Rindu tak bisa terlelap,bisikan papa kandungnya membuat Rindu gelisah.
"Apa aku cerita ke ayah dan ibu saja",Gumam Rindu menatap langit-langit kamarnya.
"Tidak,tidak,aku tidak boleh membuat ayah dan ibu khawatir,aku akan menyelesaikan ini sendiri",gumam Rindu bertekad.
Sedangkan disebuah penginapan Sadewa tengah
menerima panggilan telepon dari istrinya,memberitahukan bahwa calon menantunya kecelakaan,sedang putrinya Karina tengah putus asa dan menangis terus.
"Cepatlah pulang pa,mama pusing dengan semua ini,mama tak tahu lagi cara menghibur Karina",ucap Maya terdengar frustasi
"Papa besok akan pulang ma",ucap Sadewa.
"Apa anak papa mau ikut dengan papa?,apa papa sudah memberitahunya kalau kita butuh ginjalnya segera",ucap Maya.
"Sudah,Rindu akan ikut dengan papa dan papa meminta Rindu tinggal dengan kita selama tiga bulan",ucap Sadewa.
"Kenapa harus tinggal dengan kita selama itu?,mama enggak setuju,setelah anak mu mendonorkan ginjal untuk Karina segera kembalikan lagi ke kampung halamannya",ucap Maya tak suka.
"Tapi ma,itu akan membuat bang Seno bisa membunuhku,setidaknya biarkan Rindu pulih dulu baru kita kembalikan",ucap Sadewa,walaupun Sadewa tak menyayangi Rindu namun tak dipungkiri ada darah yang mengalir dalam tubuh gadis itu.
"Terserah papa lah,yang penting Karina cepat sembuh",ucap Maya dan mematikan sambungan teleponnya.
Sadewa memijit pelipisnya,"Maafkan papa Rindu,maafkan aku Senja",lirih Sadewa mengingat Rindu tumbuh cantik seperti mendiang istri pertamanya.
Pagi ini Rindu akan menemui ayah kandung nya,namun sebelum itu dia menghubungi sahabatnya,"Assalamualaikum,Ros bisa bantu aku?",tanya Rindu tanpa basa basi.
"Bisa,bantu apa Rin?",jawab Rosa.
"Tolong jemput aku ya,aku tunggu dirumah",
"Tumben?",ucap Rosa.
"Ada hal penting,cepat kesini,aku tunggu enggak pakai lama",ucap Rindu.
"Oke,oke aku segera meluncur",ujar Rosa.
Rindu menghela nafas.
Disini disebuah taman Rindu duduk bersampingan dengan papa kandungnya.
"Itu foto saat Karina menjadi juara satu modeling,usianya masih sangat muda,tapi semangat dan ambisi untuk menhadi model internasional sangatlah tinggi",jelas Sadewa.
"Dan ini,saat Karina terbaring lemah seharusnya saat ini dia sudah berkarir di Paris,namun karena penyakitnya,putri ku yang malang harus memendam cita-cita nya menjadi model papan atas",ucap Sadewa menunjukan Karina sedang memakai baju rumah sakit duduk dikursi roda.
"Terus",ucap Rindu,sedikit kesal menatap Sadewa.
"Papa mohon,tolonglah Karina,dia sangat membutuhkanmu Rindu",ucap Sadewa,Rindu hanya tersenyum mengejek menatap Sadewa.
"Ternyata ini tujuan papa menemuiku,karena membutuhkan ku atau lebih tepatnya membutuhkan ginjal ku",ucap Rindu.
"Salah satunya Rindu,tapi papa juga merindukanmu,kalian berdua bukannya saudara kalian berdua itu putri papa",
"Maaf pa,tapi ekspetasi yang aku harapkan tak seperti realitanya,aku berangan papa menceritakan masa kecil ku,masa tumbuh kembangku,masa ibu mengandung ku,ngidam menginginkan apa, tapi apa?,sudahlah pa,dan terimakasih sudah mau bertemu dengan anak kandung mu ini",ucap Rindu berdiri dan melangkah pergi,namun pergelangan tangan Rindu dicekal oleh Sadewa.
"Kau memang keras kepala seperti Senja",ucap Sadewa menekankan kallimatnya,Rindu berusaha melepas tangannya.
"Bila aku tak bisa membawamu dengan baik-baik,aku akan memaksamu",ucap Sadewa,melihatkan ponselnya sebuah bom digital terpasang disebuah toko,Rindy membulatkan kedua bola matanya.
"Apa yang anda lakukan?!!",hardik Rindu.
"Ini hanya hal yang mudah untuk ku, dan juga lihat ini",ucap Sadewa memperlihatkan seorang gadis tak sadarkan diri dengan mulut terlakban.
"Aku tak menyangka mempunyai ayah kandung yang b#debah",ucap Rindu menyesal dengan menemui orang yang mengaku ayah kandungnya itu.
"Hahaha,jangan lancang nak,aku ini ayah kandung mu,aku bisa berbuat apa saja sesuka ku,sekarang ikut dengan ku atau orang-orang yang kamu sayangi akan lenyap karena dirimu",ucap Sadewa mengancam.
Rindu tampak berpikir,"Aku akan ikut tapi singkirkan bom itu dulu dan juga aku akan memastikan bila sahabat ku serta orang tua ku sudah aman",ucap Rindu.
"Gadis pintar,baik,ayo ikut dengan mobil ku",ucap Sadewa menarik pergelangan tangan Rindu.
"Aku bisa jalan sendiri",ucap Rindu,Sadewa melepas tangan Rindu.
"Jangan coba-coba kabur,atau Seno,Ratih dan gadis itu jadi korbannya",ancam Sadewa.
Rindu mendengus,Apakah ada orangtua yang seperti ini batin Rindu menyesal.
Ditempat lain.
"Bara belum sadarkan diri dan mengalami kelumpuhan pada kakinya pasca kecelakaan yang terjadi",Jelas Maya
"Apa?lumpuh?",tanya Karina khawatir.
"Dokter dan keluarganya masih berusaha yang terbaik,mamanya Bara sampai jatuh pingsan berulang kali sebab shock akan keadaan yang menimpa Bara",sambung Maya,Karina nampak berpikir.
"Ma,terus pendonor ku mana ma?,kenapa kemalangan terus menimpa kami,waktunya kami bahagia bukan,ck aku benci rumah sakit",ucap Karina kembali menangis,Maya mnghembuskan nafasnya perlahan dan menghampiri putri kesayangannya itu.
"Papa sedang membawanya nak,sudah jangan menangis,mama sedih melihat mu seperti ini",ucap Maya mengusap surai milik Karina.
"Ma,bagaimana kalau pertunangan ini dibatalkan saja?",ucap Karina.
"Hust,kamu ini ngomong apa,jangan ngelantur,Bara itu anak orang kaya asetnya dimana-mana,selain tampan,pintar,seorang pengusaha muda dia juga anak tunggal,bila kamu menikah dengannya kekayaanmu tak akan habis tujuh turunan,karir mu menjadi model juga akan melejit sebab pendukung kuat dari Bara,kamu juga akan lebih terpandang lagi,mama juga pasti akan ikut kecipratan sebab berbesanan dengan jeng Farah",ucap Maya,menasehati putrinya,Karina hanya patuh.
Di Sebuah kamar rawat seorang lelaki gagah dengan baju pasien tengah mencoba membuka kedua matanya.
"Akh,kepala ku sakit",gumam lelaki itu.
"Sudah sadar?",tanya seorang perempuan nampak khawatir.
"Akh,aku dimana ini?",tanya lelaki itu.
"Kamu dirumah sakit,setelah mengalami kecelakaan,sekarang kaki mu patah,atau bisa dibilang lumpuh",ucap Farah perempuan paruh baya namun masih terlihat cantik dan awet muda.
"Ibun bercanda kan?",ucap lemah Barata menoleh kearah wanita itu.
"Apa muka Ibun terlihat bercanda?",ucap Farah menatap putra semata wayangnya itu.
"J-jadi benar bun?",tanya Bara segera duduk dan memegang kedua kakinya.
"Syukurlah kakinya masih ada",gumam Bara lega.
"Iya masih ada tapi enggak bisa buat jalan,itu lumpuh Bara",ucap Farah kesal.
"Kan bisa pakai kursi roda bun",ucap Barata enteng,dan memejamkan matanya lagi.
"Jangan-jangan otak mu juga ikut lumpuh sebab kecelakaan itu",ucap Farah tak habis pikir dengan anaknya itu biasanya orang yang mengalami kelumpuhan akan histeris atau tak terima tapi ini?,Farah memeriksa kepala anaknya.
"Sudah bun,enggak ada",ucap Bara santai.
"Ibun mau panggil Dokter dulu,takut-takut ada yang tak beres dengan otak mu",ucap Farah segera meninggalkan Barata.
Barata hanya menghela nafas memandang luar dari cendela kaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments