu,tapi panggil aku apa tadi?",tanya Bara,seperti kata yang asing namun membuat dia senang.

"Mas",ucap Rindu.

"Aku suka itu,coba panggil lagi",ucap Bara dengan senyum penuh harap.

"Mas,boleh enggak aku pergi kesalon dengan ibun",tanya Rindu.

"Boleh tapi aku ikut",jawab Bara semangat.

"Tapi ini kesalon kecantikan loh mas",ucap Rindu.

"Tidak masalah",ucap Bara.

"Baiklah,aku siap-siap dulu juga mau pamit sama ayah dan ibu dulu",ucap Rindu mengalah.

Saat Rindu keluar dari kamar sambil mendorong kursi roda Bara,Farah sudah menunggunya.

"Bara,ibun sama Rindu mau kesalon dulu",ucap Farah sambil mengecek isi tasnya,rencananya Farah ingin merasakan shoping,nyalon,hang out bersama menantunya.

"Iya Bara tau",ucap Bara.

"Ayo sayang",ajak Farah kepada Rindu,Rindu tetap mendorong kursi roda Bara.

"Bara mau mengantar sampai depan?",tanya Farah karena Rindu masih mendorong kursi roda milik suaminya itu.

"Enggak",ucap singkat Bara.

"Terus,kamu mau ikut?",tanya Farah menghentikan anaknya itu

"Iya",jawab Bara.

"Ini kita kesalon kecantikan loh",ucap Farah seperti tak percaya,karena dulu waktu bersama Karina jangankan ikut mengantarkan saja tidak mau.

"Apa salahnya",jawab Bara menatap Rindu dan Farah bergantian.

"Tidak ada yang salah,ayo kita pergi",ucap Farah senang dan lebih bersemangat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!